- 7 -

1120 Words
Bel istirahat pertama baru saja berbunyi. Guru kewirausahaan yang barusan mengajar di kelas XI Pemasaran 2 , telah keluar dari kelas. Para siswa segera bergegas ke kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar. Ayla menoleh ke meja di belakangnya, Azrial tampak sedang memasukan buku paket kewirausahaan ke tasnya. "Beli soto yuk, Yal. Berdua sama gue." Ajak Ayla. "Yah, lagi gak pengen, La. Gue mau beli nasi uduk." "Gue ngajak Chica juga gak mau." Biasanya, mereka membeli satu mangkuk soto untuk berdua. Karena satu porsi soto lumayan banyak, dan harganya juga mahal untuk ukuran uang jajan mereka -semangkuk soto harganya sepuluh ribu, belum termasuk nasi, belum beli es untuk minum-. Sedangkan uang jajan rata-rata mereka hanya dua puluh ribu. Jika dipakai untuk beli soto, bisa-bisa pulang jalan kaki. Karena gak kebeli bensin atau bayar angkot. "Gue juga pengen soto, berdua sama gue yuk." Ayla menoleh ke asal suara, tepatnya di sebelah Azrial. Lagi-lagi cowok ini. Ayla tidak mengerti apa tujuannya, jelas-jelas Ayla sudah tau tentang Regal yang buaya. Masih aja usaha. "Oke." Tapi jika usaha Regal tidak merugikannya, tentu saja Ayla tidak menolaknya. Azrial tersenyum geli menyaksikannya, Ayla sudah keluar dari tempat duduknya disusul Azrial dan Regal. Sampai di pintu, sudah ada Chica yang senantiasa nyamper Ayla saat istirahat. "Elo makan bareng kita dong, Re?" Tanya Azrial di sela-sela jalan mereka menuju kantin. "Iya dong." "Ada aja ya modusnya." Sampai di kantin, Satrya dan Fahlan sudah menempati meja untuk mereka. Chica dan Ayla sedang mengantre untuk membeli makanan. Regal yang membeli semangkuk soto dengan Ayla, menghampiri Ayla di tempat tukang soto. Setelah soto mereka siap, Regal yang membawanya ke meja tempat teman-temannya berkumpul. Melihat kedatangan Ayla dan Regal dengan semangkuk soto, mereka langsung mengarahkan tatapannya pada Regal. "Terrrniat ya nih anak." Komentar Satrya melihat kedatangan Regal dan duduk di sebelahnya. "Berisik lo, Sat." "Hati-hati, La. Tuh soto kayaknya dikasih jampe-jampe." Chica ikut menimpali. "Astagfirullah, yaa nggaklah. Dilarang itu sama agama." "Mempermainkan hati cewek juga dilarang sama agama, Re. Dosa besar." Fahlan yang gemas dengan jawaban Regal menyauti, serta diiringi sorak sorai teman-temannya. "Nah nah! Dengarkan Habib Fahlan, Re. Sebentar lagi dia ngeluarin dalil nih." Kata Satrya geli, mendengar suara Fahlan barusan seperti para penceramah saat Maulid Nabi. "Berisik, t***l. Diliatin orang, malu dikit kek." "Mampus, Ayla ngegas." Azrial tertawa kecil mendengar ucapan Ayla, dan kembali memakan nasi uduknya. Regal kini mengarahkan pandangannya pada Ayla. Cewek ini. Lucu sekali. Penilaian Regal tentang Ayla yang pendiam sangat tidak tepat. Ayla tidak pendiam, apalagi kalem. Singkatnya, Ayla benar-benar menarik. Tempat duduk Regal berhadapan dengan Ayla, membuatnya dapat leluasa memperhtikan Ayla. Cewek itu terlihat santai menuangkan kuah soto dengan sendoknya, sambil sesekali ikut bercanda dengan teman-temannya. Yang Regal ketahui, Regal tidak pernah memperhatikan cewek sampai seperti ini. Yang sudah-sudah, ia hanya menargetkan, mendekati, lalu mengajak jalan, tentu saja tanpa perlu bergabung dengan teman-teman cewek tersebut. Tidak seperti saat ini, ia harus bergabung dengan teman-teman Ayla agar dapat dekat dengan Ayla. "Lan, Lan, itu coba elapin mulut si Regal. Ampe ngeces gitu ngeliatin Ayla." "Sial." Regal berdecak, tertangkap basah oleh Azrial sesang memperhatikan Ayla. Dan kini Fahlan yang duduk di sebelahnya mengambil dasi Regal, berlagak mengelapi sekitar mulut Regal. Ayla mengangkat kepalanya, tersenyum geli melihat wajah Regal dan ulah Fahlan. Sekali lagi. Regal benar-benar menyukai cara Ayla tersenyum. Apapun caranya, Regal akan mendapatkan Ayla. *** Dihari-hari berikutnya, Regal semakin sering bergabung dengan Azrial dan teman-temannya. Tentu saja semata untuk dekat dengan Ayla. Beruntung, Regal memang sudah berteman dengan Azrial sejak SMP. Hanya saja saat di kelas satu SMK mereka beda kelas, sehingga beda pergaulan. Beruntung pula, teman-teman Ayla lebih banyak cowok, membuat Regal mudah menggabungkan diri. Karena gak mungkin Regal akan menggabungkan diri ditengah genk cewek-cewek. Ditengah gencarnya Regal untuk mendekati Ayla, tapi Regal masih tetap dengan kebiasaannya. Tentu saja Regal punya pacar, kali ini masih Febi. Dan masih ada beberapa cewek yang berhubungan dengannya dan pulang sekolah bersama. Febi memang tidak satu sekolah dengan Regal, jadi cewek itu tidak tau jika Regal memiliki sampingan tukang ojek di sekolahnya. "Hotspot dong, Yal." Ayla menoleh ke bangku belakangnya, saat ini kelasnya sedang tidak ada guru. Ramainya kelas anak Pemasaran benar-benar tidak ada bedanya dengan pasar. "Abis kuota gue ah. Paketan sih lo, hotspot mulu. Buat apasih?" "Pelit aja pake kepo." Ayla mengalihkan perhatiannya pada Regal yang duduk di sebelah Azrial, cowok itu kini tampak sibuk menyalin PR entah dari buku siapa. "Re, hotspot dong." Regal mengangkat kepalanya sesaat. Kini Ayla tidak seketus sebelumnya pada Regal. Cewek itu mulai terbiasa memperlakukan Regal seperti Azrial dan yang lainnya, meski Ayla tau pasti tujuan Regal bergabung dengan teman-temannya. "Di charges di depan hapenya, Ay. Nyalain aja hotspotnya. Tau password hape gue, kan?" Ayla mengangguk, lalu berjalan menuju depan kelas, untuk menyalakan hotspot di ponsel Regal yang sedang di charger. Stop kontak yang hanya disediakan satu di setiap kelas, berubah jadi banyak saat tidak ada guru. Anak-anak dikelasnya sampai kolektifan demi membeli sambungan terminal stop kontak agar bisa mencharger ponselnya. Alhasil, banyak ponsel yang bergeletakan di depan kelas yang sedang diisi daya baterainya. Tentu saja Ayla bukan salau satu siswa yang gemar mengisi daya baterai di sekolah. Ayla tidak suka berebut stop kontak. Azrial yang mendengar ucapan Regal tadi, kini menoleh pada Regal. "Jadi, udah sampe Ayla tau password hape lo?" Tanya Azrial, memastikan. "Yeah, abis dia sering minta hotspot, kan ribet kalo nanya password mulu." Azrial mengangguk. Regal tau, Azrial sangat khawatir padanya. Azrial mengenal Regal dari SMP, dan Azrial tau pasti Regal bukan cowok dengan hati yang tulus saat menyukai cewek. "Bukannya gue khawatir sama Ayla ya, Re. Justru gue khawatir sama lo, sih." Regal yang mendengar itu jadi bingung, kenapa yang selama ini ia pikirkan malah diucapkan Azrial sebaliknya? "Ngapain khawatir sama gue, udah bosen lo sama Satrya?" Regal tertawa meledek, yang disambut decakan oleh Azrial. "Kalo lo pikir Ayla udah mulai luluh sama lo, karena gak sejutek sebelumnya. Lo salah. Tuh cewek gak pernah peduli sama orang lain, tapi dia gak pernah menolak apa yang menguntungkan buat dia. Gak mungkin Ayla gak tau reputasi lo, si Chica pasti udah ngasih wejangan panjang lebar." Regal terdiam sesaat mendengar cerita Azrial. Jadi sebenarnya, Ayla masih jauh dari jangkauan. Regal memang terlalu percaya diri, menganggap Ayla mulai menerimanya. "Tapi, gak masalah sih, Yal. Kalo dia menganggap gue menguntungkan buat dia, mungkin gue akan berbuat hal yang lebih banyak menguntungkan dia dari saat ini. Dalem bisnis, kita pengen mencapai win-win solution dalam kesepakatan, kan? Karena diri gue gak cukup menggiurkan buat Ayla, kalo ada hal lain yang dianggap menguntungkan dia, mungkin kita bisa mencapai kesepakatan itu." "Cih, lo pikir mau berhubungan bisnis sama Ayla?" "Mungkin hubungan seperti itu lebih menarik. Boleh tuh dicoba." Azrial menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan jalan pikiran Regal. Biarkan sajalah, buaya ini mencoba peruntungannya pada Ayla. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD