Soni mendekati putrinya. Ia mendekap gadis itu seraya ikut menatap sinar jingga yang mulai menghilang. Soni tak mampu menahan bulir-bulir bening yang juga keluar dari pelupuk matanya. Hatinya hancur melihat pendaran kesedihan yang terpancar jelas di wajah Aulia. Namun ia tak bisa berbuat banyak. Ia tak rela kehilangan putri satu-satunya jika ia mempertemukan Aulia dengan Andhini. Aulia pasti akan lebih memilih untuk tinggal bersama ibunya dan akan meninggalkan Soni seorang diri. Soni tak kuasa membayangkan hal itu. Soni tidak ingin putrinya pergi. Soni tidak rela jika harus jauh dari putrinya. Ia begitu mencintai Aulia. Ia akan mati jika putrinya tidak ada di sampingnya. “Aulia sayang ... masuk yuk, papa belikan Aulia ayam goreng madu kesukaan Aulia. Ada es campur juga, Aulia suka’kan,

