PROLOG

419 Words
"Pergi kamu!" Teriak lelaki paruh baya itu sambil menunjuk ke arah gadis muda yang memakai pakaian corat coret, khas anak sekolahan yang baru lulus. Gadis itu masih diam terpaku, dia sama sekali  tidak tahu apa-apa, di saat dia pulang dari hari kelulusannya, dia membawa kabar yang menggembirakan untuk keluarga. Namun dialah yang terkejut mendapati semua barang-barangnya telah rapi di depan pagar rumah dan semua keluarga telah berkumpul di sana. Semua mata memandangnya dengan berbagai pandanga, ada yang menatapnya sinis, jijik dan meremehkannya dan tatapan yang membuatnya membeku adalah tatapan sang Ayah yang marah sekaligus menyesal. "A... Ayah, ada....apa ini?" tanya gadis itu terbata-bata.Lelaki yang di panggil ayah itu mendengus kesal "Kau malah bertanya ada apa? seolah kau tidak tahu apa-apa, Dira." Dira, nama gadis itu hanya mengerutkan dahi bingung, jujur dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadia, dia baru saja pulang dan membawa kabar. Dia baru saja di terima, di salah universitas ternama dengan jalur beasiswa prestasi. "Kau tidak merasa kau telah melakukan Hal M-E-M-A-L-U-K-A-N untuk keluarga Sumarjo," kata lelaki itu dengan penekanan kata memalukan.  Dira semakin binggung, dia menatap ibunya, tapi ibunya malah mengacuh-kannya, sekali lagi ia menatap ke dua saudaranya, tapi mereka menatapnya sinis dan jijik. "Ayah apa yang terjadi? Dira memang melakukan hal apa? tolong kasih tau Dira, ayah." Dira memengang tangan ayah namun di hempaskan secara kasar.  "Akan saya beritahu kesalahanmu, kau telah membuat nama keluarga Sumarjo tercoreng. Kau mencoba merayu suami sepupumu sendiri dan tidur dengan suami Kakakmu," ucap kepala keluarga Sumarjo itu. Dira menggelengkan kepalanya, air matanya tidak dapat di bendung lagi, dia memang, bad girl. tapi ia tidak pernah melakukan hal yang tercela itu.  Dira memandang kedua saudara iparnya itu, dia dapat melihat tatapan kemenangan dari dua orang yang sudah berhasil mempengaruhi keluarganya.Dira tersenyum tapi air matanya tidak berhenti turun, dia berlari memeluk ibunya. Awalnya ibunya enggan memeluk Dira tapi naluri ibu, dia merasakan jika putri kecilnya tidak bersalah tapi suaminya mempercayai fitnah itu, dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. "Ibu percaya dengan Dira kan, iba jaga diri ya. Dira akan pergi tapi Dira akan kembali." Ibu Dira semakin mengeratkan pelukannya. "Ibu, Dira pergi dulu," kata Dira melepas pelukan nyaman itu, dia sangat ingin lebih lama tapi mendengar deheman sang ayah yang terus mengisik gendang telinganya membuat ia menyudahinya. Dengan menyeret kopernya Dira keluar dari halaman keluarga Sumarjo, dia memandang rumah besar itu sekali lagi dan untuk terakhir kalinya. Dia bersumpah akan membalas semua kelakuan dua bersaudara haus kekayan itu. Dira memutuskan pergi ke asrama putri kampusnya, dia memang sudah memutuskan untuk tinggal di sana, dia pulang hanya untuk berpamitan namun yang dia dapatkan ternyata lebih dari sakadar pamitan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD