Chapter 2

1150 Words
"Dua bulan yang lalu, kasus pembunuhan serupa pernah terjadi di kota Yokohama dan beberapa negara terdekat. Namun, jumlah korban lebih sedikit, setidaknya satu orang dalam kurun waktu satu sampai dua minggu. Diduga–" Mizuki mematikan televisinya. Dia merapikan ulang rambut dan seragam, baru mengambil tas, kemudian berangkat. Kasus kematian kayak gitu emang udah nggak asing lagi, sih. Menurut beberapa polisi dan detektif, motif pelakunya mungkin balas dendam, tapi sampai sekarang nggak ada pelaku yang berhasil ditangkap. Mizuki tidak mau memikirkannya lebih jauh. Dia tidak ingin merusak suasana pagi yang cerah, dengan memikirkan kasus pembunuhan aneh seperti itu. ~《《+》》~ Saat waktu makan siang tiba, sebagian siswa pergi keluar, entah ke kantin, ke halaman, atau ke tempat-tempat favorit mereka yang lain. Tak sedikit juga yang tetap berada di kelas dan memakan bekal makan siang mereka di sana. Mizuki dan Izumi sendiri lebih memilih untuk memakan bekal mereka di kelas. "Mizuki, soal kasus pembunuhan Ueda-san–" "Izumi, kita ini lagi makan, jangan bahas kasus itu, ah!" Mizuki menggembungkan pipi. "Maaf-maaf, kamu enek, ya?" Izumi meringis. "Iya." Brak! Semua siswa yang ada di kelas 2-3 kaget. Lima siswa laki-laki dengan seragam kurang rapi datang dan menggebrak meja Ges. Ges yang sedang memakan roti hanya diam menatap mereka satu per satu. "Ikut kita!" Siswa yang memimpin langsung menarik kerah kemejanya dan menyeretnya keluar dari kelas. "Aduh, sekarang apa lagi? Masa dia ganti di-bully sama Kodou-san?" Izumi menggigit ujung sumpitnya. Mizuki terbayang apa yang akan mereka lakukan pada Ges. Dia bertanya-tanya, masalah apa yang dilakukannya, sehingga membuatnya sering mendapat penindasan? Posisi Ges sudah seperti seekor kancil yang lepas dari buaya dan masuk dalam cengkeraman harimau, sial sekali. "Izumi, aku mau ke toilet dulu bentar." Mizuki bangkit dari tempat duduknya. "Mau kutemani?" "Nggak usah, kamu makan aja." "Oke." Sepanjang koridor, Mizuki memperhatikan sekitarnya dengan teliti. Berlanjut pergi ke tempat-tempat sepi yang jarang didatangi siswa lain, karena merupakan tempat favorit para siswa nakal. Di dekat tangga menuju gudang lantai dua, dia melihat seorang laki-laki yang membawa dua kantong plastik penuh roti dan minuman dalam kemasan. "Ohayashi-kun!" Mizuki berlari kecil untuk menghampirinya. Ges berbalik dan terlihat heran karena gadis itu memanggilnya. Ketika sudah dekat dengan Ges, Mizuki hendak berhenti, tapi malah terpeleset lantai yang licin. Alhasil, dia pun menabraknya. Beruntung, Ges tidak sampai jatuh, hanya termundur sedikit saja. "Ma–maaf!" Mizuki lekas menjauh. Ges membeliak. Dia menjatuhkan semua kantong plastik yang dia bawa. Tangannya ganti meremas kemeja di d**a kirinya. "O–Ohayashi-kun, kamu kenapa? Dadamu sakit?" Mizuki khawatir, dia pikir, mungkin sudah menabrak Ges terlalu keras. "Nggak, aku nggak apa-apa." Ges memungut kembali kantong plastiknya. "Biar kubantu–" "Jangan, aku bisa sendiri." Mizuki mengurungkan niatnya. Dia hanya memperhatikan Ges mengambil kantong plastik, juga memungut beberapa roti dan minuman yang terhambur di lantai. "Apa yang mereka lakuin ke kamu?" tanya Mizuki. Ges tidak segera menjawab. Sepertinya dia agak ragu. "Ohayashi-kun?" "Mereka cuma nyuruh aku beli ini." Ges menaikkan bridge kacamatanya. Mizuki mengernyit. "Mereka nggak nyakitin kamu?" "Nggak, kok." Selesai merapikan kantong plastik beserta isinya, Ges membungkuk pada Mizuki. "Aku permisi dulu." "Mau aku bantu bawa ke atas?" "Nggak, terima kasih." Mizuki ingin melakukan sesuatu untuknya. Dia tidak tega melihatnya diperlakukan seperti itu. Namun, dia juga tidak memiliki kemampuan untuk melawan Kodou dan teman-temannya. Kenapa, sih, anak pendiam kayak dia harus dapat perlakuan kayak gini. ~《《+》》~ "Oh ya, aku harus belanja dulu nanti." Mizuki menepuk dahinya. Dia dan Izumi baru pulang setelah melaksanakan tugas piket. "Emang nggak kemalaman sampai rumahnya?" "Kayaknya bakal kemalaman, sih, tapi mau gimana lagi? Kalau nggak belanja, aku nggak bisa makan, dong." "Kamu nggak takut? 