Chapter 2 - Masih Arsen

1288 Words
Happy reading, guys!! Jangan lupa votenya, thank you >    Sekarang Ara bersembunyi di rumahnya, ketika pulang sekolah tadi, dia langsung pulang begitu saja tanpa menunggu Arsen. Hari ini, dia ingin kembali menghindari Arsen, apa pun yang terjadi. Tapi, sayangnya dia tidak harus kabur kemana lagi dan akhirnya memilih untuk diam di rumahnya. Setidaknya ketika di rumah Ara, Arsen tidak akan berani melukai dirinya dan jika Arsen macam-macam, Ara akan segera berteriak meminta tolong kepada Jennie, Mama Ara. Ara melirik sebuah foto di atas meja belajarnya, foto dirinya dan Arsen sewaktu masih kecil. Sebenarnya dia tidak mau menyimpan foto itu, tapi Arsen memaksa dirinya untuk memajang foto itu di kamarnya. Mereka sudah kenal dari kelas tiga sd, waktu ini Ara dan kedua orang tuanya baru saja pindah ke Jakarta dan secara kebetulan Arsen merupakan tetangganya. Waktu pertama kali bertemu Arsen, Ara takut. Arsen menatap Ara dengan dingin dan tajam hingga membuat dirinya menangis lalu tidak mau datang lagi ke rumah Arsen. Namun, sayangnya Jennie dan Marco, orang tua Ara, adalah sahabat baik dari Bella dan Rey, orang tua Arsen. Hal inilah yang membuat Ara tidak bisa lepas dari Arsen. Jennie terus memaksa Ara untuk berteman baik dengan Arsen, apalagi kata Bella, Arsen sangat senang bertemu dengan Ara. Sejak hari itu, Arsen selalu mengikuti Ara kemana pun Ara pergi, dia juga akan melarang Ara bermain dengan siapa pun, entah itu cewek atau cowok. Jika Ara tidak mau mendengarkannya, Arsen akan mengancam dirinya dengan membuang boneka kesayangan Ara, yaitu Doraemon. Ara secara terpaksa dan mau tidak mau akhirnya menuruti keinginan Arsen. Ara pikir dia hanya akan bertemu Arsen di daerah perumahannya saja, tapi ternyata itu cuma mimpi belaka. Dia bertemu dengan Arsen di sekolah juga dan lebih buruknya lagi mereka ternyata satu kelas. Bukan hal baik jika dia dan Arsen satu kelas, karena Arsen juga memonopoli dirinya. Padahal waktu itu Ara adalah siswa baru di kelas Arsen dan seharusnya dia berbaur dengan teman-temannya. Namun, Arsen yang keras kepala dan posesif itu membuatnya jauh dari teman-teman kelasnya, Ara bahkan tidak punya teman semasa SD-nya. Dia hanya bermain dengan Arsen dan mengikuti cowok itu pergi kemana pun dengan terpaksa. Ara sudah pernah mengeluh kepada Jennie, tapi tentunya Jennie tidak percaya karena baginya Arsen itu anak yang baik, seperti Bella. Jennie juga cuma menganggap Arsen ingin melindungi Ara, seperti Rey ke Bella.  Saat mereka SMP pun, Arsen tetap satu sekolah dan sekelas dengannya. Namun, untungnya saat SMP, Ara masih bisa berbaur dan berteman dengan orang-orang yang menurut Arsen baik dan tidak berbahaya untuk Ara. Arsen memberi Ara sedikit ruang karena permintaan Bella. Bella bukan tidak memerhatikan sifat posesif Arsen ke Ara dan dia tahu bagaimana rasanya itu. Dia mengerti Ara pasti tidak nyaman dengan sifat posesif Arsen, maka dari itu dia meminta Arsen untuk memberikan Ara sedikit ruang untuk berbaur dengan orang lain selain Arsen. Awalnya Arsen menolak hal itu, namun Bella memberikan sedikit penjelasan yang mudah dipahami oleh Arsen saat itu. Mau tidak mau, Arsen mengalah dan akhirnya memberikan sedikit ruang untuk Ara. Dulu, juga ada yang membuat Ara bingung tentang Arsen. Arsen ngotot meminta dirinya untuk memanggil Arsen dengan nama Arsen bukan Zico. Padahal teman-teman Arsen yang lain memanggil dirinya Zico bukan Arsen, seperti yang dilakukan oleh Ara.  #Flashback "Kenapa Ara harus manggil Arsen dengan sebutan Arsen, temen-temen yang lain memanggil Arsen dengan sebutan Zico?" Tanya Ara bingung. Saat itu, Arsen dan Ara sedang pulang bersama, mereka memang selalu berangkat dan pulang berdua dengan supir pribadi Arsen. "Biar sama nama kita, kamu Ara aku Arsen, mirip kan?" Balas Arsen sambil menyuapi Ara roti yang tadi dia beli di kantin, tapi tidak dimakan, sengaja dia sisihkan untuk Ara. Ara menggeleng tidak setuju, "Bedalah, nama aku Ara, kamu Arsen. Lagian Ara nggak mau manggil Arsen dengan Arsen, Ara lebih suka manggil Arsen dengan Zico, seperti yang lain." "Sama, awalan kita Ar. Panggil aku Arsen mulai sekarang, jangan Zico lagi. Paham?" "Nggak mau." Tolak Ara tegas, tapi tak lama dia menyesali hal itu. Arsen tidak pernah menunjukkan sisi gelapnya kepada Ara selama ini, dia memang terkadang bersikap dingin kepada Ara ketika Ara tidak menurutinya seperti sekarang. Namun, bedanya kali ini dia benar-benar marah kepada Ara. Ara seharusnya mengerti bahwa dia tidak suka Ara membantah perintahnya.  Maka, dengan cepat Arsen menarik gantungan tas Doraemon yang berada di sampingnya, dia lantas membuka jendela lalu dengan ringan membuat gantungan Doraemon itu ke jalanan. Sedangkan Ara, dia terkejut dengan sikap Arsen , gantungan itu dia dapatkan ketika dia dan orang tuanya berlibur ke Jepang. "Aku nggak suka kamu ngelawan aku, aku benci." Ucap Arsen menatap Ara tajam dan dingin seperti pertama kali mereka bertemu. Ara yang takut, akhirnya menangis keras hingga membuat sang sopir menatapnya dari kaca mobil, namun itu hanya sesaat karena Arsen menatapnya dingin dan tajam juga hingga membuat sang sopir kembali memfokuskan diri ke jalan raya.  Arsen menggengam dagu Ara dan membuat Ara menatap Arsen dengan penuh air mata, "Kamu harus nurut sama aku, kalo nggak, nanti semua koleksi Doraemon kamu aku bakar." Ucap Arsen di depan wajah Ara. "Nggak mau! Zico jahat sama Ara, Ara benci Zico!" Ucap Ara marah dan berusaha melepaskan genggaman Arsen, tapi Arsen malah semakin menggengam erat dagu Ara hingga membuatnya meringis dan menatap Arsen takut. "Arsen, Ara. Bukan Zico. Sekali lagi kamu manggil aku Zico, aku bakar beneran koleksi Doraemon kamu." Bisik Arsen pelan lalu dia melepaskan genggamannya dan membawa Ara ke dalam dekapannya sembari membelai rambut Ara agar Ara berhenti menangis. Setelah kejadian itulah, Ara terus memanggil Arsen dengan Arsen bukan Zico lagi. #Flashback Kelar Kali ini Arsen tidak mungkin membuang koleksi Doraemonnya, karena Ara sudah melupakan Doraemon. Lagipula dia sudah menyumbangkan seluruh koleksinya ke panti asuhan. Jadi, Arsen tidak bisa mengancamnya kembali. Ara bangun dari tidurnya ketika mendengar suara pintu kamarnya dibuka dan ternyata orang yang sedari tadi dia hindari, muncul di depannya. Arsen sedang berada di dalam kamarnya sambil tersenyum miring.  "Ar-sen." Panggil Ara gugup, dia mengeratkan selimut ke tubuhnya.  Seharusnya dia tidak perlu takut kan? Ini rumahnya, dia bisa saja teriak ketika Arsen macam-macam, iya seharusnya begitu. Tapi, sayangnya takdir bermain dengannya. "Mama mu baru saja pergi dengan Mama ku, mereka katanya mau ke butik dan baru pulang sore. Aku disuruh jagain kamu." Ucap Arsen santai sambil berjalan dan mendekati koleksi album boyband Korea kesukaan Ara. Ara hampir berteriak kesal, Jennie selalu meninggalkan dirinya saat dia membutuhkannya. Inilah yang membuat dia sedikit jengkel kepada Jennie, Jennie terlalu percaya kepada Arsen. "Kamu pilih, di sini atau di apartemen ku?" Tanya Arsen pelan tanpa mengalihkan pandangan dari koleksi Ara. Alarm berbahaya menyala di kepala Ara, sebentar lagi Arsen akan menghukumnya karena kesalahannya dari kemarin dan hari ini. "Arsen, maaf. Ara janji nggak akan ngulangin lagi. Maafin Ara." Mohon Ara, dia berusaha meluluhkan hati Arsen, siapa tahu berhasil. Arsen mendecak kesal, "Aku suruh pilih bukan nyuruh kamu minta maaf." Arsen tersenyum kecil ketika melihat salah satu koleksi salah satu koleksi album boyband kesukaan Ara, yaitu EXO-Love Shot, "Tapi, karena kamu nggak jawab dengan benar, jadi ini aku patahin ya?" Ucap Arsen santai sambil melempar asal ke lantai. Ara menggeleng cepat, dia segera turun dari kasur namun sayangnya dia kalah cepat. Dalam sekejap, album itu hancur parah karena Arsen menginjaknya dan membuat Ara terduduk lemas.  Ara mati-matian beli album itu, dia bahkan harus rela tidak jajan di sekolah demi memberi album itu dan sekarang dengan mudahnya dirusak oleh Arsen. "Masih mau yang lain dirusakin?" Tanya Arsen santai sambil melihat album yang lain. "J-jangan lagi. Cukup Arsen! Cukup!" Teriak Ara sambil menangis, dia sudah cukup sabar selama ini menghadapi Arsen, tapi kali ini, dia tidak bisa sabar lagi, EXO adalah belahan hatinya dan Arsen sudah merusak belahan hatinya itu. Arsen menghela nafasnya, dia mendekati Ara lalu memeluknya, "Aku harap kamu nggak ngelakuin kesalahan lagi." "Kamu tau aku nggak suka ditolak, diabaikan, dan nggak suka kalo kamu jadi pelindung seseorang. Kamu itu punya aku, dan kamu yang harusnya dilindungin." "Ini terakhir kalinya, aku liat kamu berontak sama aku, paham?" Ara hanya mengangguk lemah, dia tidak akan bisa melawan Arsen sampai kapan pun, karena Arsen akan melakukan apa pun untuk menariknya kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD