"Ada apa?” Neti akhirnya membuka pintu kamarnya, diiringi oleh Yasri, di belakangnya. “Ma, tolong Dhini ma ... tolong Dhini ....” Andhini terus menangis, ia menggenggam jemari ibunya. Wajahnya tampak sangat khawatir. “Iya, ada apa Dhini? Jelaskan dengan baik-baik, jangan memangis dulu.” Yasri mulai keluar dari kamarnya, Reinald menghindar untuk memberi ruang. “Pa, mas Soni ke–kecelakaan. Sekarang kondisinya kritis. Dhini mohon, temani Dhini untuk menemui mas Soni, sekarang.” Andhini masih terbata-bata. Air matanya terus mengalir. “Papa sudah tidak bisa membawa mobil malam-malam begini. Mata papa sudah kabur.” Yasri menatap menantunya yang masih berdiri membeku di sebelahnya, “Rei, bisa papa minta tolong?” “A–apa pa?” Reinald gugup. “Papa minta tolong, antarkan Andhini menemui suaminy

