TERMENUNG

1393 Words
Aku memang tidak tahu tentang wanita-wanita itu, terutamanya Shira dan Ina tadinya. Apakah memang mirip seperti itu,? ataukah hanya penglihatanku saja. "Aku tidak tahu." Kami beristirahat sejenak dan berkumpul. Pada saat ini kami sedang merancang pembangunan gedung inti denah 103, yakni sebuah hotel mewah. Para pekerjaku cukup berkeringat dan senang, dan mereka sekarang sedang menyantap makan siang. PARA PEKERJAKU Kawan-kawan,!!! aku senang banget loh Pak Zonix jadi pimpinan kita, terutamanya pada pembangunan Hotel kali ini, Ruang B 05 yang kemarin itu, kokoh dan bagus loh, gimana menurut kalian,? Katanya para pekerjaku sambil mengobrol-ngobrol. ZONİX Aku duduk sejenak di sekitar area ruangan yang sedang di bangun, dan membiarkan saja mereka beristirahat sebentar. Kemudian aku melihat lagi fotonya Ina dan Shiranui sambil mengamati, tentu pada saat ini aku tidak bisa lagi mengenalinya dengan tepat. Bayangan-bayangan itu seolah-olah seperti telah mengabur, dan juga buram dalam ingatanku, terutamanya ketika melihat foto-fotonya mereka berdua. Ina adalah teman dan kenalan pada beberapa tahun yang silam, tepatnya di tahun 2011. Sedangkan Shira ialah wanita yang baru saja aku kenal pada beberapa hari yang lalu. Akan tetapi, mengapa wajahnya mereka berdua begitu mirip?. "Apakah benar begitu,?" Dan "Ataukah hanya penglihatanku saja,? apa mungkin aku yang telah lupa?." Mungkin saja karena telah beberapa tahun lamanya. Aku sekarang bisa bekerja dengan baik, walau aku tidak begitu ingat semuanya. DOVİANA Aneh ya Kak Zon akhir-akhir ini, kok dia seperti tidak perduli sama aku ya,? kenapa ya,? dan jarang banget ngasih uang. Hmm..., jangan-jangan ada sesuatu yang lain lagi. Wah..., mesti aku awasi nih dianya, Katanya Dovi dalam benaknya. ZONIX Kekasihku Dovi selalu saja marah, akhirnya tidak aku hiraukan sebentar. Aku bukannya tidak perduli, karena pada saat ini aku telah terpikirkan kembali tentang seorang wanita yang pernah aku kenal sebelumnya. Kemudian tiba-tiba atasanku Sendi Garde menyapaku disaatku sedang termenung. Dia sungguh keheranan dan terkejut. "Zon..., hey Zon...!, kenapa kamu berdiam diri saja disana,?" Tanyanya atasanku. "Tidak ada Pak, saya sedang beristirahat sejenak disini, ada apa ya Pak,?" Tanyaku padanya, namun ia malah mendekat kepadaku dan memperhatikan. "Loh..., itu foto-fotonya siapa Zon,?" Katanya ia yang tampak seperti ingin tahu. Matanya melirik-lirik handphone genggamku. "Oh ini..., teman dan kenalan saya Pak, kenapa memangnya ya,?" Tanyaku kepadanya datar. SENDİ GARDE Wah..., banyak juga foto-foto cewek cantik dan seksi di Hpnya si Zonix ini ya, nanti saya mau kenalan jugalah kalau begitu. Siapa tau ada wanita yang bisa saya ajak kenalan dan jalan-jalan, ya bersenang-senang lah pokoknya, katanya dia dalam benaknya. ZONİX Aku berkata apa adanya, namun nampaknya atasanku cukup antusias ketika melihat fotonya para wanita itu. Aku memang cukup lelah pada pekerjaanku ini, dan terkadang ku jarang pulang kerumah. Apalagi jika melihat pacarku Dovi yang selalu saja marah. Hal itulah yang selalu membuatku seperti tak bersemangat, bahkan terkadang aku merasa sepi dan sunyi, padahal aku punya pacar. "Ada pacar, tapi seolah-olah aku tidak merasakan kehadirannya." Terkadang juga dapat membuatku menjadi resah dan gelisah, walaupun begitu aku cukup menghargainya. Dovi telah menghormatiku, namun di lain waktu ia seperti merendahkanku, dan yang lebih membuatku heran ialah, mengapa ia malah lebih dekat dengannya atasanku?. Memang Pak Sendi Garde lah yang telah mengenalkanku padanya Dovi, jika tanpa dirinya, mungkin aku tak akan mengenalnya dan memacarinya. SENDİ GARDE Aku mengenalkan dan menawarkan Dovi padanya Zonix, karena aku suka akan dirinya yang pekerja keras, telaten dan giat. Aku juga dekat dengan orang tuanya Dovi. Apalagi dia juga belum punya calon, dan ingin mencari jodoh, semoga saja mereka berdua cocok, atasanku berkata dalam benaknya. ZONİX Kami berbincang sejenak, lalu telepon genggamku berdering dengan keras, sampai-sampai kami berdua pun tersentak. Atasanku tidak mengetahui, jika hubunganku dengan Dovi pada saat ini sedang tidak harmonis, apalagi romantis. "Hubunganku dengannya Doviana sedang kacau." Nada dering teleponnya cukup keras, hingga sampai menyebabkan atasanku menanyakan dengan heran, dan kemudian aku mengangkatnya. "Halo salam, selamat siang, ya halo..., ada apa lagi ya Dek Dovi,?" Tanyaku padanya dengan lembut, namun aku sedikit kesal. Aku sangat terkejut akan suaranya yang keras dan nyaring, bahkan terdengar seperti membentak. Dovi berteriak dan marah-marah, sepertinya ada sesuatu yang tak biasa. "Ya halo..., Kak Zon. Kamu ini kalau ditelepon itu, diangkat lah,! capek aku miss call kamu terus, kamu dengar ga sih,!?" Katanya Dovi padaku cukup keras, dan sepertinya ingin memerintah. "Ya... ya dek, tadi kakak tidak dengar loh, dan sekarang saya masih ditempat kerja juga nih, gimana ya," Aku menjelaskan kepadanya dan mendengarkan ocehannya. Memang sampai beberapa kali ia meneleponku dan tidak aku hiraukan. Aku sedang dalam keadaan bekerja saat ini. Apalagi fokusku tadinya telah terbagi kepada Ina dan juga Shira, lebih tepatnya terpikirkan. Kedua wanita yang telah membuatku penasaran dan sekaligus membutaku bingung. Log panggilan mungkin sudah lebih dari lima kali, maka wajar saja rasanya bila Dovi marah ataupun mengomel. Aku sedikit terkejut, karena baru kali ini ia begitu marah besar, sampai-sampai membentakku, dan seperti tak menghormati. Perasaanku yang tadinya begitu senang, namun lama kelamaan menjadi berkurang. Bukannya aku tidak perduli, tapi waktu dan keadaanlah yang telah membuat kami berdua menjadi renggang. DOVİANA Kesal banget aku sama Kak Zon nih, kalau di telepon kok begitu terus. Padahal aku mau memperhatikannya, tapi kok dia seperti acuh tak acuh begitu, ada apa ya,? Dovi berkata dalam benaknya. "Kak Zon..., kamu kalau di telepon kok susah banget, kenapa ya,? wah jangan-jangan kamu ada yang lain ya,?" Katanya Dovi padaku dan terdengar seperti menuduh. "Waduh..., aneh kamu ya dek, saya ini lagi kerja loh.., gimana sih," Kataku padanya. DOVİANA Dia selalu saja bilang kerja-kerja begitu, bahkan sampai seperti tidak ada waktu lagi untukku. Aku bingung bagaimana hubunganku dengannya ini, padahal aku sudah ingin menikah dan bersuami, gimana ya, Dovi berkata dalam benaknya. ZONİX Aku dan ia selalu saja berdebat dan berbeda pendapat, tapi aku tetap saja bertahan, karena aku menghargai dan membutuhkannya, tentunya ku lebih mementingkan hubungan. Sebenarnya aku tidak menginginkan adanya pertengkaran, tapi ia selalu saja bersikap seperti itu, sampai-sampai membuat atasanku bertanya kepadaku, dan hal itu membuatku sedikit curiga. "Hey Zon..., ada masalah apa antara kau dan Dovi,? kok ditelepon terus begitu,?" Dan "Kenapa kau dengan Dovinya Zon,? kok tampaknya dirimu cemberut terus akhir-akhir ini, ada apa ya,?" tanyanya atasanku yang sedang berada di sebelahku, dan seolah-olah ingin tahu. "Ga ada Pak, hmm...hubungan kami sedang tidak baik-baik saja Pak," Kataku datar dan tak banyak kata-kata. Hubunganku dengan Dovi seperti bunga yang layu, tidak bernuansa, ceria dan juga cerah. Hampa kurasakan sampai-sampai aku ingin melihat wanita yang lainnya. Shira atau Ina, karena mereka berdua seperti telah mengingatkanku pada seseorang, dan sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi entah dimana?. Kami beristirahat pada siang hari ini dan berdiskusi. Aku merasakan berjalannya waktu itu terasakan begitu lama, lalu atasanku tadinya menyapaku lagi. Aku tidak ingin pertengkaranku dengannya Dovi di dengarkan olehnya, lalu aku langsung tutup saja teleponnya, namun Dovi malah lebih intens meneleponku, dan bahkan seperti tidak mengerti. Padahal pada saat ini aku sangatlah sibuk, namun ia tetap saja meneleponku, seolah-olah seperti tidak mau tahu. "Kring kring kring..." "Halo Kak Zon..., woy,! kamu kenapa sih Kak,? kok teleponnya ditutup begitu,? susah banget di hubungi,? aku mau ngomong nih,!" Tanyanya Dovi yang semakin keras. "Ya halo, ga ada dek, aku lagi sibuk dan pusing saja nih, lagipula ku juga lagi banyak kerjaan, kamu kok ngapain nelpon-nelpon terus,?" Aku menjelaskan padanya dan juga bertanya. "Akhir-akhir ini kamu sering sekali begitu ya, ah ga mungkin deh kamu sibuk, kenapa sih kak Zon,!?" Katanya ia yang sedang marah dan mengomel seperti tak percaya. Akhir-akhir ini kepalaku sering merasa pusing, mungkin karena omelannya dan juga pekerjaan, tapi aku tetap bisa bekerja dengan baik seperti biasanya, karena ambisiku tadinya ialah untuk dapat menjadi seorang Arsitek yang sukses. Pekerjaan menjadi seorang Arsitek memanglah berat, dan aku selalu berusaha semampuku, tentunya dalam menyuguhkan hasil yang terbaik. DOVİANA Gimana ya baiknya hubunganku dengan Kak Zonix?. Aku kesal dan cemburu kepadanya, kok kenapa dianya sulit sekali di atur seperti itu ya?. Hmm..., aku jadi heran dan bingung nih kepadanya. Bagaimana mau jadi suami aku kalau begini, Dovi berkata dalam benaknya. ZONIX Aku merasa aneh dan penasaran. Mengapa Shira pada waktu berjumpa denganku di Restoran pada waktu itu, yakni terlihat sangat misterius. Aku baru saja berkenalan dengannya, dan ku merasakan ada sesuatu yang berbeda, sepertinya aku pernah melihatnya dan telah mengenalnya. Tiba-tiba aku teringat kepadanya Ina, mungkin karena telah beberapa tahun lamanya tak bertemu, Shira lah yang telah mengingatkanku kepadanya, karena wajahnya mereka berdua sangatlah mirip. Aku duduk diam sambil melihat para pekerjaku bekerja. Atasanku juga cukup perduli padaku, dan aku termenung sejenak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD