Chapter 02 : Sepenggal Kisah Tentang Jang Si Woo

1274 Words
Pintu yang tinggi itu terbuka, membimbing langkah Dewa Kematian Jang Si Woo untuk memasuki pengadilan di mana ia akan diadili karena kesalahannya ketika bertugas. Rahang tegas dan tatapan dingin itu tak menunjukkan sebuah pengakuan bahwa dia telah melakukan hal yang salah. Namun demikian dengan mulut yang terkatup rapat itu seolah tak ingin menyangkal semua tuduhan yang membuatnya berakhir di tempat itu. Berdiri di tengah ruang kosong seorang diri dan dihadapkan dengan ketujuh hakim yang akan segera menentukan nasibnya setelah ini. Pintu di belakang Si Woo tertutup secara perlahan. Terlihat sangat berat dan berdebum cukup keras ketika tertutup dengan rapat. Dan ketika pintu besar itu tertutup, tidak ada satupun pendosa yang bisa keluar dari sana sekalipun ia telah mengakui dosa-dosanya. "Dewa Kematian Penyegel Ingatan, Jang Si Woo," Hakim Utama berucap dengan suara yang besar dan berhasil memenuhi ruangan itu. Si Woo menjawab dengan tenang namun terkesan sangat dingin, "Ye, Hakim Ketua?" "Kami akan memberimu waktu untuk merenungkan semua kelalaianmu dalam bertugas." Saat itu tiba-tiba muncul sebuah kaca setinggi ukuran tubuh Si Woo. Di sana Si Woo bisa melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Namun seperti permukaan air yang tersapu dan berguncang, bayangan Si Woo memudar dan justru digantikan dengan hal lain. Bukan orang lain, Si Woo melihat dirinya sendiri berada di cermin. Namun bukan dirinya yang sekarang, melainkan cerminan dirinya yang telah menyeleweng dari tugasnya. Dari cermin itu, Si Woo bisa melihat kilas balik tentang kesalahan apa saja yang pernah ia lakukan ketika ia bertugas di dunia manusia. Namun meski begitu, tak ada yang berubah dari Si Woo. Si Dewa Kematian tetap bertahan dengan sikap dinginnya, namun bukan berarti dia angkuh. Setelah Si Woo menyaksikan semua kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan, cermin itu tiba-tiba menjadi kosong. Dan bahkan ia tak mampu menemukan pantulan dirinya di cermin. Hakim Ketua kembali berbicara, "karena kecerobohanmu, kau mengubah garis takdir seseorang ... apakah kau melupakan sumpahmu saat kau menerima tugas ini, Dewa Kematian Jang Si Woo?" "Tidak, Hakim Ketua." "Lalu, apa yang membuatmu bertindak sampai sejauh ini?" "Tidak ada, Hakim Ketua." Ketujuh hakim saling bertukar pandang, merasa kesulitan ketika hanya kalimat pendek yang keluar dari mulut Si Woo. Berbeda dengan para Dewa Kematian lainnya yang terus melakukan pembelaan ketika diadili, Si Woo justru berdiam diri dan tak mencoba untuk menyangkal. Seakan ia sudah bersiap dengan hukuman apapun yang akan ia jalani. Reputasinya sebagai Dewa Kematian paling sulit, semakin terlihat jelas. "Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" "Tidak, Hakim Ketua." Beberapa hakim tampak menghela napas mereka dengan berat. Hingga keputusan yang telah mereka ambil bersama kemudian disampaikan oleh Hakim Ketua. "Baiklah jika itu sudah menjadi keyakinanmu. Mulai detik ini ... Dewa Kematian Jang Si Woo, secara resmi diberhentikan dari tugasnya sebagai Dewa Kematian Penyegel Ingatan." Si Woo menyahut tanpa ragu, "aku, Jang Si Woo. Mengakui semua tindakan menyelewengku dan akan menerima hukuman atas tindakan menyelewengku saat betugas di dunia manusia." "Sekali lagi aku bertanya padamu. Jang Si Woo, kau mengakui semua tindakan menyelengmu tanpa pembelaan?" "Ye." Hakim Ketua menghela napas pendek sebelum menjatuhkan vonis pada Si Woo. "Baiklah ... bereinkarnasilah." Pandangan Si Woo yang sebelumnya tak pernah mengarah pada ketujuh hakim di hadapannya, lantas segera memandang Hakim Ketua. Sejujurnya, reinkarnasi adalah hukuman yang paling berat dibandingkan dengan dilempar ke neraka bagi seorang Dewa Kematian. "Tarik sumpahmu ... dan jalani hukuman, Jang Si Woo." Kaca di hadapan Si Woo tiba-tiba menggelap. Wajah para hakim tampak gelisah, namun tidak dengan Si Woo yang sama sekali tak merubah ekspresi dinginnya. Perlahan Si Woo mengangkat tangan kanannya, mengarahkan telapak tangannya pada kaca di hadapannya. Saat itu, ingatan Si Woo mencoba membawa kembali kenangan yang ia dapatkan saat ia mulai bertugas sebagai seorang Dewa Kematian Penyegel Ingatan. Dan keberadaannya di sana adalah imbas dari ia yang menyalahgunakan jabatannya dengan membebaskan ingatan seseorang tanpa izin. Mengambil napas dalam dengan sangat singkat. Si