Bag. 2 : Night Party

1038 Words
Gaun merah jambu itu jatuh tepat di atas lutut mulusnya. April menatap pantulan tubuhnya di cermin. Entah mengapa, hari ini April merasa mirip almarhum mamanya. Mungkin karena gaun merah jambu itu. Gaun yang pernah di pakai Mama ketika masih remaja. Hanya sebuah gaun sederhana, dengan pita di pinggang, lengan terbuka, dan kerah sabrina. Gaunnya ia padukan dengan tatanan rambut yang digelung, memperlihatkan leher putihnya yang jenjang. April juga hanya memberi sedikit sentuhan di wajahnya. Eyeshadow berwarna senada, juga lipgloss bening. Cantik. Sebagai sentuhan terakhir, April mengambil sepatu dengan hak 5 cm berwarna putih s**u lalu ia pasangkan pada kakinya. "OOTD dulu, kali ya?" Gumamnya, sambil tersenyum geli lebih kepada dirinya sendiri. Dengan cekatan, April mengambil iPhone di tas dan mulai memotret bayangan tubuhnya dari cermin. Klik. Setelah itu, Foto Outfit Of The Day-nya itu langsung terpajang di i********:. "Gimana, Prill---Oh my! You look so beautifull!" Ghita langsung masuk ke kamarnya dengan mata berbinar. Ghita memutar tubuh April berkali-kali memperhatikan dengan detail apa yang April kenakan. "Biasa aja liatinnya. Menurut lo gimana? Terlalu norak nggak? Ini dress punya Mama dulu, soalnya." "Nggak! Serius, deh. Cantik. Mirip... Mama lo, kali ya?" April hanya tersenyum dengan wajah meredup. Mengingat Mama sedang tidak ada disini. Rasanya rumah terlalu hambar jika hanya ditinggali Papa, dia dan Ghita saja. For your information, Ghita diminta Papa April untuk menginap di rumahnya selama beberapa bulan. Selama Papa masih dinas di Batam. "Yuk! Berangkat?" April menggamit lengan Ghita. "Eh, ntar dulu dong.. Menurut lo gue gimana?" Kini, giliran Ghita yang mematut bayangannya di cermin, memutar tubuhnya untuk memperhatikan detail pakaiannya. April memicingkan matanya. Gaun berwarna biru pastel yang jatuh di atas lutut Ghita juga tidak terlalu buruk. Gaunnya begitu melekat pas di tubuhnya, dipadukan dengan rambutnya yang dibiarkan tergerai. Gaun yang mungkin sedikit lebih ramai dari kepunyaannya. Dengan corak bunga-bunga di bagian lengan. "Cantik.. perfect, kok." ~ Selama dimobil, April sibuk bermain ponsel. Beberapa notifikasi langsung masuk begitu ia menyalakan data traffic. Satu yang menyita perhatiannya. Diantara ratusan likers foto OOTD nya tadi, Nama Arion ada di sana. Dibawahnya juga terdapat satu komentar yang membuat jantung dan pipinya bekerja bersamaan. aprilional See U.. View 53 All comments. ridaswarion U look so beautifull;)) see yaa.. Tidak ingin membalas di i********:, April beralih pada Social Media, w******p. April : Aku udah otw sm Ghitaa.. kamu? Selang beberapa detik, tanda read langsung terlihat disusul dengan balasan. Arion : Iyaa. Aku udah di lokasi dari tadi.. anak-anak udah pada dateng. Sekolah rame, nihh.. April : Because of you, kan yaa? Thanks for the surprise.. Arion : And more surprise already here! April tidak kuasa lagi untuk membalas. Perasaanya berhasil di aduk-aduk oleh cowok itu. Senyumnya tidak bisa lagi terkendali, tercipta begitu saja di kedua sudut bibirnya. Dan rona merah langsung terasa meskipun Arion tidak bisa melihatnya. Arion. Ketua OSIS. Kapten Basket dan the most wanted guy di sekolah. Jabatannya juga cukup proposional dengan April yang faktanya adalah wakil ketua OSIS dan popular girl di sekolah. Tuhan begitu baik, ya? ~ Night Party yang dilaksanakan di sekolah sedikit berbeda. Night Party dalam rangka memperingati ulang tahun sekolah yang entah keberapa ini. Untungnya, bertepatan dengan sehari setelah tanggal jadian Arion dan April. Selama di pesta. Dua insan itu tidak pernah melepas tautan tangannya. Sampai akhirnya, Arion menarik April ke koridor yang sepi. "Ihh, kamu mau ngajak aku kemana?" Tanya April, dengan wajah sumringah. Arion terus menarik tangannya. "Ngga kemana-mana, disini aja. Mau liat surprisenya?" Langkah April terhenti, seiring dengan langkah Arion yang juga terhenti. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Itu artinya, pesta hampir usai. Di lapangan tinggal pertemuan relasi antar guru dan murid saja. Tidak penting juga bagi Arion dan April. Perlahan Arion memojokkan gadis itu dengan cara lembut. Rasa dingin langsung menjalar begitu punggung dan bahu April menyentuh dinding yang lembab. Arion membuat batas teritorial sendiri dengan kedua lengan di dinding. Wajahnya semakin mendekat. Dan hampir membuat napas April tercekat. April ingin mati saja. "Mau liat Surprisenya?" Arion bertanya dengan nada menggoda. April bahkan seperti anak kecil yang sudah kehabisan kata-kata. Tidak bisa melakukan apa-apa selain mengangguk. Selang dua detik, bibir Arion langsung mendarat cepat di bibir April. Ritme yang terlalu cepat itu juga yang membuat April seakan butuh tabung oksigen. Nafas yang memburu seirama dengan darah yang berdesir dan jantung yang terus berdegup kencang. April meremas kemeja putih Arion, menarik bagian mana pun yang bisa dia tarik hingga kemejanya kusut. Suara decapan terdengar sampai ujung koridor hingga ciuman panas itu berakhir. April masih tetap pada posisinya dengan mata yang terpejam rapat-rapat. Arion yang menyadari itu tersenyum geli. "Heii.. udahan, kali." April masih tak bergeming, nafasnya masih terus memburu. Matanya semakin terpejam. "Uh?" "Heii.. buka mata, kek." Arion berkata lembut, lalu menyentuh kelopak mata April dan membuatnya terbuka secara perlahan. Jantungnya masih berdegup kencang meski pandangannya mulai jelas. Wajah maskulin pacarnya yang pertama kali dilihat. Arion mencuri kecupan di bibir April sekali lagi dan membuat April menahan napas. Ada jeda beberapa detik sebelum April memukul d**a Arion ringan. "Kamu tau nggak? Kamu, tuh yaa.. bisa bikin aku kena asma mendadak!" Arion menaikkan sebelah alis, menggoda. "As-ma? Atau AS-MA-RA?" April mempoutkan bibirnya. "Dua-duanya." "Lo agresif, ya?" Rona merah langsung terasa lagi. Entah mengapa membahas itu memmbuat April geli sendiri. Terlebih fakta yang menyatakan kalau.. Ini ciuman pertamanya. Ini pertama kalinya April merasakan bagaimana rasanya Ciuman. Dan rasanya,.. Entahlah.. "Ihh, apaan, sih?!" April mulai keki, permisahh. "Liat, nih. Kemeja gue sampe acak-acakan." "Shut up! Aku mau pulang." April membalikkan tubuhnya berjalan beberapa meter lebih dulu di depan Arion. "Ciee.. ngambek." "Udah, deh. Aku mau Pulang. Udah malem. Capek. Nanti Ghita nungguin." "Ghita pulang sama Mario. Mereka mau nge-date." April refleks menghentikan langkahnya. Seperti rem mendadak, gitu. "Date? Are you kidding me? Nge-date sama Mario gitu?" Arion mengangguk, lalu menghampiri April, merangkul pundak gadis itu menuju parkiran. "Yuk! Pulang." ~ "Bie.. hujan-nya nggak reda-reda. Ini juga macet. Terus mau gimana?" April mengulum bibirnya cemas. Cuaca memang begitu buruk sampai hujan datang tengah malam begini di tambah macet. Kalau tidak hujan, sih mending, setidaknya nggak ada acara macet kaya begini. Salah satu penyebab macet, yaa.. itu.. mobil-mobil yang mogok di tengah jalan karena banjir. Juga peralihan arus lalu lintas. "Kamu yakin mau pulang?" Arion mengelus puncak kepala April. "Maksud kamu?" "Yaa, kalau mau pulang, masalahnya udah tengah malem begini, hujan, banjir, macet juga. Kita cuma makan waktu." "Terus gimana?" "Kalau nggak keberatan, kamu bisa nginep di apartemen aku dulu. Besok kita berangkat ke sekolah barengan. Gimana?" Tawaran Arion membuat April ragu. Yang benar saja? Menginap di apartemen Arion? Sebelumnya, April nggak pernah satu kamar sama laki-laki. Sedikit canggung, walau kenyataanya Arion adalah pacarnya sendiri. "Eng..." April menimbang-nimbang. Arion mengrenyitkan alisnya, menunggu jawaban pasti dari gadis di sebelahnya. Entah mengapa, pikirannya tiba-tiba saja liar.~ ~ Sinar matahari perlahan masuk melalui sela-sela jendela apartemen pribadi milik Arion. Setelah melalui jendela, sinar itu perlahan masuk, menusuk retina April dan membuat gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Kepalanya terasa pening. Pusing sekali. Bahkan untuk mengingat apa yang terjadi semalam. Bau alkohol masih menyengat di sekitar tempat tidur. Botol-botol wine berserakan dimana-mana. Sebisa mungkin April mengumpulkan kesadarannya. Matanya langsung membulat begitu melihat jam alarm di atas nakas menunjukkan pukul 06.15 "Siaal! Kita terlambatt!!" Pekik April. Buru-buru April menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya yang polos, memunguti pakaiannya yang berserakan dimana-mana lalu berlari ke arah kamar mandi. Sayangnya, pekikan itu tak membuat Arion terbangun barang sedikit pun. Ia masih sibuk berkutat dengan dunia lain. Dan kasur empuk juga pengaruh alkohol menjadi faktor lainnya. . , (TBC)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD