SELAMAT MEMBACA
***
Hari libur ini benar-benar di manfaatkan oleh Kayla dan Adel untuk melakukan semua kegiatan bersama. Semalam mereka sudah bercerita dan menonton film disney hingga larut malam. Lalu tadi pagi, mereka juga membuat kue nastar bersama. Sekarang Adel dan Kayla tengah menjahit bayu untuk boneka Berbie yang tengah mereka mainkan. Kayla sangat antusias ketika Adel memperlihatkan sebuah boneka berbie dengan gaun dan rambut yang begitu indah kepada Kayla. Dan Kayla semakin antusias ketika Adel mengajak Kayla untuk membuat baju boneka berbie bersama. Sebelaumnya Kayla tidak pernah membuat baju berbienya sendiri, jadi saat Adel mengajaknya membuat baju berbie Kayla merasa sangat antusias.
"Tante nanti buat kan yang mekar ya Tante, yang warna merah muda ya Tante," ucap Kayla, saat melihat baju berbie yang Adel jahit sudah hampir selesai.
Adel mengangguk dengan semangat, dia menuruti semua yang Kayla katakan. Meski dia adalah wanita berusia 27 tahun, namun jiwa anak-anaknya masih menggelora dengan begitu besarnya. Nyatanya di usianya yang sudah setua ini dia masih menyimpan banyak mainan anak-anak yang salah satunya adalah berbie. Dia menyimpan dan menonton berbagai kartun disney, bahkan dia rela menghabiskan banyak uangnya untuk membeli berbagi pernak pernik mainan dan aksesoris berbau disney. Adel juga memiliki beberapa gaun dengan model princces disney yang dia rancang sendiri. Adel benar-benar jiwa anak-anak yang terperangkap di tubuh wanita berusia 27 tahun.
“Tante punya baju seperti ini,” ucap Adel sambil menunjukkanbaju berbie di tangannya.
“Yang betul Tante? Punya betulan yang besar? Bisa di pakai?” tanya Kayla dengan tidak percayanya.
“Betul dong, tapi warnya biru seperti cinderella buka merah muda. Kalau merah muda itu seperti aurora,” Jawab Adel.
“Kay juga mau punya baju seperti princess Tante, nanti Kay minta sama Papi untuk beli yang seperti princess…”
Adel hanya tertawa melihat keantusiasan keponakannya itu.
"Mama seperti punya dua cucu kalau seperti ini," Adel tersenyum polos mendengar sindiran mamanya. Tidak jarang mamanya itu mengomentari kebiasaan Adel yang seperti anak-anak, namun Adel selalu menanggapi dengan santai. Dia tidak tersinggung ataupun marah sedikitpun.
"Siapa Nek?" tanya Kayla dengan polos pada Ratna yang tengah duduk di sofa tidak jauh dari tempatnya duduk dengan Adel. Sejak tadi Ratna memperhatikan Adel dan Kayla yang tengah asik bermain sambil menyulam sebuah bunga pada selembar kain.
"Itu Tante Adel. Sudah tua masih suka main berbie, masih suka princess," jawab Ratna.
"Tapi Kay suka, Kayla jadi ada temannya main. Tante Adel bisa semuanya, Kay suka. Tante Adel boleh tinggal sama Kay tidak Nek?"
Adel yang sudah mendengar beberapa kali pertanyaan ngawur Kayla yang menjurus itu sudah tidak kaget lagi. Dia hanya menganggap itu sebuah lelucon anak kecil.
"Tinggal sama Kayla? Maksudnya?" tanya Ratna. Dia melirik putrinya yang sejak tadi pura-pura tidak mendengarkan ucapan Kayla. Ratna jadi tertarik untuk menggoda Adel.
"Iya tinggal sama Kay, main sama Kay, nanti kita buat kue bareng, jahit baju berbie bareng, nonton film bareng semuanya bareng. Jadi Maminya Kay. Nanti tidak Kay panggil Tante, tapi Mami. Mami Adel, boleh tidak Nenek?" tanya Kayla pada Ratna. Ratna hanya tersenyum mendengar pertanyaan polos Kayla. Semua terdengar begitu mudah dan sederhana.
"Tentu saja boleh, kalau Tante Adelnya mau." Bukan Ratna yang menjawab, melainkan Elen. Entah kapan datangnya. Elen tiba-tiba sudah ada di ruangan itu. Sepertinya sejak tadi dia mendengarkan pembicaraan 3 orang beda generasi itu.
"Mbak, kok berdiri disitu sini duduk," Ratna pun terkejut melihat kehadiran besanya. Dia langsung memanggil Elen untuk ikut duduk bersamanya.
"Jadi boleh ya Oma. Kalau Tante Adel jadi Maminya Kay?" Kayla masih terus melanjutkan ucapannya. Sedangkan Adel yang mendengar ucapan Kayla pada Elen merasa sangat khawatir. Dia takut Elen akan berfikir macam-macam.
"Boleh dong, coba Kayla tanya sama Tante Adel mau tidak jadi maminya Kayla?" jawab Elen dengan senyumnya.
Ratna yang awalnya berniat menggoda Adel juga merasakan perasaan yang cemas. Dia tidak tau apa yang di fikirkan oleh besannya itu. Semoga saja, besannya ktu tidak menganggap serius ucapan cucunya.
"Tante mau kan jadi maminya Kay. Mau kan Tante, Kay tidak nakal kok. Kay anak baik, Kay juga tidak cengeng, sudah tidak ngompol juga, pokoknya Tante harus mau jadi maminya Kay. Titik."
Adel bingung harus mengatakan apa, dia benar-benar canggung terjebak di dalam situasi yang sama sekali tidak menguntungkan ini.
"Di jawab dong Del, itu calon anaknya tanya." Ucap Elen dengan tawanya renyahnya.
"Jangan di anggap serius Mbak, ini cuma lelucon," ucap Ratna menengahi.
"Loh kenapa Rat, aku tidak masalah kalau memang Kayla mau Adel menjadi maminya. Asal Adel tidak keberatan, Kayla juga senang aku mendukung 1000 persen." jawab Elen pada Ratna. Ratna tidak tau harus mengatakan apa lagi, dia memilih diam.
"Tante belum jawab pertanyaan Kay, Tante mau kan jadi Maminya Kay. Kalau tante tidak mau Kay memaksa pokoknya." Kayla menunggu jawaban Adel, sedangkan Adel benar- benar bingung.
"Maukan Tante?" desak Kayla lagi.
"Bagaimana kalau kita beli es krim di depan, enak lho..." Adel berusaha mengalihkan perhatian Kayla yang memaksanya untuk menjadi Maminya. Namun bukannya terlena dan lupa akan permintaan, Kayla justru menangis.
"Huaaaaaa....Hiksss....hiksss.... Hikssss.... Huaaaaaa.... Tante Adel tidak mau jadi maminya Kay huaaaa, hikssss.... Kalau begitu Kayla tidak mau sekolah, tidak mau makan tidak mau semuanya.... Hikssss hikssss...." Kayla sudah menangis dengan kencang, dia melempar boneka yang ada di tangannya. Tangisan Kayla yang kencang, membuat Adel panik. Apalagi Elen yang tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya untuk menenangkan cucunya. Adel menatap Ratna, Ratna memberi isyarat dengan anggukan. Adel bingung, apa maksudnya.
"Huaaa.... Hiksss.... Hikssss.... Hikssss.... Huaaaa....." Tangis Kayla belum reda, justru di sertai dengan batuk. Adel yakin tidak lama lagi keponakannya itu akan muntah jika terus menangis seperti itu.
"Dia tidak akan diam, kalau keinginannya belum di iyakan Del," ucap Elen dengan santainya. Dia sudah hafal dengan sikap keras kepala cucu itu.
Mendengar ucapan Elen, semakin membuat Adel merasa bingung.
"Kay diam ya Sayang. Tante Adel kan tidak bilang tidak mau menjadi Maminya Kay." ucapan Adel seketika meredakan tangis Kayla. Menyisakan isakan-isakan kecil.
"Berarti hiksss... Tan...te mau kan hikss jadi maminya Kay?" tanya Kayla dengan uraian air mata di wajahnya.
"Kok Kay memaksa sih?" tanya Adel dengan cemberutmya.
Mendengar ucapan Adel, Kayla sudah akan kembali menangis namun Adel berhasil mencegahnya.
"Iya, iya mau..." jawab Adel dengan penuh terpaksa. Dia hanya berharap jika Adel akan lupa dengan keingannya itu dan ini hanya lelucon.
Mendengar ucapan Adel, Kayla langsung melupakan tangisnya. Dia sudah kembali tersenyum lagi, meski masih ada sisa-sisa air mata di wajahnya.
"Jadi mulai sekarang Kay akan panggil Mami Adel," ucap Kayla dengan senangnya. Adel hanya mengangguk pelan.
Berbeda dengan Elen, dia justru tertawa lepas melihat kejadian itu.
"Ayo sekarang kita beli es krim," Kayla sudah berdiri dari duduknya. Dia menarik tangan Adel untuk berdiri.
"Tadi katanya tidak mau?" tanya Adel dengan bingung.
"Kapan Kay bilang tidak mau. Kay tidak bilang. Ayo katanya Mami Adel mau ajak Kay beli es krim ayo," Kayla menarik tangan Adel dengan paksa. Akhirnya mau tidak mau Adel mengikuti kemana Kayla menariknya.
Oke, sekarang Adel tau jika ternyata keponakannya itu tidak hanya lucu dan menggemaskan. Tapi ternyata juga menyebalkan, jiwa pemaksanya benar-benar berhasil membuat orang lain kesal. Sekarang Adel yakin jika Kayla adalah anak kandung dari Adam William. Mereka sama-sama menjengkelkan.
***BERSAMBUNG***
JOGYA, 22 JULI 2021
SALAM
E_PRASETYO