bc

Uncle Dewo

book_age18+
11.6K
FOLLOW
75.4K
READ
drama
comedy
sweet
humorous
like
intro-logo
Blurb

WARNING‼️KHUSUS 21 KE ATAS!‼️

Dilla adalah gadis yang lugu, jika hanya lugu, itu sangat wajar, bukankah cerita dalam novel semua isi ceritanya tentang gadis lugu, tersakiti, dan menangis darah karna prianya arogan, dingin, cuek. Aissshhh ....

Itu semua tidak ada dalam cerita ini, yang ada gadis lugunya malah malu-maluin!! Sementara Om Dewo yang selalu mencintai Dilla apa adanya, selalu saja jadi korbannya. Dasar nakal!

"Dilla, jika ada kisah cinta di dunia ini setelah Rama dan Sinta, Romeo dan Juliet, Habibi dan Ainun, akan ada lagi kisah cinta kita, Sayang. Dilla dan Dewo." ==> DEWO

"Ah! Tidak juga, Om. Ada juga kisah cinta abadi di desaku selain mereka dan Kita." ==> DILLA

"Oh ya! Siapa?!"

"Ibu Navagi dan Bapak Nispe."

"Siapa mereka?!"

"Navagi janda kembang sementara Bapak Nispe adalah suami dari tetangga di sebelah rumahku, suami Ibu Sarmah."

"Astaga! Cinta mereka sungguh mulia, huft ...."

Seperti yang sudah cerita ini bilang, bukan?! Om Dewo selalu jadi korban kepolosan Dilla.

chap-preview
Free preview
> BAB 1 <
Sepasang sahabat yang sama-sama perempuan dan berasal dari desa yang sama, ingin mencoba peruntungannya di kota besar yaitu Jakarta. Mereka pergi ke Jakarta tanpa takut apa akibatnya jika gagal, semangat mereka sampai ke angkasa. Entahlah, mungkin mereka berdua gila. Mana ada semangat sampai ke angkasa?! Astronot kali ah! Dan nama mereka berdua adalah Dilla, saya sendiri, Kawan. Dan sahabat yang Aku ceritakan itu adalah Lina, si cerewet yang sukanya membantuku jika ada masalah. Astaga! Aku sangat bahagia punya sahabat seperti Lina, meskipun ... setiap harinya kita bertengkar, kalau tidak rebutan makanan ya ... mengintip orang mandi di sungai besar, yang di intip laki-laki lagi! Semakin menambah gairah atau sikap ingin tahu kami. Salah satunya .... Ingin tahu apa burungnya besar? Ingin tahu apa dia jelek atau tampan? Dan yang terparah, bulunya lebat atau jarang? Astaga, kurasa kami berdua sudah gila. Ops! Maaf, Kawan .... Kembali ke cerita awal, kita berdua memang berangkat ke kota dengan tujuan yang sama, yaitu ... mencari uang, uang dan uang. Uang gitu loh .... Bedanya adalah, Lina mencari uang buat keluarganya yang pas-pasan. Sementara Saya?! Saya mencari uang buat makan saya sendiri saodara-saodara! Hidup sebatangkara memang bukan perkara mudah, miskin lagi! Tuhan ... harus banyak bersabar. Nenek yang mengasuhku selama ini sudah tiada dan semoga hidup dengan tenang di alam sana, Amin.... Aku hidup seorang diri, di dalam gubuk bambu yang, Reot .... Menteot .... Gentengnya pada melorot .... Membuat mata orang jadi melotot .... Oh maigot .... Lengkap sudah! Tapi aku sangat bahagia, tapi tidak sebahagia saat masih ada nenek. Saat nenek masih ada, Aku bergantung hidup padanya, tapi saat Nenek tiada, baru terasa bahwa kehidupannya sungguh berharga, sungguh berat ... aku rasa ... kehilangan ... dia. Sungguh berat ... aku rasa, hidup tanpa ... dia. Aduh! Maaf! Kok malah nyanyi. "Dilla!!" panggilan Lina membuatku kaget dan menoleh ke arahnya. "Ikh!! Kenapa sih?! Kau pikir aku budek, ya?! Manggil kayak orang mau malak!!" ucapku kesal. "Kamu itu kenapa, sih?! Kok melamun tidak jelas?!" ucapnya marah. "Biarin dong, ah!! Melamun juga tidak mengganggumu!! Kenapa kamu yang repot!! Dasar suara besar!!" jawabku ikutan marah. "Dasar cucunya Watirah!! Kita sudah sampai!! Mau cari kos di mana?! Hah?!" tanya-nya berteriak. "Kuburan?!" jawabku asal. "Apa?!" teriak Lina, tidak percaya. "Terserah, Lina. Dimana saja aku mau asal jangan di bawah jembatan!!" ulangku masih kesal. "Kamu itu, ya!! Diajak ngomong baik-baik kok malah marah!! Kalau kamu mau!! Kau bisa cari kos-kosan sendiri sana!! Dasar ndeso!!" ucap Lina, semakin marah. "Ndeso?! Kau pikir kamu darimana?! Ndeso juga, kan?! Dasar anaknya Marpuah!! Cerewet kayak ibunya!!" maki-ku mengejeknya. Lina mendenguskan nafas kesal dan memelototkan mata semakin tajam. "Bye!!" ucapnya meninggalkanku. "Bye juga!! Weeekk!!" balasku meninggalkannya. Kami berjalan dengan berlawanan arah, kami juga menghentak-hentakkan kaki dengan kesal. Setelah jarak kami cukup jauh, kita berbalik arah dan mendekat lagi. "Gak jadi marah," ucapku setelah mendekat. "Kenapa?! Kok gak jadi marah?!" tanya Lina, heran. "Hutangmu belum kau bayar!! Ok?! Kalau aku marah dan ninggalin kamu!! Keenakan di kamu, dong!! Tidak jadi bayar hutang!!" ucapku kesal. "Halaaahh!! Hutang cuma 10.000 aja kok ditagih!! Itu tadi juga buat beliin kamu es!!" ucap Lina sambil menjitak kepalaku pelan. "Aduh!! Sakit bodoh!!" ucapku marah. "Salah sendiri!! Jadi orang kok pelit!!" ucap Lina mengabaikanku. "Ya sudah!! Ayo jalan!!" dengusku pelan. "Bentar!! Aku mau kasih kabar Uncle Dewo, dulu!!" ucap Lina memegang tanganku. "Dewo?! Siapa, sih?!" tanyaku penasaran. "Uncle, Aku. Dia masih bujang, loh!!" ucap Lina menjelaskan. "Tidak tanya," jawabku santai. "Aishh ... sok cuek!! Kalau sudah lihat orangnya pasti bakalan lemes!!" ucap Lina kesal. "Oh, maaf, Sayang, Aku bukan tipe gadis yang mudah jatuh cinta!! Apalagi pada om-om!!'' ucapku yakin. "Terserah kau saja. Diamlah! Aku mau menelpon!" ucap Lina, kesal. Aku mengangguk dan menunggunya berbicara di telpon. Setelah selesai, dia berteriak kegirangan. "Asik!! Yes! Mantap, Dil!!" ucapnya senang. "Kamu kenapa sih?! Heran, Aku! Gila ya?!" seruku bingung menatap kegirangannya. "Uncle Dewo mau menjemput kita, Dil!!" ucap Lina, senang. "Masak?! Biasa saja kali, ah!" ucapku sambil merapikan pakaianku yang lusuh. "Dasar, Kau!! Hemat di ongkos tahu!! Kau kan melarat!! Bawa uang saku cuma 100 ribu aja bangga!!" ucap Lina mengejekku. "Kau benar!! Itu juga salah satu alasanku tidak jadi marah!!" ucapku pelan. "Kenapa?!" "Karna ... Aku kan numpang kos di, Kamu, jadi ... tidak boleh marah sama, Kamu," ucapku santai. "Ikh!! Enak di kamu, dong?!" ucap Lina kesal. "Sudahlah, Kamu kan orang kaya!! Kaya monyet maksudku!!" ucapku sambil tertawa. "Dilla!! Kau?! Kau berani sekali menghinaku!! Awas ya!!" ucap Lina sambil mengejarku. Aku berlari dan menghindar dari kejaran Lina. Tapi disaat cepat-cepatnya berlari, tiba-tiba .... Bugh!! "Aaahh-" desahku saat menabrak seorang pria yang tinggi besar, berotot dan tampan. Saking kuatnya bertabrakan, kami terjatuh dan tanpa sengaja bibirku menyentuh bibirnya. Aku benar-benar terkejut dan malu, bajuku sobek bagian d**a. Dan BH ku dengan model kuno sontak terlihat. Tuhan .... "Astagaaa!! Katanya tadi tidak nafsu sama om-om!! Kok malah nerkam duluan?!" ucap Lina, di belakangku semakin membuatku malu. "Aku tidak sengaja, Bodoh!!" sahutku gugup dan malu. "Dek, bisakah kau, bangun? Buahmu keluar," ucapnya sambil tersenyum nakal. Meski tampan, aku risih dengan tatapannya. "B-buah apa?!" tanyaku kebingungan. "Buah d**a, Dek. Masak buah pisang," jawab pria di bawahku, nakal. Aku melihat ke arah payudaraku yang kini menekan dadanya. Dan sialnya, putingku menyembul menempel di tangannya, kebetulan saat jatuh dia memegang pinggangku dan tangan satunya jatuh tertimpa tubuhku. Omaigat!! "Astagaaa!! Apa yang kau lihat?!" ucapku sambil menutup matanya. Pria itu hanya tertawa sambil merapatkan badannya. Dasar m***m!! "Lina!! Ambilkan handukku, Bodoh!! Cepat!!" teriakku panik. Setelah Lina menyerahkan handukku, aku segera bangkit dan berdiri menutupi bagian tubuhku yang terbuka. Kurasakan pria itu mengamatiku dengan seksama, dia masih tersenyum geli. "Siapa namanya, Lina?!" tanya pria itu, pada Lina. "Dia sahabatku, Uncle Dewo. Namanya Dilla," ucap Lina sambil tertawa. "Oh, jadi dia om-nya Lina, tampan juga," bathinku menatap badan tegapnya. "Nama yang manis, kayak orangnya," puji om-nya Lina, nakal. "Cih!! Aku mau ganti baju dulu, Lina! Tapi di mana?!" tanyaku kesal menatap Lina. Pria itu bangkit dan menghampiriku. "Kau tidak perlu ganti baju, Dilla. BH-mu sangat sexsi. Mengingatkanku pada BH nenekku," ucap Dewo, menggodaku. "Dasar pria kurang ajar!! Untung lebih tua!! Kalau tidak!! Sudah kulepaskan celana dalamku yang bau dan mengusapkannya ke wajahmu!!" ucapku geram menatap senyuman nakalnya. "Auwh! Aku suka gadis galak, aaaarrrrr!!" ucapnya lagi, semakin membuatku kesal. Lina hanya tertawa melihat tingkah om-nya. "Lina!! Ayo berangkat!!" ajakku kesal dan menutupi badanku dengan handuk. "Astagaaa! Serasi sekali, Kalian!" goda Lina, menggodaku sambil tersenyum senang. "Najis!!" sahutku memalingkan wajah menghindari tatapan Dewo. "Aamiin," ucap Dewo, sambil tersenyum mengaminkan ucapan Lina. "Dasar tua," gumamku mencibir tingkahnya. *** JUDUL : UNCLE DEWO PENULIS : Dilla 909 ****** Bersambung .... Hai, All .... Jangan lupa berikan Love beserta komen kalian, ya. Salam kenal, Dilla909. Follow my, please .....

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
599.0K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.5K
bc

Yes Daddy?

read
798.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

True Love Agas Milly

read
197.9K
bc

T E A R S

read
312.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook