Bab II. Pertemuan Pertama

408 Words
Pagi harinya, setelah selesai sarapan, Sissy, Yuri dan Melisa berangkat. Sissy bekerja di kantoran. Melisa akan ke kampus dan Yuri mau ke showroom. Sissy terlebih dahulu mengantar Melisa lalu mengantar Yuri ke showroom. Di perjalanan, Sissy berkata, "Nanti kamu jangan marah ya?". "Maksudnya, Sis?" tanya Yuri yang masih tak mengerti. Namun Sissy mengalihkan perbincangan mereka dengan menanyakan tipe mobil yang diinginkan Yuri. Dan akhirnya mereka sampai di depan showroom. Yuri turun dari mobil. Sissy berkata, "Aku antar saja ya kamu have fun" sambil melambaikan tangan. Yuri pun membalas dengan lambaian tangan. Yuri yang saat itu mengenakan dress oranye, sepatu high heel, rambut coklat gelombangnya yang dibiarkan terurai dan bibir nya yang memakai lipstik berwarna oranye membuat orang-orang di showroom mobil terpanah ke arah Yuri termasuk Ryu. Ryu seorang pemuda tampan yang sebenarnya anak pemilik showroom tersebut namun ia memperkenalkan diri kepada Yuri sebagai sales marketing. Ryu menghampiri Yuri dan memperkenalkan diri. "Selamat pagi, saya Ryu marketing disini, ada yang bisa saya bantu?", Nona, yang saat itu mengenakan kemeja berwarna biru langit. "Iya, saya ingin mencari mobil yang nyaman untuk dipakai sehari-hari dengan 4 kursi dan harga yang terjangkau". Ryu yang memang mengambil jurusan marketing di kampus nya dengan ramah dan terampil menjelaskan detail mobil yang diinginkan Yuri. Ryu juga supel sehingga mudah akrab meski baru berkenalan. Selain itu Ryu cukup tampan, tatapan matanya lembut dan memiliki senyum yang manis. Selang tak berapa lama, Yuri sudah menemukan mobil yang cocok untuknya, mobil berwarna putih dengan desain yang elegan dengan 4 kursi. "Saya suka yang ini", kata Yuri. Yuri menaiki mobil tersebut dan Ryu menjelaskan fitur-fitur di dalam mobil. "Baik, kita bisa test drive dulu di sekitar jalan sini, bagaimana?" sambung Ryu. Saat test drive Ryu yang memang terpanah pada Yuri pun mulai membuka pembicaraan. "Nona, masih muda sudah bisa beli mobil sendiri?", hebat ya. Yuri hanya membalas dengan senyuman. Ya, begitulah Yuri sejak kehilangan cinta pertamanya menutup diri dari laki-laki, padahal banyak yang mendekati Yuri. Ryu bertanya lagi, "Maaf, saya dari tadi manggil nona tanpa nama, kalo boleh tahu nama nona siapa biar lebih enak dipanggil?". "Yuri", dan setelah itu ia memfokuskan diri menyetir dan mengalihkan pandangannya ke luar mengisyaratkan ia tak ingin berbincang. Ryu pun tak bertanya lagi dan hanya sesekali melirik ke arahnya karena Yuri memang cantik walaupun jutek. Hidungnya terlihat mancung dari samping dan aroma parfum Yuri terasa harum menambah pesonanya. Dalam hatinya Ryu bertekad mendekati Yuri karena Ryu memang suka saat pertama kali melihat Yuri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD