Chapter 1

1107 Words
Happy Reading..... ______ Mayadrea Guero seorang gadis kecil yang kerap kali disapa Maya. Usianya kala itu baru 8 tahun saat menyaksikan kedua orang tuanya berkelahi dan saling melemparkan kalimat-kalimat bernada keras. Sebuah boneka pinguin ada dipelukan Maya menemani gadis kecil itu melihat kedua orang tuanya dari celah pintu kamar yang terbuka sedikit. Badan Maya bergetar menyaksikan pertengkaran orang dewasa yang begitu mengerikan. Perlahan Maya menutup pintu kamarnya begitu pelan dia duduk diatas tempat tidur memeluk boneka pinguin tanpa melakukan apapun. Tiba-tiba pintu terbuka. Ibu Maya datang dengan wajah yang tidak bisa Maya jelaskan. Wanita itu menarik tangan Maya dengan kasar menyuruh untuk turun dari atas tempat tidur. "Maya ayo kita pergi kau akan lebih baik jika tinggal dengan ibumu" "Mama" Maya menahan tangannya "Maya tidak mau pergi, Maya mau mama tetap tinggal disini" ucap Maya. Wanita itu berbalik mencengkeram kedua lengan Maya membuat gadis kecil itu meringis menahan sakit. "Kau mau membantah mama mu ha! Kau itu anakku jadi kemanapun aku ingin membawamu kau harus ikut!" Kata wanita itu dengan kasar tak ada kelembutan di tiap kata seperti para ibu pada umumnya. Maya mendur beberapa langkah setelah berhasil melepaskan cengkeraman kuat mama nya sendiri. Kemudian menggeleng. "Dasar anak kurang ajar!" Tangan nya melayang siap memberikan pukulan untuk Maya. Gadis kecil itu memejamkan mata menunggu rasa sakit yang akan dia terima tapi ayahnya datang menahan pukulan yang akan ibunya berikan.  "Dia anakmu bodoh! Kau tidak boleh menyakitinya!" Tukas Jordy ayah Maya. Wanita yang dia cekal tangannya berbalik cepat mengambil sebuah Vas bunga kesayangan Maya sebelum dihantamkan di kepala Jordy, sesuatu yang tidak pantas diperlihatkan didepan anak usia 8 tahun. "Papa!" Teriak Maya begitu melihat pelipis lelaki itu berdarah. Wanita yang melukai suaminya itu kembali menarik Maya untuk ikut bersamanya. Maya berusaha berontak tapi apa daya dia hanyalah anak kecil yang tidak tau berbuat apa-apa selain menangis melihat ayahnya terluka. Begitu mereka hampir mencapai tangga, Jordy menarik istrinya sebelum melemparkan perempuan itu dari putrinya kemudian memeluk Maya menjauhi wanita gila itu. Namun yang membuat Maya semakin ketakutan adalah mama nya jatuh menghantam pinggiran meja tepat dikepalanya dan langsung tak sadarkan diri begitu darah segar mengaliri lantai berwarna putih. Maya memeluk kuat leher ayahnya tak berani melihat keadaan mama nya. Tangis begitu kencang hingga membuat badannya bergetar. Lelaki yang memeluknya itu justru seperti patung tak melakukan apapun sebelum Jordy membawa Maya dan ibu nya kerumah sakit. Ke esokan hari Maya memaksa ayahnya untuk mengantarkannya dirumah sang nenek. Maya tidak berani menatap ibunya saat wanita itu nanti sadar kembali. Maya terlalu takut berhadapan dengan wanita itu meskipun berkatnya ia lahir didunia ini. Selama satu minggu kemudian ia tinggal bersama nenek dari pihak ayah, Maya merasa mendapatkan kasih sayang yang belum pernah ia dapatkan meski tanpa kedua orang tuanya. Kabarnya kedua orang tuanya sudah berpisah Maya tidak peduli bahkan saat ayahnya datang dengan baik-baik ingin mengajak nya bersama, Maya justru menolak dan lebih memilih tinggal bersama sang nenek. Selain itu Maya juga sangat menyukai tetangga neneknya seorang bocah laki-laki pendiam yang hobinya main skateboard dan jiu-jitsu. Setiap pagi Maya akan selalu datang kerumah anak lelaki itu meskipun mereka belum saling mengenal tapi seiring waktu berputar kehadiran Maya justru mengganggu ketenangan anak lelaki itu. Namanya Felix hanya beda setahun lebih tua dari Maya dan anak lelaki itu juga tinggal bersama nenek dan kakeknya dimana kedua orang tua Felix ada di indonesia. Felix memiliki wajah yang menggemaskan entah bagaimana pun caranya Maya harus bisa berteman dengan anak itu. Tapi disetiap kesempatan Felix selalu melarikan diri dari Maya karena gadis kecil itu selalu membuat Felix Kesal. Selain tiba-tiba muncul dirumahnya tanpa diundang Maya juga merusak skateboard milik Felix, bukan hanya merusak tapi juga membuat Felix cidera yang mengharuskan bocah lelaki itu absen dari pelatihan jiu-jitsu nya selama dua pekan termasuk melewatkan pertandingan yang sangat Felix tunggu-tunggu. Felix membenci Maya dia tidak mau berbicara pada gadis perusuh seperti itu. Ketenangan yang Felix harapkan dengan tinggal dirumah neneknya ternyata tidak sesuai harapan. Felix hanya berharap dia segera lulus dari sekolah dasar lalu ikut kedua orang tuanya di indonesia maka dengan begitu dia tidak akan menemukan atau menemui gadis ular ini. "Felix ayo berpacaran" Ucap Maya. Felix yang kala itu membaca sebuah buku tak mengira Maya akan menemukannya diatas pohon. Bocah lelaki itu melihat kebawah lalu menggeleng melihat Maya berusaha naik tapi tidak bisa. "Apa kau gila! Kau itu masih kecil jangan berpikir seperti layaknya kau sudah dewasa" ujar Felix. Maya mendongak "Tapi kulihat di tv banyak orang berpacaran karena jika dengan berpacaran aku bisa dekat denganmu" jawab Maya lalu kembali berusaha memanjat pohon tapi tak kunjung bisa hingga gadis itu menyerah. "Kau masih kecil Maya lebih baik belajarlah dan jangan terus menggangguku" sahut Felix. "Aku tidak akan mengganggumu lagi kalau kita berpacaran" jawab Maya kerasa kepala. Felix memutar bola matanya jengah "Jangankan berpacaran melihatmu saja aku tidak mau" ujar Felix masih berusaha fokus membaca bukunya. Maya menyilangkan kedua tangan didepan perut sembari memonyongkan bibirnya. Kepalanya celingukan kesana kemari mencari bantuan agar dia bisa naik juga. Felix sendiri masih sibuk membaca buku sosiologi tanpa peduli apa yang Maya lakukan tapi dia penasaran saat gadis itu tidak bawel dibawah. Felix sengaja belajar diatas pohon karena jika tidak pasti Maya akan selalu mengacau. Felix melihat kebawah dia sudah tidak melihat Maya disana tapi sekitar sepuluh meter dari pohon yang Felix tempati Maya terlihat menarik sebuah tangga meskipun berat tapi Maya tetap membawa nya. Felix menggelengkan kepala sebelum menepuk keningnya sendiri. "Dia benar-benar nekat" ucap Felix tak habis pikir. "Ugh.. Ayolah aku harus bisa mendapatkan Felix" Gumam Maya masih terus berusaha menarik tangga yang dia dapatkan dari gudang belakang rumah. Felix tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan gadis gila itu. Apa salahnya dimasa lalu hingga kehidupan yang Felix harap penuh dengan ketenangan jadi kacau seperti ini? Felix melompat turun dan langsung berlari disaat Maya sibuk mendirikan tangga. "Felix!" Seru Maya begitu sadar Felix melarikan diri. "Cewek sinting!" Dan Felix semakin mempercepat laju larinya. Felix bersembunyi diloteng hanya untuk menghindari Maya. Felix tidak tau harus berbuat apa untuk membuat gadis kecil itu jera mengikutinya. Felix ingin memukul tapi ia sadar jika seorang laki-laki tidak boleh memukul wanita. Prinsip itu yang selalu Felix tanamkan dalam dirinya. Dari bawah terdengar Maya berbicara pada nenek Felix mengenai dimana Felix bersembunyi tapi wanita tua yang Maya ajak bicara mengatakan ketidak tahuannya karena dia tau Felix sedang sembunyi. Dalam hati felix bersyukur. Dia berjanji setelah ujian tahun ini ia akan pindah ke indonesia atau ia akan gila dihadapkan dengan Maya setiap hari. "Felix dengar! Dimanapun kamu bersembunyi aku pasti akan segera menemukanmu!" teriak Maya. Sedangkan Felix mengepalkan tangannya dia ingin sekali mencekik gadis itu tapi Felix masih ingat dia tidak boleh melakukannya. _____ TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD