Kekesalan Wira

1340 Words
Beberapa menit kemudian mereka sampai disebuah rumah papan panggung yang cukup besar. Disana terlihat beberapa kru sedang sibuk menyiapkan barang-barang perlengkapan syuting dan juga membuat tenda darurat. Beberapa dari mereka melihat kedatangan Mahawira dan mereka segera menyambut kedatangan Wira. "Selamat satang dilokaso tempat kita akan bermalam Pak," ucap salah satu karyawan Argrya Tv yang bertugas sebagai ketua Tim A untuk acara mereka. Karyawan ini bertanggung jawab mencari tempat tinggal mereka dan ia juga bertugas untuk merekrut para pekerja lokal untuk membantu mereka beberapa hari selama acara syuting dan juga pembangunan di Desa ini. "Terimakasih karena telah mempersiapkan semuanya dengan baik," ucap Wira. "Ayo Pak Silahkan masuk!" Ajaknya membuat Wira mengikuti para ketua Tim ini dan berbincang bersama mereka didalam rumah. Sementara itu Winda dan Arinda sedang memperhatikan disekeliling mereka. "Loh...ternyata banyak yah krunya," ucap Winda terkejut sama halnya dengan Arinda. "Pak Wibi benar-benar gila. Program tv mau dibuat serentak biar hemat biyaya" ucap Winda dan ia kagum dengan pemilik perusahaan. Ini bukan gila tapi ide cemerlang Batin Arinda. "Acara ini persiapkan dengan matang Win," ucap Arinda membuat Winda menganggukkan kepalanya. "Walaupun sebenarnya jauh banget tempatnya ya Rin, tapi saat udah sampai disini tempatnya cukup mengagumkan," ucap Winda karena alam disini sangat indah. Apalagi udara di Desa ini jauh dari polusi seperti di Kota. "Iya, makanya aku kagum sama pemilik perusahaan karena beliau sangatlah baik. Setiap tahun pasti akan ada acara ke daerah seperti ini, apalagi beliau dikenal sebagai orang yang sering membantu panti dan juga beberapa daerah tertinggal," jelas Arinda. "Kakek memang baik Rin," ucap Winda memandang lurus kedepan sambil tersenyu mengingat Wibi. Mata Arinda tertuju pada sosok yang sangat ia kenal dan ia tersenyum melihat perempuan cantik yang saat ini juga terlihat sangat senang melihatnya. "Tery..." ucap Arinda mendekati Tery dan memeluk Tery dengan erat. "Mbak Arin ikut juga ya? Aduh Tery senang kalau ada Mbak," ucap Tery terlihat antusias karena Arinda berada disini. "Iya...kamu apa kabar?" tanya Arinda tersenyum hangat. "Alhamdulilah aku sehat Mbak, Hehehe.. aku gini-gini aja Mbak, jadi presenter ternyata lebih enak dibandingkan jadi model atau pemain sinteron. Kalau jadi presenter Mama dan Papa pasti ngizinin dibandingkan jadi model," jelas Tery. Tery Alexsander anak pengusaha kaya raya yang memiliki beberapa usaha diberbagai bidang. Tery dan Arinda berkenalan saat Tery ikut audisi presenter di Agriya Tv. Tery tidak menggunakan koneksi keluarganya untuk menjadi presenter, hingga ia terpilih disalah satu program dan terkenal. Dua bulan kemudian karena kencantikan Tery dan juga kepintaranya membuat para wartawan mencari latarbelakang keluarga Tery dan terungkaplah jika Tery anak dari pewaris Alexsander grup yang begitu kaya raya. Arinda dan Tery merasa cocok berteman karena keduanya berpenampilan sederhana dan tidak menyukai makeup kecuali tampil di Tv atau dipesta. "Jadi acara wisata alamnya kamu yang bawain?" tanya Arinda karena sebelumnya artis lain yang membawakannya. "Iya Mbak, tiba-tiba Tery dikontak sama pihak Tv" ucap Tery tersenyum senang. "Kamu itu berbakat dan pasti banyak Tv yang mau jadiin kamu presenter tetap mereka," ucap Arinda. "Mbak Arin bisa aja sih, aku kan jadi malu dipuji mentorku," ucap Terry membuat Arinda mengelus kepala Terry dengan lembut. "Ter, kenalin ini Winda," ucap Arinda memperkenalkan Tery. "Winda," ucap Winda tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya kepada Tery. "Tery," ucapnya sambil tersenyum dan ia menjabat tangan Winda. Suara intruksi Bagus dan Fandra membuat mereka semua berkumpul. Dari dalam rumah keluar Mahardika dan Mahawira. Kedua laki-laki tampan itu membuat para perempuan yang berada disana menatap kagum keduanya. Tak dapat dipungkirinya pesona para pangeran Agrya memang sangatlah luar biasa, bukan hanya tampan tapi ketiganya memiliki otak yang cerdas dalam mengelolah bisni keluarga mereka. "Jumlah kalian semua sekitar empat puluh orang. Lima belas orang kru daerah dan sisanya dari jakarta" ucap Mahardika. "Iya Pak..." ucap Mandra yang menjadi tanggung jawab para kru. "Tery, steven, Monaria, hmmm mana Andru dan Mira?" tanya Mahardika. "Mereka nggak bisa datang Pak" ucap Maya...tim kreatif acara wisata alam. "Kamu ini gimana sih May, kalau mereka nggak bisa datang harusnya bilang dari jauh-jauh hari," ucap Mahardika dingin membuat Maya memucat. Mahardika menatap Arinda dan kemudian ia mendapatkan ide cemerlang. Wajah Arinda terlihat sempurna didepan kamera. Cantik, berwawasan tinggi dan pintar berkomunikasi. Arinda sangat cocok disandingkan dengan orang yang sangat ia kenal dan sepertinya acara ini akan semakin seru jika Arinda ikut serta. "Tery, kamu tidak keberatan jika Arinda menggantikan Mira?" tanya Mahardika. "Setuju Pak...Mbak Arin itu mentor Tery dan tentu saja acara kita bakal semakin menarik," ucap Tery tersenyum senang karena Arinda bisa ikut syuting bersama dengannya. Wajah Arinda memucat ia segera menggelengkan kepalanya. "Maaf Pak saya tidak bisa!" ucap Arinda kesal. "Kenapa tidak bisa?" tanya Dika menatap Arinda dengan tatapan tidak suka. "Saya tidak pernah menjadi presenter acara seperti ini Pak dan pekerjaan saya cuma program bantuan dan iklan Pak," ucap Arinda karena kedatangannya bukan untuk ikut serta dalam syuting program ini. "Bagus...saya pinjam Arinda untuk syuting wisata alam bisa?" tanya Mahardika kepada ketua tim Arinda. "Silahkan, Pak!" ucap Bagus. Ia tidak mungkin bisa menolak keinginan atasannya meskipun Arinda pasti akan kesal kepadanya. Tatapan Mahardika tertuju pada sosok Mahawira yang sejak tadi berada disampingnya namun ia memilih diam dan hanya menjadi pendengar. Mahawira mengerutkan dahinya saat senyum sinis terpancar dari wajah dingin sepupunya itu. Ia menghela napasnya karena sepertinya sepupunya ini sedang merencanakan sesuatu dan itu pasti akan melibatkan dirinya. "Pak Wira karena Bapak hanya mengawasi saja dan saya juga minta bantuan Bapak untuk menjadi bintang tamu acara ini bersama Mona dan Steven. Jadi kalian berlima akan bermain di program wisata alam sekalian menujukkan calon pengganti Pak Wibi yang bisa langsung menyapa pemirsa," ucapan Mahardika membuat Mahawira menatap Dika dengan tajam. Tentu saja ia tidak suka tampil diacara program wisata alam dan kedatangannya kemari hanya untuk mengamati jalannya program, bukan untuk ikut syuting seperti yang direncanakan Mahardika. Tak ada pilihan karena demi mensukseskan program ini, ia harus terlibat. Ini semua mungkin memang keinginan Wibi sang kakek yang ingin memperkenalkan Mahawira kepada rekan bisnisnya melalui program ini. Mahawira masuk kedalam rumah panggung untuk bertemu dengan kepala desa dan perngkatnya. Setelah pertemuan itu selesai Mahawira memanggil sang adik sepupunya itu dengan geram. Saat ini keduanya berada disebuah ruangan yang berada dirumah panggung ini. Keduanya saling menatap dan menujukkan kekesalan masing-masing. "Ini semua rencana kakek tua itu kan?" tanya Wira menatap Dika dengan tajam. "Iya, dan saya hanya mengikuti perintahnya saja," ucap Dika dingin. "Mahardika Agriya kamu keterlaluan. Sudah berapa kali saya bilang, saya tidak ingin menjadi pewarisnya. Kenapa tidak kamu? Kenapa tidak Mahendra ?" teriak Wira dengan nada tinggi. Mahardika bajakan sempat menolak bekerja di perusahaan keluarga dan itu membuat Mahawira murka. "Sekarang giliran kamu yang harus mematuhi perintah Kakek, Mahawira yang terhormat. Kamu pikir kami para cucu selama ini senang dengan menuruti semua keinginanya? Kamu sudah lama hidup bebas dan bisa menjadi apa yang kamu inginkan. Kami hanyalah penjaga tahta milikmu selama ini, " ucap Dika geram dengan sikapWira . "Saya tidak pernah menginginkannya, Dika" Ucap Wira dingin karena ia lebih menyukai profesinya saat ini dibandingkan menjadi pewaris Agrya grup. "Kau akan segera menikah dengan cucu Oma Arianti setelah cucunya ditemukan. Kau tidak akan bisa menolak takdirmu Mahawira!" ucap Dika. Perjodohan antara Mahawira dengan cucu salah satu rekan bisnis Wibi kakek mereka telah dilakukan sejak lama. Mahardika dan Mahendra sama sekali tidak tertarik menjalankan bisnis sang kakek. Keduanya telah memiliki bisnis poperti yang cukup menjanjikan. Mahendra bahkan mengubur mimpinya untuk menjadi penyanyi band karena sikap otoriter sang kakek sama halnya dengan Mahardika, yang mengubur mimpinya untuk menjadi abdi negara. Hanya Mahawira yang berhasil menjadi seorang dokter seperti impiannya dan itu membuat Mahendra dan Mahardika sepakat untuk menjadikan Mahawira sebagai pengganti Agriya wibiasurah pemilik Agriya TV. Kata-kata Oma Arianti selalu terngiang ditelinga Mahawira jika dirinya akan menjadi suami salah satu dari cucunya. Mahawira mengacak rambutnya karena kesal. Ia tidak suka dipaksa tapi mengingat adik perempuannya yang sangat ia sayangi lagi-lagi membuatnya mau tidak mau harus menerima pertunangan itu. Tapi sejak ia bertemu dengan wanita yang membuat jantungnya merasa tidak sehat, membuatnya memutuskan untuk mencari cara membatalkan pertunangannya jika cucu Oma Arianti muncul. Hatinya goyah dan ia sangat kesal jika mengingat perjodohan yang tidak ia inginkan akan segera terjadi jika cucu Oma Arianti muncul.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD