Scent of Petrichor 1b

1062 Words
"Kata-kata yang sama untukmu," balas Rocky dingin. Tidak ada lagi sikap ramah yang tadi ditunjukkannya saat berada di dalam kelab malam. Hilang sudah senyum di wajah pria itu, berganti ekspresi lelah bercampur jengkel. Meski begitu, ia tetap menggandeng tangan Ivy menuju tempat mobilnya terparkir, khawatir jika sekiranya gadis itu mencoba kabur darinya.  "Bagaimana kau selalu bisa menemukanku?" tanya Ivy geram. "Bagaimana kau selalu bisa menemukan tempat baru untuk didatangi?" Rocky menjawab dengan mengutip kata-kata Ivy namun membuatnya menjadi sindiran bagi gadis itu.  Langkah mereka terhenti di depan mobil Rocky. Pria itu membuka pintu dengan kasar dan memaksa Ivy masuk ke dalam. "Sial!" umpat Ivy. "Aku benar-benar membencimu, Rocky!" "Aku belum sampai pada tahap membenci,” balas Rocky begitu ia sudah duduk di kursi kemudi. “Baru sampai pada tahap muak saja. Muak dengan kekeraskepalaanmu." "Kau pikir aku tidak muak denganmu?" sahut Ivy kejam. "Itu bukan urusanku," dengus Rocky tidak peduli. Ia melajukan mobilnya tanpa peduli apakah Ivy keberatan ikut bersamanya atau tidak. "Turunkan aku!" perintah Ivy ketika mereka sudah melaju sekitar sepuluh menit. Rocky melihat ke sisi kiri kanan dan hanya menemukan jalan sepi yang gelap. Sesekali nampak sekelompok lelaki berpenampilan urakan di sudut-sudut jalan.  "Di sini?" dengusnya kasar. "Hm." "Jangan gila!” hardik Rocky. “Dengan pakaianmu yang serba terbuka itu, kau hanya akan berakhir diganyang lusinan lelaki jalanan, Bodoh!" "Kau pikir aku selemah itu?" bantah Ivy kesal. Ia bukanlah gadis lemah yang dengan mudah akan kalah menghadapi laki-laki.  "Kau pikir kau sekuat itu?" tantang Rocky sambil tertawa mengejek. "Berhenti mengejekku!" sentak Ivy marah. Lalu dalam satu gerakan cepat ia menyikut rusuk Rocky, membuat pria itu membungkuk menahan nyeri. "Aw!” erang Rocky. Ia tidak main-main. Sikutan Ivy benar-benar membuatnya merasakan nyeri yang cukup hebat. Harus Rocky akui, sebagai pelatih capoeira, Ivy memang cukup hebat. Gerakannya gesit dan tepat sasaran. Namun entah yang tadi salah satu gerakan dalam capoeira ataukah hanya gerakan brutal yang terdorong oleh rasa kesal. “Kita bisa kecelakaan! Berhati-hatilah, Ivy!" "Aku harap kita kecelakaan dan kau yang mati," ujar Ivy kejam. "Sumpahilah aku sesukamu,” balas Rocky dingin. “Aku tidak peduli. Telinga ini sudah terlalu kebal mendengar sumpah serapahmu sejak belasan tahun lalu." Jika dulu sekali, sikap Ivy ini pernah melukai perasaannya, kini tidak lagi. Rocky sudah kebal dan jadi sangat terbiasa menanggapi kekasaran Ivy. Rocky tidak lagi sedih atau kecewa karena sikap Ivy yang terus memusuhinya. "Kenapa kau tidak menikah saja?" tanya Ivy tiba-tiba. "Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?" balas Rocky heran. "Kurasa kau pria kesepian yang tidak punya banyak kesibukan, karena itu kau selalu mengusik ketenangan orang lain," sahut Ivy pedas. "Kurasa kalau kau menikah, kau akan berhenti mengusili hidupku." "Ck! Kau sangat meremehkanku ternyata. Kau kira aku tidak punya kesibukan, hm?" Rocky terkekeh geli kali ini. "Asal kau tahu, setiap hari aku berhadapan dengan belasan bahkan puluhan wanita cantik yang keluar masuk untuk melakukan pemotretan atau syuting. Kesibukanku banyak dan tidak ada habisnya." Rocky tidak asal membual. Sejak Scarlet kembali ke Verz, Rocky tidak lagi bertugas mengawalnya. Tugasnya beralih mengurusi bisnis Eldo yang bergerak dalam industri fashion dan entertainment. Mirip dengan tugas yang ia kerjakan sebelum Zka hadir dalam hidup Eldo. Tapi kini Rocky tidak lagi menjadi manajer bagi para talent yang bekerja untuk Center Point, melainkan menjadi direktur di sana. Wajar jika kesehariannya dikelilingi wanita cantik. Tidak jarang para wanita itu sengaja mendekati Rocky sebagai jalan pintas untuk meningkatkan karir mereka. Namun sayangnya, Rocky tidak pernah tertarik untuk menanggapi mereka. "Kalau setiap hari kau berurusan dengan wanita cantik, kenapa tidak kau pacari saja salah satunya lalu nikahi?" sindir Ivy. "Aku tidak ingin," balas Rocky singkat. Ivy tersenyum sinis, kemudian memutar posisi duduknya hingga ia bisa mengamati wajah Rocky dengan jelas. "Tidak ingin atau tidak selera?" Rocky bukan tidak menyadari jika Ivy sedang memandanginya, namun ia mengabaikan saja kelakuan gadis itu. "Sama saja." Tiba-tiba saja Ivy tergelak kencang lalu melontarkan tuduhan yang terdengar kejam. "Jangan bilang kau tidak menyukai wanita?!" Entah mengapa Rocky begitu jengkel mendengar kata-kata Ivy kali ini. Refleks ia menginjak pedal rem kuat-kuat dan membanting setir ke tepi jalan.  “Rocky!” seru Ivy terkejut.  Kepala gadis itu hampir saja menghajar dashboard mobil jika tangan Rocky tidak dengan sigap menahan tubuhnya.   “Kenapa berhenti mendadak?” tanya Ivy waspada. Matanya segera memandang keluar mobil namun tidak menemukan apa-apa. "Perlu kubuktikan?" tanya Rocky dingin. Suaranya terdengar berbeda dan sedikit menakutkan. Wajahnya pun begitu. "Maksudmu?" tanya Ivy bingung. Apa yang perlu dibuktikan? Ia bahkan lupa apa yang sedang perbincangkan karena Rocky mengerem mendadak dan membuat Ivy shock. "Aku bisa membuktikan kalau aku menyukai wanita,” ujar Rocky dengan suara yang terdengar janggal. “Kita bisa membuktikannya bersama." Ivy terpana mendengar kata-kata Rocky. Ia mengerjap tidak percaya, namun mulutnya mendadak kelu. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. “Perlukah kita lakukan?” Rocky melepas sabuk pengaman yang menahan tubuhnya, kemudian memutar posisi duduk hingga lebih leluasa menghadap Ivy. Ia memajukan tubuhnya, kemudian tangannya terulur meraih pinggang Ivy. "Rocky! Jangan gila!" teriak Ivy panik. Otaknya baru bisa diajak berpikir, dan Ivy segera memahami maksud Rocky. “Kau takut?” Rocky menaikkan kedua alisnya melihat reaksi Ivy, kemudian berujar kejam, “bukankah kau sudah terbiasa melakukan kontak fisik dengan para lelaki yang kau temui? Kurasa itu sudah berlangsung cukup lama. Bahkan sepertinya sejak kau masih seorang bocah ingusan.” “Bukan urusanmu!” Ivy mendorong d**a Rocky menjauh. Namun usahanya sia-sia. Tenaga Rocky jauh lebih besar darinya. Kini Rocky malah semakin memajukan tubuhnya, mengikis jarak di antara mereka, dan menarik paksa tubuh Ivy semakin mendekat ke arahnya. Satu tangannya yang lain kini juga ikut menyentuh tubuh Ivy. Jemarinya bergerak ringan membelai bahu Ivy yang terbuka. “Aku ingin tahu seperti apa rasanya bermain-main denganmu. Dan aku juga penasaran sehebat apa dirimu ketika bermain bersama para pria b******k itu.” Ada kemarahan yang Rocky rasakan setiap kali teringat saat-saat ia memergoki Ivy bersama para pria b******k di tempat-tempat yang tidak pantas. Dan entah apa yang merasukinya saat ini, ada dorongan teramat kuat dalam dirinya hingga Rocky begitu ingin mencicip rasa bibir Ivy yang merah menggoda. "Berhenti!" teriak Ivy panik ketika bibir Rocky menyapu ujung bibirnya. Teriakan panik Ivy berhasil menghentikan aksi gila Rocky. Dalam sekejap, kewarasannya kembali. Dilepaskannya pinggang Ivy yang sejak tadi direngkuhnya, kemudian mendorong gadis itu menjauh. Ia sendiri kembali memperbaiki posisi duduknya. Sebelum kembali menyalakan mesin mobil, Rocky berujar dingin, "jangan main-main denganku, Adik Kecil!" *** --- to be continue ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD