Andhini masih mematung di ruangan yang dingin itu. Ia tersanjung sekaligus khawatir dengan sikap dan perlakuan Reinald tadi. Ia seakan lupa akan penyesalannya yang sudah ia lontarkan berkali-kali dalam hatinya saat Andhini berada di rumah sakit Harapan Bersama. Wanita itu menangis dan memegangi perutnya. Seketika terlintas dalam benaknya untuk menghilangkan nyawa janin yang tidak berdosa. Tapi sudut hatinya yang lain, memberontak. Jangan Andhini, apa yang kau lakukan bersama Reinald itu saja, sudah dosa besar. Sekarang ingin membunuh janin yang tidak berdosa? Jangan jadi pembunuh, Andhini. Ada bisikan-bisikan halus yang menguasai otak dan relung hati terdalam Andhini. Wanita itu kemudian tersadar, ia menyeka wajah yang terus mengalirkan air mata. Air mata penyesalan yang sama sekali ti

