Haruka baru hendak menarik lengannya ketika pria yang duduk di meja tamu itu menarik pergelangan tangannya erat-erat. Haruka bergetar, takut dan kikuk secara bersamaan. Orang-orang di sekitar mereka mulai menatap Haruka yang bertingkah aneh, namun sama sekali tidak ada yang berani ikut campur.
“Apa aku begitu menakutkan untukmu, huh?”
“K-Kudou Masahiro.” Cicit Haruka super pelan.
“Bagus, kau masih mengingatku.”
Haruka meneguk ludahnya susah payah. Sejak ia datang ke Shibuya, entah mengapa selalu orang-orang berbahaya yang ia temui. Belum ada satu minggu sejak ia bertemu Nakazawa Naofumi, dan sekarang ia bertemu dengan Kudou Masahiro. Haruka benar-benar terkejut, apalagi karena pria itu mengenali dirinya. Kudou Masahiro adalah pemimpin Bakuto, grup yakuza paling terkenal di Asakusa yang terus mengejar Ryunosuke untuk bergabung dengan mereka. Berbeda dengan Nakazawa Naofumi yang selalu memasang wajah tersenyum lembut dan tatapan mata teduh, Kudou Masahiro selalu tampil dengan visual intimidatif. Lihat saja, ia datang ke kafe di mana banyak anak muda biasa bersantai tetapi membawa dua pengawal berpakaian formal yang sejak tadi hanya berdiri di belakang tubuhnya sementara dia dengan santainya memakan hidangan yang disediakan. Haruka penasaran apakah manajer kafe ini memperlakukan Kudou Masahiro secara khusus, atau mereka tidak berani berurusan dengan Bos Bakuto sehingga membiarkan dia berlaku sesukanya saja.
“Maaf Kudou-san, saya harus kembali ke belakang.” Haruka berusaha keras menarik lengannya, tetapi Kudou Masahiro tetap menahannya, membuat Haruka bingung harus bereaksi seperti apa. Ini adalah hari pertamanya bekerja, Haruka tidak ingin dipecat di hari pertamanya karena dianggap bersikap tidak sopan kepada pengunjúng. Haruka bahkan harus menggunakan bahasa formal kepada Kudou Masahiro yang jelas-jelas membuat lidahnya gatal.
Kudou Masahiro menarik lebih kuat pergelangan tangan Haruka, membuat pemuda itu secara reflek menunduk dan nyaris menempel dengan tubuh Kudou Masahiro sendiri. Sebuah seringai licik tercipta, membuat Haruka kembali meneguk ludahnya dengan susah payah. Haruka tahu isi kepala Kudou Masahiro hanya dipenuhi oleh sekenario buruk. Selama lima tahun ia mengejar Ryunosuke, dan sampai detik ini pun ia belum mendapatkannya. Haruka yakin dia pasti memikirkan cara mengerikan lainnya yang berujung dengan terlibatnya Haruka.
“Kau tiba-tiba datang ke Shibuya, pasti Mamizuka Ryunsouke ada di Shibuya juga.”
Haruka menarik paksa lengannya, membuatnya menjatuhkan nampan dan menarik perhatian pengunjung lainnya. Berpasang-pasang mata menatapnya dengan pandangan bingung. Haruka segera memungut nampan yang ia jatuhkan, kemudian membungkuk singkat dan segera melangkah cepat kembali ke dapur. Napasnya naik turun ketika ia berhasil melarikan diri. Kafe tempatnya bekerja sangatlah mewah dan lengkap dengan pendingin ruangan, tetapi kedatangan Kudou Masahiro seketika membuat tubuhnya panas dan lemas. Haruka masih tidak bisa menyembunyikan ketakutannya kepada pria itu meski telah bertahun-tahun tidak bertemu.
“Shirai-kun, ada apa denganmu? Kau mengenal pengunjung yang memanggilmu tadi?” Tanya Sasaki ketika melihat Haruka masuk ke dapur dengan ekspresi panik.
Haruka lekas menggeleng keras. “Tidak, sama sekali tidak mengenalnya, Sasaki-san.”
Sasaki mengerutkan keningnya bingung. Ia mendekati Haruka dan menyentuh dahinya. “Wajahmu tampak pucat, tapi suhu tubuhmu dingin sekali. Kau sakit?”
Haruka kembali menggeleng. “Aku baik-baik saja, Sasaki-san.”
“Begitu? Baiklah kalau memang kau baik-baik saja. Jika kau merasa sakit langsung katakan saja, jangan sungkan.”
Haruka mengangguk paham dan Sasaki segera kembali ke pekerjaannya. Haruka nyaris jatuh merosot dari posisinya yang bersandar di pintu. Siapa sangka pertemuannya dengan Kudou Masahiro bisa memberikan dampak yang sangat besar ke fisik dan psikisnya. Haruka masih tidak bisa mengontrol ketakutannya kepada pria itu. Haruka benar-benar penasaran bagaimana Nakazawa Naofumi menghadapi sosok super intimidatif seperti Kudou Masahiro. Jika rumor tentang permusuhan lama mereka benar, berarti keduanya sudah mengenal sejak lama.
“Naofumi-san…” Gumam Haruka pelan. “Selama Ryu-chan tidak tahu, kurasa tidak apa-apa menemui Naofumi-san.” Haruka mengangguk dengan keputusannya sendiri. Ia sudah bertemu dengan Kudou Masahiro, yang itu artinya akan ada pertemuan-pertemuan lainnya yang pastinya tidak akan baik-baik saja. Haruka merasa harus mempersiapkan diri, dan tawaran Nakazawa Naofumi adalah satu-satunya opsi terbaik yang Haruka pikirkan saat ini.
**
Haruka benar-benar mengambil keputusan besar saat ini, dengan beraninya ia meninggalkan kerja sambilannya di supermarket dan menggantinya dengan bertemu dengan Nakazawa Naofumi. Haruka pikir, gajinya selama bekerja di kafe cukup untuk biaya hidupnya sehari-hari. Lagipula, kafe tempatnya bekerja bukan sekadar kafe biasa. Meski tempat itu sudah diketahui Kudou Masahiro sebagai tempatnya bekerja, Haruka merasa tidak perlu terlalu khawatir karena menganggap Kudou Masahiro tidak mungkin macam-macam dengannya di tempat umum yang selalu ramai seperti kafe itu.
Haruka diberi kartu nama oleh Nakazawa Naofumi ketika bertemu sebelumnya. Ketika sampai di depan kediaman bergaya tradisional itu, Haruka langsung dicegat oleh dua orang pria di gerbang depan. Haruka berusaha menjelaskan maksud kedatangannya, tetapi sepertinya kedua orang itu tidak percaya jika Haruka mengenal Bos mereka. Keributan kecil sempat terjadi. Haruka yang memang mudah terpancing menjadi kesal dan nyaris baku hantam dengan dua orang penjaga itu. Beruntung, Nakazawa Naofumi segera datang keluar dan mencegah Haruka dan dua pengawalnya baku hantam di depan kediamannya.
“Masuklah, Haruka-kun. Oh ya, maafkan mereka yang bersikap kurang sopan padamu. Mereka sedang berada di Kansai ketika kau datang kemari beberapa hari yang lalu, jadi mereka tidak mengenalmu.”
Haruka mengangguk.
“Kau menerima tawaranku, Haruka-kun?”
Haruka kembali mengangguk. “Sebenarnya, aku berniat tidak mengambil tawaranmu, Naofumi-san. Ryu-chan marah-marah dan melarangku untuk berhubungan dengan yakuza manapun. Tapi…” Haruka menggantung kalimatnya, ragu-ragu untuk mengatakan yang sejujurnya.
“Tapi?”
“Sebelum itu, bolehkah aku bertanya mengapa Tekiya dan Bakuto bermusuhan?”
Nakazawa Naofumi menghela napas. “Kau sungguh ingin tahu? Mungkin aku akan selesai bercerita sampai esok hari jika kau menanyakan hal itu.” Candanya.
“Secara singkat saja Naofumi-san, maksudku berikan aku satu alasan mengapa kalian bermusuhan sejak lama. Jujur saja, permusuhan kalian sudah seperti rahasia umum di kalangan berandalan sepertiku. Bahkan teman-temanku banyak yang tahu tentang itu dan sering membicarakannya. Entah mereka mendapatkan informasi dari mana.”
Nakazawa Naofumi memandangi taman di kediamnnya. Ada jeda yang cukup lama di antara mereka sampai Nakazawa Naofumi kembali berbicara. Haruka pikir, masalah Tekiya dan Bakuto mungkin tidak sesederhana yang dibicarakan teman-temannya di Asakusa dulu. Mungkin pula, ada banyak hal di balik permusuhan itu yang tidak ingin dibicarakan kepada pihak luar.
“Pengkhianatan… mungkin?”
Haruka mengernyit bingung. “Bakuto mengkhianati Tekiya? Kalian pernah bekerja sama di masa lalu ya?”
“Ah, Haruka-kun, aku penasaran mengapa kau tiba-tiba berubah pikiran padahal Mamizuka Ryunosuke sudah melarangmu untuk berhubungan dengan yakuza?”
Haruka sadar Nakazawa Naofumi berusaha mengalihkan pembicaraan dari topik alasan permusuhannya dengan Bakuto. Jujur saja, Haruka benar-benar penasaran dengan alasan sebenarnya dari permusuhan bertahun-tahun yang mereka lakukan. Jika itu menyangkut bisnis, Haruka rasa keduanya sudah cukup seimbang dan tidak mungkin bentrok dalam hal itu. Hanya satu kata yang Nakazawa Naofumi katakan mengenai alasan permusuhan mereka. Pengkhianatan? Salah satu dari mereka berkhianat? Bakuto mengkhianati Tekiya? Atau malah, permusuhan ini sebenarnya berasal dari masalah pribadi? Kudou Masahiro yang mengkhianati Nakazawa Naofumi? Ah sial, Haruka benar-benar penasaran tetapi juga tidak berani bertanya-tanya lebih lanjut mengenai hal itu.
“Aku bertemu dengan Kudou Masahiro di tempatku bekerja sambilan.”
Nakazawa Naofumi yang sebelumnya sedang menikmati teh hijau miliknya mendadak langsung berhenti. “Masahiro? Di Shibuya?”
Haruka mengangguk. “Aku bekerja di kafe Florida yang ada di persimpangan Shibuya. Hari ini adalah hari pertamaku bekerja. Sasaki-san, uh maksudku seniorku di kafe mengatakan padaku bahwa ada seorang tamu yang meminta ‘Haruka’ untuk mengantarkan pesanannya. Aku benar-benar bingung karena aku baru hari pertama bekerja di kafe itu. Sialnya, dia adalah Kudou Masahiro.”
“Masahiro mengenalmu?”
Haruka mengangguk. “Bakuto selalu mengincar Ryu-chan sejak lima tahun silam. Aku juga sudah berkali-kali terlibat dalam keributan. Kurasa Kudou Masahiro mendapat laporan dari bawahannya bahwa mereka melihatku dan mengasumsikan bahwa Ryu-chan pasti ada di dekatku.”
“Dan itulah mengapa kau menyetujui tawaranku?”
Haruka mengangguk. “Aku harus lebih kuat, Naofumi-san. Bakuto sudah melihatku, dan itu tandanya mereka juga akan segera menemukan Ryu-chan. Aku tidak ingin kalah dan merepotkan Ryu-chan seperti lima tahun silam. Aku harus menang dan membalas dendam dengan tanganku sendiri.”
Nakazawa Naofumi tersenyum dan mengusap kepala Haruka pelan. “Bagus, kau anak yang memiliki tekad kuat. Datanglah kemari setiap selesai bekerja, aku akan melatihmu sampai kau bisa mengalahkan Bakuto dengan kemampuanmu sendiri.”
Haruka mengangguk puas. “Siap!”
***