“Kok kamu bisa sangat yakin gitu?” tanyaku. Tentu saja aku kebingunganku, dia menceritakan sosok seseorang dengan sangat lancar, seakan-akan dia lah yang menghadapinya. Hanya saja, dia tidak memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi. Setidaknya aku tidak berlama-lama dengan kebingunganku ini jika dia sudah memberitahuku. “Karena adikku pernah menjadi korban kebejatannya,” jawabnya. Deg. Aku kaget, sangat kaget, sampai-sampai gelas yang ada di tanganku tidak sengaja lepas dari tanganku dan beruntungnya Abi lah yang menangkapnya, tidak jadi jatuh ke lantai. Bisa-bisa Abi harus ganti rugi ke pihak rumah sakit. "Maaf, Abi. Aku gak sengaja, refleks," kataku. "Tidak masalah, sayang. Kamu tidak perlu minta maaf begitu sama aku," katanya. Kemudian menaruh gelas tadi. "Sebentar, Abi. A

