Penulis POV.
Pria tampan itu menatap wajah datar wanita cantik yang berada di hadapannya, membuat wanita itu kian gugup di bawah tatapan intemidasinya.
"Bagaimana bisa putra saya bisa dengan mu?" Tanya Juan dingin, semakin membuat Jenni takut.
"Tadi keino minta diminum pada saya" jawab Jenni pelan sangat pelan terdengar seperti bisikan.
Jenni semakin menunduk menghabiskan saat pria tampan di hadapannya kian menanjam.
"Ayah jangan menatap bunda bidadari seperti itu, ayah jangan takut" kata keino kesal.
Panggilan keino pada Jenni sukses buat pria tampan berbeda generasi itu menatapnya.
"Bunda bidadari" ulang remaja Tampan itu yang sedari tadi fokusnya ke arah ponselnya.
"Iya bunda bidadari kak" jawab keino semangat.
Juan, berbagi dua yang lain yang tampak tajam jenni, sedangkan yang di tatapan hanya mampu menundukkan dalam-dalam, rasanya dia ingin menangis saat pria tampan berbeda generasi itu benar-benar penuh menuntut.
'y a Allah apa salah ku kenapa mereka bertiga menatapku seperti itu' ringgis Jenni dalam emosional.
Juan menghelai nafas lelah sambil melirik ke arah Wanita yang dia yakin akan menangis lagi.
Tiba-tiba pintu besar ruang kerja Juan buka semua mata yang ada di sana terbuka hanya fokus ke pintu.
Jenni hanya membaca ayat suci Al-Qur'an saat melihat penampilan wanita cantik yang baru saja membuka ruang kerja bos Besarnya ini, bagaimana bisa seorang wanita yang bisa menjadi auratnya dari pandangan mata pria yang tidak muhrimnya kini malah menampilkan dengan terang-terangan.
"Astafiruhalajim" pekik Jenni tanpa sadar menjadi pusat perhatian para pria tampan di situ.
"Maaf mbak sebelumnya, mbak islam?" Tanya Jenni hati-hati, ya sangat hati-hati karena memang sudah menyangkut agama itu hal yang sangat sensitif.
Banyak sebagian masyarakat di Indonesia membedakan umat beragama yang bukan dari agamanya, padalah Tuhan saja tidak pernah membedakan umatnya di matanya, yang membedakan manusia di mata sang pencipta hanya amal ibadahnya saja.
Maka dari itu hargailah umat beragama yang berbeda dari agama mu, Karena sesungguhnya Allah juga tidak pernah membedakan umat ciptaannya, begitu pula dengan Rosulluho nabi besar Muhammad, yang tidak pernah membedakan umatnya.
"Iya saya Islam"
"Astafiruhalajim, Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menutup auratnya dari pandangan mata laki-laki yang bukan muhrimnya, tapi mbak malah dengan sengajah mempertontonkan bagian tubuh mbak yang seharusnya hanya boleh di liat oleh suami mbak nanti" jelas Jenni membuat wajah cantik wanita itu kini memerah menahan malu.
"Lo..jaga ucapan lu yang perempuan kampung" hardiknya kesal.
BRAKK
"TANTE YANG HARUSNYA JAGA UCAPAN TANTE JANGAN PERNAH TUNJUK-TUNJUK WAJAH BUNDA KEINO DENGAN JARI TANTE ITU ATAU KEINO ADUIN SAMA OPAH" Teriak keino keras sambil membanting ponsel pintar miliknya.
Kali bukan hanya Juan saja yang terkejut tapi juga kedua kakak laki-lakinya, pria berseragam putih abu-abu itu tersenyum menyeringai bangga melihat keberanian adik kecilnya.
"Kei peringatin Tante yang terakhir kalinya jangan pernah menunjuk jari Tante ke bunda keino atau Tante akan tahu akibatnya nanti" peringat bocah itu datar sebelum menarik lembut tangan Jenni keluar dari ruang kerja ayahnya.
"Lu dengar tuh, dan gua juga bisa buat lu lebih malu lagi dari tadi" balas ABG itu.
"Rafa jaga ucapan mu" kata Juan pada putra pertamanya itu.
"Cih seharusnya bukan gua yang harus lu jaga, tapi p*****r lu ini" kata Rafa sebelum menyusul adik kecilnya itu keluar dari ruang kerja ayahnya.
"Kamu enggak pergi sama kakak dan adik mu" kata juan bingung saat melihat anak kedua yang masih duduk manis di sofa ruang kerjanya.
"Enggak, gua mau lihat apa nih perempuan yang mengaku wanita terhormat ini masih mau ajak lu kehotel dengan gaya ala-ala p*****r pinggir jalan" balas laki-laki berseragam SMP itu santai tanpa memperdulikan wajah merah wanita teman kencan ayahnya.
Juan hanya mampu menghelai nafas lelah, kini matanya fokus pada wanita cantik bak model Viktoria secret.
"Ada apa kamu kesini Bianca ?" Tanya juan datar sambil menyandarkan tubuhnya lelah ke kursi kebesarannya.
"Aku kangen Juan, kamu kenapa sih enggak pernah lagi ke apartemen ku" kata Bianca manja benar-benar membuat Leo mual mendengarnya.
"Wih lu benar-benar tancap gas ya lu, gua bingung apa sih yang sebenarnya di lihat bokap gua dari lu, p******a implan, b****g juga implan, muka hasil operasi plastik, baju juga kurang bahan. Benar-benar menunjukkan sifat seorang p*****r rendahan" sinis Leo membuat wajah Bianca merah padam.
"LO BENAR-BENAR BOCAH ENGGAK TAHU DIRI YA" Teriak wanita cantik itu menggema di ruang kerja Juan.
Untung saja ruang kerjanya kedap suara jika tidak pasti sudah dari tadi perdebatan panjang mereka di dengar oleh sekretarisnya.
Sedangkan laki-laki tampan yang di teriaki oleh Bianca hanya menggakat satu alisnya, mencemooh sikap asli wanita ayahnya, oh bukan wanita tapi p*****r ayahnya.
"Cih.."decah Leo malas.
Ya malas menghadapi sifat ular teman tidur ayahnya ini.
PLAK
Suara tamparan keras membuat Juan yang sedari tadi memijat pelipisnya Kini menggakat kepalanya, rahang tegasnya kini sudah mengatup keras hingga terdengar gemerutuk giginya.
"APA YANG KAU LAKUKAN BIANCA" Teriak marah Juan sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Aku hanya memberikan pelajaran kepada anak mu Juan yang sebentar lagi akan jadi akan ku juga" jawab Bianca santai.
"Kau dengar ya Bianca aku memang sering tidur dengan mu bukan berarti aku akan membiarkan p*****r ku menjadi ibu bagi-bagi anak ku, lagi pula kau tidak berhak menampar putra ku" kata Juan dingin.
"Tapi Juan bukannya kau sering berkencan dengan ku" balas Bianca yang sebentar lagi akan menangis.
"Aku benar-benar sering tidur dan berkencan dengan mu tetapi harus kau ingat Bianca aku juga tidak pernah membeli tubuh mu dengan gratis, aku selalu membayar mu bianca" balas Juan tajam.
Wajah cantik Bianca semakin merah saat Juan pria idamannya semakin memperjelas status hubungan mereka, tanpa waktu lagi kedua kaki jenjang indah milik Bianca kini mulai pergi meninggalkan ruang kerja mewah milik Juan sebelum semakin mendapatkan malu.
Semua ini karena wanita kampungan itu, hingga membuat dia di permalukan oleh Juan dan juga putranya dan dia setuju akan membalas semua bantuan yang dia terima hari ini untuk wanita kampung itu.
Jangan panggil di Bianca jika dia tidak bisa membalas rasa sakit dengan rasa malu yang lebih besar lagi.
.......................
TBC