Woo berucap untuk mengingkari sumpahnya sebagai Dewa Kematian, "aku, Jang Si Woo. Mengingkari sumpahku sebagai seorang Dewa Kematian. Aku ... Jang Si Woo. Akan menebus segalanya." Jemari Si Woo perlahan menyentuh kaca di hadapannya. Namun batin yang terasa berat itu lantas berucap, "selamat tinggal, Kakak ... maafkan aku." Satu tetes air mata keluar dari salah satu sudut mata Si Woo. Bertepatan ketika telapak tangannya menyatu dengan kaca, pintu di belakangnya terbuka. "Jang Si Woo!" Kaca di hadapan Si Woo hancur, melebur menjadi butiran kecil yang kemudian jatuh ke lantai bertepatan dengan teriakan seseorang yang baru saja membuka pintu. Dan hal itu tentunya berhasil mengejutkan ketujuh hakim yang berada di sana. Hwang Ki Hyun. Senior yang sudah dianggap kakak oleh Jang Si Woo. Senior yang selalu membimbing Jang Si Woo, senior yang sudah dianggap keluarga oleh Jang Si Woo. Hwang Ki Hyun—Dewa Kematian Penyegel Ingatan yang lebih senior dari Si Woo, terpaku di ambang pintu ketika tak lagi bisa ia temukan Si Woo di sana. "Tidak, kenapa kalian melakukan semua ini?" sebuah gumaman yang mewakilkan keputusasaan yang ia rasakan saat ini. Dengan netra yang tampak memerah dan juga tatapan yang gemetar. Ki Hyun memasuki ruangan itu. Sejenak mengabaikan keberadaan ketujuh hakim hingga ia mencapai tempat terakhir di mana ia melihat Si Woo. Ki Hyun menatap marah pada butiran debu putih menyerupai salju yang tersisa di lantai. Dan pandangannya itu lantas mengarah pada ketujuh hakim yang tampaknya masih menunggu reaksi yang akan ia berikan. Dengan kemarahan yang tertahan, Ki Hyun berucap, "bukankah ini terlalu kejam? Kenapa kalian memberikan hukuman ini?" "Semua berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Sebagai Dewa Kematian senior, kau seharusnya sudah tahu bagaimana hukum berjalan di sini, Dewa Kematian Hwang Ki Hyun." "Ini tidak sesuai dengan kesepakatan." "Hukum tidak pernah menerima kesepakatan! Apa kau ingin merendahkan hukum yang kita miliki?" suara Hakim Ketua sedikit meninggi. Ki Hyun menatap tak percaya. Pada kenyataannya sebelum ini terjadi, Ki Hyun telah membuat kesepakatan dengan Hakim Ketua bahwa dia akan membawa Si Woo. Dengan satu syarat bahwa Si Woo tidak akan menerima hukuman reinkarnasi. Namun setelah menyaksikan hal ini, Ki Hyun tahu bahwa dia tidak bisa mempercayai siapapun. Dan seharusnya dia tidak membiarkan Si Woo pergi sendirian. "Bagaimana bisa kalian berbicara seperti itu? Ada hukuman lain yang lebih pantas untuk Jang Si Woo. Tapi kenapa ... kenapa kalian harus memilih reinkarnasi? Tidakkah itu terlalu kejam?" Hakim lain menyahut, "merubah garis takdir seseorang adalah tindak kejahatan yang tidak bisa diampuni meski dia tinggal di neraka selama satu tahun sekalipun. Bukalah matamu, Hwang Ki Hyun ... kau ingin melawan hukum hanya untuk membela anak itu?" Ki Hyun ingin menentang, namun dia hanya menahan diri. Dan saat itulah Hakim Ketua menengahi dengan suara yang kembali tenang. "Hukuman telah dijatuhkan dan tidak bisa dibatalkan. Jang Si Woo telah dijatuhkan ke bumi untuk menerima hukumannya. Dan kau, Dewa Kematian Hwang Ki Hyun ... jangan sesekali kau mencari keberadaan anak itu atau dia hanya akan membuat masalah di kemudian hari. Ini adalah peringatan untukmu." Para hakim lantas meninggalkan tempat mereka. Menyisakan Ki Hyun yang tampak menahan tangisnya. Sebagai seorang Dewa Kematian, seharusnya dia bisa bersikap kejam dan tak memiliki hati nurani. Namun sayangnya, Ki Hyun kembali memiliki hati nuraninya setelah pertemuannya dengan Jang Si Woo. Satu persatu lutut Ki Hyun bersentuhan dengan lantai. Berlutut dengan penyesalan yang semakin membuatnya merasa bersalah karena membiarkan Si Woo pergi dengan cara seperti ini. Tangan Ki Hyun meraih butiran debu di hadapannya. Menggenggamnya kuat-kuat, dia berucap, "maafkan aku, seharusnya aku tidak membiarkanmu pergi sendiri ... Jang Si Woo, aku pasti akan menemukanmu ... maafkan aku ..." Detik itu, Jang Si Woo dijatuhkan ke bumi. Terlahir sebagai bayi laki-laki tanpa tangis yang menandai kelahirannya di dunia, seakan ingin menyembunyikan dirinya dari para Dewa Kematian yang telah menantikan kelahirannya. Menjalani kehidupan untuk menebus dosanya sebagai orang lain yang mungkin akan memiliki karakter yang berbeda dengan dirinya ketika masih menjadi Jang Si Woo—si Dewa Kematian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD