dua (2)

905 Words
"Bhadra, Mas nggak membayarnya untuk seks!" Sang adik tertawa kencang. "Mantab! Dua orang dewasa, terlibat hubungan b*****t dibalik pernikahan, dan bilang nggak melakukan seks? Kamu nggak anggap aku ini sesuia Dilara kan, Mas?" "Mas serius. Demi Tuhan, Tata nggak seperti yang kamu bayangkan." "Terus kalian ngapain? Kalau ketemu main abcd?" Aku seharusnya nggak perlu marah pada apa yang dikatakan Bhadra, karena semuanya benar nyata. Aku wajibnya paham, posisi sepertiku ini tak memiliki tempat di hati mereka yang menganggap pernikahan adalah lubang untuk kesetiaan. Namun, bagaimana kalau kedua pelaku---suami dan istri---memang tak lagi memiliki sesuatu yang layak dipertahankan? Anak? Dan apakah anak benar menjadi satu penguat bahwa mereka tak boleh melirik kebahagiaan lain selain pada setiap masing-masingnya? "Saya tawari kamu sekali lagi, Tata, berhenti atau---"   "Atau apa, Tampan?" Aku menggerlingkan sebelah mata, mengabaikan--- "Tata..." ---panggilan Mas Agra dan aku tahu bagaimana cara menghadapai laki-laki seperti Bhadra. Well, kita mulai Bhadra. Jangan kamu lupakan satu fakta penting bahwa ketidakpernahpuasan dalam aspek seks adalah item wajib untuk manusia. "Kamu mau ngelakuin apa?" Aku mengelus pundaknya, turun ke lengan dan Bhadra tergelak sambil membuang muka. Kamu akan kalah, Bhadra. Aku pastikan itu. Lihat aja. "Melaporkan ini pada kakak iparmu? Berani? Kamu mau membuat Mas Agra ngaku depan istrinya? Do you think  confessions make a relationship stronger? Bukannya nanti malah semuanya jadi bubar dan jackpot! Aku yang menang, Bhadra." Aku bukan p*****r, aku tidak seputus asa itu dalam memilih pekerjaan. Seburuk bagaimana ekonomi, aku masih sanggup mendapatkan uang meski tak seberapa dari hasilku menulis. Namun, aku juga sudah sering mengatakan kalau Mas Agra berbeda. Dia ... entahlah. Aku hanya merasa perlu membantunya. "Seberapa banyak kamu dibayar sama Mas Agra, Cantik?" Matanya hitam kelam, aku baru tahu. Tatapan sedikit membungkam dari jarak sedekat ini. Aku sudah akan menarik tubuh sedikit agak jauh, memberi jarak, tetapi tangannya lebih dulu menahan tengkukku. Good job, Tata! Wajahnya kini benar-benar ada di depanku. "Mas Agra, seberapa hebat perempuanmu ini dibandingkan Lolita? Boleh aku coba?" "Bhadra.... Tata.... Menjauh." Peringatan itu bagai angin lalu, sama sekali tak mengubah bagaimana posisi Bhadra yang kini tetap memandang mataku. "Kamu salah lawan, Cantik. Salah lawan." Adalah senyuman iblis yang sekarang ia pamerkan. "Kalau taktik ini yang kamu gunakan pada Mas Agra, saya yakin banget dia yang akan minta maaf dan malah menawari sebuah tanggung jawab. Dan, ternyata sekarang kamu penasaran, apakah taktik yang sama berlaku juga untuk keturuanan Bayuadjie yang lain, gitu kan?" Aku diam. "Saya kasih tahu, saya bukan lawanmu. Bukan. Jadi, menjauh dari Mas Agra, atau---" "Apa?" Aku meringis saat tangan Bhadra yang lain mencengkram daguku. "Tata ... sekali lagi. Menjauhlah dari Mas Agra. Kamu tahu, Lolita sedang di sekitaran sini. Tamparan fisik, saya yakin nggak akan bikin kamu jera, lalu, gimana sama persekusi dan hukum sosial? Kamu pernah membayangkan gimana jadi depresi dan akhirnya memilih mati?" Semuanya nggak harus menjadi serumit ini. Bhadra berbeda. Dan, benar, dia bukan lawanku. Maka, melirik Mas Agra yang sedang menggelengkan kepala, aku memberinya senyuman. Laki-laki malang itu harus selamat... siapa yang laki-laki ini telepon?! "Halo, Loli. Kamu di mana?" Loli ... Lolita! Tolong! Bukan hanya aku yang panik, tetapi Mas Agra sekarang sudah berdiri dan berjongkok di lantai depan Bhadra. "Kamu katanya pengin banget main ke apartemen baruku, kan? Mau main sekarang?" Mas Agra terlihat berusaha merebut ponsel, tetapi Bhadra malah berdiri dan berhasil menghindar. "Lagi ada momen spesial aja. Hahaha. Nope. Momen ini sepertinya akan berlangsung lama dan nanti, aku bisa ajak kamu lagi. Selamat bekerja, Perempuan dan Ibu Terbaik. Bye." "Bhadra ... Kamu akan tahu sendiri nanti, gimana pernikahan nggak semudah yang kamu bayangkan. Kamu---" "Sejal dulu aku bilang jangan nikahi dia!" Lagi dan lagi, tubuhku berjengit kaget. Gila ya laki-laki ini kenapa harus selalu berteriak nggak jelas begitu. Bagaimanapun, Mas Agra adalah kakaknya dan entah bagaimana pula aku melinat kalau hubungan mereka terlihat sangat aneh. Bukankah seharusnya---mataku membulat saat dengan tiba-tiba Bahdra menarik pundaku. Pelan, ia berbisik, "Kamu dengar, besok malam pukul 7, pakai pakaian yang nggak menunjukkan siapa kamu, tunggu saya di depan pintu apartemenmu. Kita bermain, Cantik. Seperti api yang kamu berusaha nyalakan. Karena kayaknya, saya mulai paham siapa tetangga istimewa ini." "Maksud kamu---" "Kayak apa yang dilakukan Mas Agra, dia mencarimu karena butuh sesuatu yang nggak bisa didapat dari Lolita. Gitu kan kamu bilang tadi? Begitu, Tata?" Aku mengangguk. "Maka saya pun sama. Saya membutuhkan sesuatu untuk melindungi. Seperti Mas Agra, sata pun bayar kamu. Berapa hargamu, Tata?" "b******n, saya bukan p*****r!" "Oke, saya salah ngomong. Berapa uang sedekah yang dikasih Mas Agra?" Bibir itu tertawa lagi, sinis banget. "Saya bayar kamu dua kali lipat. Tapi, berpuralah menjadi milik saya di depan Papa, Mas Agra---bukan, laki-laki yang menyimpanmu dan Lolita." "No way." "Nggak ada 'no way' karena pilihannya cuma dua: pergi tanpa untung atau ikuti saya. Bukankah tugasmu cuma sebagai penolong laki-laki yang membutuhkan seperti apa yang dibilang Mas Agra di awal?" Ia menarik tanganku, membawanya keluar apartemen disusul Mas Agra. "Sekarang, kamu pulang, Mas. Dan Tata, masuk apartemenmu. Aku butuh banyak amunisi buat besok. Kamu senang kan, Mas, karena untuk kali pertama aku mau gabung makan malam keluarga lagi?" Sebelum aku atau pun Mas Agra sempat merespons, Bhadra sudah melanjutkan, "Tata yang cantik, memuaskan saya nggak jauh lebih sulit daripada laki-laki di sebelahmu ini. Saya suka foreplay yang agak lama, kamu sendiri?" Aku nyaris mengantukkan kepalaku ke dadanya kalau saja dia tidak segera menutup pintu dan meninggalkan aku bersama Mas Agra. Astaga ... jenis keluarga apa yang akan kukenali ini!   to be continued ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD