BAB 3: MANTAN KAKAK IPAR

1062 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  Adel turun dari tangga dengan buru- buru sambil tanganmu terus saja mengetik sesuatu di layar ponselnya. Ratna dan Benjamin, tidak tau apa yang di lakukan putrinya itu padahal hari masih pagi, dia tidak kesiangan kenapa harus terburu-buru seperti itu. "Sarapan dulu Del," panggil Ratna. "Adel tidak sarapan ya Ma. Sudah di jemput ini, mau ke Bandung, ada masalah di sana." jawab Adel dengan buru-buru. "Nanti malam pulang kan?"  "Pulang Ma," jawab Adel lagi.  "Jangan telat ya, kita mau makan malam bersama," ucap Ratna lagi. "Iya Ma, Adel berangkat ya Ma, Pa. Assalamualaikum," Adel menyalami kedua orang tuanya lalu pergi. Dia sudah di tunggu oleh temanya yabg akan pergi ke Bandung bersama. "Waalaikumsalam..." ucap Ratna dan Benjamin bersamaan. *** “Terimakasih ya Nan, San saya duluan…” “Iya Bu, sama-sama.” Setelah berpamitan dengan Kenan dan Susan, Adel turun dari mobil. Masalah di Bandung ternyata sedikit rumit, mereka harus bernegosiasi masalah harga dengan alot. Hingga malam, Adel baru bisa pulang. Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam, dia melihat dua mobil terparkir di halaman rumahnya. Siapa lagi yang bertamu, kenapa akhir-akhir ini rumahnya sering kedatangan tamu. Adel benar-benar malas meladeni jika mereka hanya datang untuk berbasa-basi dengannya, tubuhnya dan fikirannya sangat lelah saat ini. Yang dia butuhkan adalah makan dan tidur. Dengan lesu, Adel melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. Ketukan heels yang dia gunakan beradu dengan lantai terdengar begitu keras karena suasana yang sunyi. Namun saat dia membuka pintu rumahnya, terdengar banyak sekali suara. Entah siapa Adel tidak tau. “Assalamu’alaikum,” salam Adel dengan pelan. “Wa’alaikumsalam…” jawab semua orang dengan serempak. Adel melihat tamu-tamu yang datang kerumahnya malam ini. Ada sepasang laki-laki dan perempuan seusia orang tuanya yang salah satunya Adel tau Adalah Tante Elen dan pasti yang duduk di sebelahnya adalah suaminya. Tapi Adel lupa siapa namanya. Sedangkan di kursi sebelahnya, ada seorang laki-laki yang tengah memanggu anak perempuan, yang Adel tau adalah suami mendiang Kakaknya. Dan pasti yang dia pangku itu adalah keponakannya. "Sudah pulang Del? Sini, salaman dulu sama Om Anjar dan Tante Elen. Ini ada Mas Adam dan Kayla juga," panggil Ratna pada Adel. Mendengar ucapan mamanya, Adel langsung menyalami tamu-tamu orang tuanya itu.   Sampai pada Adam, Adel ragu ingin mengulurkan tangannya pada kakak iparnya itu. Adel melihat Adam tidak menyukainya, terbukti dari tatapan Adam yang tajam padanya sejak tadi. Namun meski dengan ragu, Adel tetap mengulurkan tangannya pada Adam dan di sambut dingin oleh laki-laki itu. Namun tiba-tiba sebuah suara mengalihkan perhatian semua orang. "Kalau aku Kayla, salam kenal Tante." gadis kecil yang sejak tadi berada di atas pengkuan ayahnya itu mengulurkan tangannya pada Adel. Dengan senang hati Adel menerima uluran tangan keponakannya itu. "Kalau yang ini Tante tau, masa keponakan sendiri tidak tau." Adel mengubit kecil pipi Kayla. Sebenarnya Adel tidak benar- benar tau, dia hanya menebak. Terakhir kali dia melihat wajah keponakannya itu sekitar 5 tahun yang lalu, saat Kayla masih berusia satu tahun. Setelah itu dia tidak lagi melihat, hanya sesekali Mamanya memperhatikan foto Kayla yang ada di ponsel mamanya, sedangkan Adel tidak terlalu memperhatikan selama ini. Adel memang tante yang buruk. "Lama ya Om tidak melihat Adel, terakhir lihat masih jadi mahasiswa waktu itu. Kalau kemana-mana sukanya ikat dua