'Kan pelaku pembunuhan sadis di kota ini belum ditangkap." "Tenang aja, Kamisama selalu jagain kita kalau kita mau berdo'a." Sampai di persimpangan jalan, mereka berpisah karena arah rumah yang berbeda. Sekali lagi, Izumi mengingatkan Mizuki untuk lebih berhati-hati. Mizuki pun kembali memintanya untuk tidak khawatir. Kemudian, dia menuju ke minimarket terdekat. Mungkin lain kali, aku belanja pas nggak ada tugas piket aja, biar nggak kemalaman begini. Begitu semua yang dia butuhkan sudah terbeli, Mizuki bergegas meninggalkan minimarket. Dalam hati kecilnya, ada rasa takut juga harus melewati jalan yang sepi untuk sampai ke rumah. Bukan hanya pelaku pembunuhan sadis saja yang dia takuti, tapi juga kemungkinan adanya orang-orang jahat yang mengganggunya. Nahasnya, salah satu dari sekian hal yang dia takutkan justru muncul. Beberapa pria dengan tampang seram datang dari persimpangan jalan di depannya. Mizuki ingin menghindari mereka, tapi mereka malah mengejarnya. "Mau ke mana kamu?!" Seorang pria menahan tangannya. "Lepasin!" Mizuki menendang 'pusaka' pria itu dengan keras dan berhasil melepaskan tangannya. Sayang sekali, tiga pria lain sudah mengepungnya dari segala arah. Sekarang, Mizuki benar-benar merasakan bagaimana rasanya terjebak. Aku nggak bisa lawan mereka semua, nih! "Mau pergi ke mana kamu, Cantik? Di sini aja dulu–" Mizuki mengambil makanan kaleng dari tas belanjanya. Tanpa ragu, dia melemparnya ke wajah pria yang baru saja bicara kepadanya. "Minggir kalian!" "Kasar banget kamu, ya?!" marah pria itu. Dia mendorong Mizuki sampai terjatuh. Mizuki mengambil makanan kaleng yang masih tersisa satu, tapi teman pria itu merebut dan membuangnya. "Kamu nggak bisa apa-apa lagi sekarang!" Empat pria yang mengepungnya tergelak. Namun, tiba-tiba ada yang memukul satu pria di belakang Mizuki. Mizuki dan tiga pria lain sama-sama terkejut. Seorang laki-laki yang memakai seragam sekolah, berdiri dengan tatapan dingin. Seragam sekolahnya adalah seragam SMA Nanatsuki. Mizuki juga rasanya mengenali wajah itu. Dia ... Ohayashi-kun ...? Mizuki meragukan penglihatannya. Laki-laki dengan tubuh tinggi tegap, tanpa kacamata bertengger di wajah tampannya, dan poni yang sedikit berantakan, benarkah dia Ges? Mau dibilang bukan, tapi wajahnya benar-benar mirip dengan Ohayashi Ges yang dia kenal. "Tolong, biarin dia pergi," pinta laki-laki mirip Ges tersebut. "Jangan ikut campur kamu!" Karena para pria yang mengganggu Mizuki tidak mau menuruti permintaannya, perkelahian pun tak terelakkan. Gawat! Kalau dia benar Ges, apa dia bisa ngalahin orang-orang itu?! Meskipun kalah jumlah, laki-laki itu tidak terlihat kewalahan. Dia menghadapi empat pria yang menyerangnya dengan tenang. Bahkan mata sayunya tidak sekali pun membuntang. Dalam waktu sekejap, dia berhasil memenangkan perkelahian. Empat pria tadi buru-buru lari dari sana. Hebat .... Mizuki melongo. Dia semakin ragu, apakah laki-laki itu memang benar Ges? "Kamu nggak apa-apa?" Tangan kanan yang lebih besar dari tangan Mizuki, terulur di depannya. "Kamu ... siapa?" "Hm? Bukannya kamu kamu udah kenal aku?" "Hah?" "Aku Ohayashi Ges." Ohayashi Ges? Ohayashi-kun?! Serius dia Ohayashi-kun?! "Kenapa? Ada yang salah?" "Nggak, kamu nggak mungkin Ohayashi-kun kamu pasti doppelganger-nya, 'kan?" "Doppelganger?" "Kalau kamu Ohayashi-kun, kamu pasti nggak bakal diam aja kalau di-bully! Kamu aja bisa ngalahin orang-orang jahat itu, pasti buat ngalahin kakak kelas bakal lebih mudah buat kamu! Nggak mungkin kamu Ohayashi-kun kamu pasti orang lain! Ayo, ngaku! Siapa kamu sebenarnya?!" "Tapi ... aku benar-benar Ohayashi Ges, bukan orang lain. Aku harus ngaku sebagai siapa?" Wajahnya kelihatan polos sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD