"Bu, mulai sekarang Zahra simpan rindu pada ayah ini sendirian. Zahra nggak mau lihat ibu nangis lagi karena diejek tante sama budhe. Kalau memang ayah nggak kangen sama Zahra, ya sudah nggak apa-apa. Masih ada ibu yang selalu kangen Zahra, kan?" Kedua mata anak perempuanku itu begitu basah. Ada luka menganga dalam tatapnya. Betapa tidak? Cinta dan kasih sayang seorang ayah yang selama ini dia harapkan hanya berakhir dengan sebuah tangisan. Mas Aris seolah tak peduli dengan rindu dan air matanya. Dia justru sibuk dengan dunianya sendiri. Tak peduli ada hati kecil yang sedang menunggu hadirnya di sini. Berulang kali aku membesarkan hati Zahra untuk jangan terlalu memikirkan ayahnya, tapi tetap saja Zahra bilang rindu ingin bertemu. Berulang kali aku menenangkan hatinya saat kecewa, Z