rambutnya. Sekarang rambutnya sudah tidak di ikat lagi semakin cantik pula," gurauan Anjar, berhasil menimbulkan tawa semua orang. Kecuali Adam, sesekali Adel melirik laki-laki itu dia hanya memasang wajah datar bahkan terkesan kesal sama sekali tidak larut dalam obrolan. "Iya dulu dia memang cupu, kulitnya gelap jerawatan, kemana-mana rambutnya di kepang." jawaban Ratna semakin menimbulkan tawa. Adel yang menjadi bahan lelucon hanya bisa tersenyum malu, karena memang tidak ada yang bisa dia banggakan dulu. Benar-benar gambaran gadis cupu tercipta pada diri Adel saat masih menjadi mahasiswa. "Sana bersih-bersih terus makan malam. Belum makan kan?" Adel mengangguk, memang dia meluk makan. Dan cacing-cacing di perutnya sudah berdemo meminta asupan. Adel langsung pamit pada semua orang, dia akan membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya lalu makan malam. *** Tidak butuh waktu lama, Adel sudah duduk di meja makan. Kaos oblong dan traning panjang menjadi pakaiannya malam ini. Saat sedang asik makan, Adel melihat Kayla berjalan kearahnya. "Kayla mau makan juga?" tawar Adel. Namun Kayla hanya menggeleng, dia justru duduk di sebelah Adel. "Kayla mau buah?" tawar Adel lagi. "Tidak mau," lagi-lagi Kayla hanya menggeleng. "Lalu Kayla mau apa kemari?" tanya Adel lagi. Dia kembali asik dengan makanannya. "Apa nanti malam Kayla boleh nginap disini Tante, Kayla mau sama Tante." tanya Kayla dengan wajah menohonnya. "Tanya dulu sama Ayahnya Kayla, kalau boleh menginap Tante juga boleh. Besok kan libur jadi Tente tidak kerja."  Mendengar jawaban Adel, seketika Kayla menjadi sumringah. "Papi pasti kasih izin, pokoknya Kayla mau menginap," ucap Kayla dengan antusiasnya. "Iya," Adel kembali sibuk dengan makannya. Sedangkan Kayla dia justru sibuk memperhatikan Adel yang tengah makan. "Kenapa Kayla lihatin Tante seperti itu, memangnya ada yang salah sama Tante?" tanya Adel bingung. Sejak tadi keponakannya itu tidak ada bosan-bosannya memandang wajahmu. Memangnya apa yang salah dengan wajahnya. "Tidak papa, Tante cantik. Wajah Tante seperti maminya Kayla. Tante mau tidak jadi Maminya Kayla?"  Uhuhhh.... Uhuh.... Adel tersedak makanannya sendiri dia segera meminum segelas air putih didekatnya. Apa dia tidak salah mendengar. Apa itu tadi hanya sebuah lelucon seorang anak kecil, tapi Adel harap apa yang dia dengar tadi memang hanya sebuah lelucon. Adel tidak tau harus menjawab apa, dia hanya tersenyum canggung menatap wajah keponakannya. "Kayla ayo kita pulang," tidak tau kapan datangnya tapi Adel sudah melihat kakak iparnya berdiri di belakang kursi yang Kayla dan dirinya duduki. Adel hanya menunduk, dia masih tidak berani memandang wajah kakak iparnya yang terlihat sangat tidak bersahabat itu. Kayla mengulurkan tangannya pada ayahnya dan di sambut pula oleh laki-laki itu. Tanpa mengatakan apapun, Adam langsung membawa Kayla keluar dari ruang makan meninggalkan Adel sendirian. "Kenapa ada laki-laki seperti itu Tuhan, apa dia tidak punya mulut untuk menyapa. Apa bibirnya tidak bisa dia gunakan untuk tersenyum..." gurutu Adel pelan. Adel memang tidak terlalu mengenal kakak iparnya itu, karena dulu saat dia menikah dengan kakaknya Sena. Adel masih berstatus mahasiswa di salah satu kampus di Bandung. Dia tinggal di kos dan jarang pulang ke rumah, jadi dia jarang bertemu dengan keluarganya apalagi kakak iparnya. Dia hanya tau jika kakak iparnya bernama Adan, bahkan wajahnya saja Adel hampir lupa. Lagi-lagi Adel benar-benar keterlaluan. ****BERSAMBUNG****  WNG, 30 JUNI 2021  SALAM E_PRASETYO    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD