1# At Least for Nerd Girl

1537 Words
EPISODE 1 . . . Kira-kira seperti apa standard percintaan para remaja berusia 17 tahun di mata kalian semua? Cukup berpegangan tangan, kencan, tertawa bersama, atau bahkan ciuman setidaknya satu kali setahun? Berpedoman erat dengan semua itu sampai sekarang. Rasa Dana Paramesti, gadis yang baru saja menginjak usia ke-17 tahunnya bulan lalu. Berdiri membeku, tidak berani mengerjapkan matanya barang sedetik pun. Sedikit memiringkan tubuhnya dan bersembunyi dibalik dinding. Kulit putih itu memperlihatkan dengan jelas semburat merah muda di kedua pipinya. Dia yang tadinya baru saja datang dari perpustakaan meminjam beberapa buku novel terbaru yang selalu update di sana. Terpaksa menghentikan perjalanan. Benarkah standard pacaran anak jaman sekarang seperti di novel dan komik-komik romantis yang sering Ia baca? Sekedar pegangan tangan dan berpelukan atau lebih ekstrimnya sampai ciuman?! Karena apa yang Rasa lihat sekarang sangat berbalik jauh! ‘Astaga mataku!’ membatin sembari meneguk ludahnya tanpa sadar. Tubuhnya terasa sangat panas, bahkan detak jantungnya bisa terdengar dengan jelas. Matanya hampir saja meluncur keluar- “Engh—mm—pelan-pelan, nanti ada yang dengar-hh-” “Tidak ada yang tahu kita di sini,” Satu pasangan tertangkap basah sedang ber-berciuman, Rasa melihatnya sendiri. Bukan hanya sekedar ciuman biasa! Lidah mereka saling beradu, bahkan baju perempuan itu hampir lepas memperlihatkan pundak dan belahan d**a akibat kancing baju dibuka dengan paksa oleh kekasihnya. Perempuan itu malah dengan sengaja menarik rambut kekasihnya, menelusukkan wajah itu di belahan dadanya. ‘Dia mau apa?! A-Astaga, aku harus pergi dari sini!’ membatin serius, tapi dia justru merasa penasaran. Menyembulkan wajahnya lebih jelas. Maniknya tetap melotot. Kenapa dia seperti kenal dengan perempuan itu? Rambut panjang berwarna kehitaman dan bergelombang. Keduanya seolah lupa dengan dunia, bergulat lidah dengan wajah memerah, melampiaskan nafsu dengan saling berpelukan. Ciuman ganas, pelukan, saling gigit sana-sini. “Ahhn! Ja-jangan digigit—sayang-mhn-” suara teriakan gadis itu makin jelas. Satu hal yang Rasa tahu, maniknya perlahan menyipit, suaranya makin dia kenal. ‘Tunggu dulu,’ semakin menyipit, tidak menyadari bahwa buku yang Ia bawa hampir merosot jatuh dari pelukannya. Buku-buku novel yang cukup berat, Rasa seolah tidak peduli, tubuhnya semakin condong ke depan. Manik Hazel kecoklatannya membulat tanpa sadar, hal yang membuatnya yakin- Saat teriakan wanita itu terdengar jelas. Tepat ketika kekasihnya dengan ganas melumat dan meninggalkan kissmark di kedua belahan dadanya. “Ahnn! Tio!” ‘Eh!! Cowoknya malah makin ganas!!’ Melongo kaget, bak patung, semua buku yang dia bawa langsung terjatuh. Buku-buku berat yang menimbulkan suara cukup keras. Mengagetkan kedua pasangan itu, mereka reflek menoleh ke sumber suara. Melihat jelas bagaimana sosok Rasa nampak panik mengambil semua buku-bukunya, secepat mungkin. Menyembunyikan wajah memerah dan menundukkan pandangan. Keringat dingin mengucur saat ketahuan tengah mengintip orang berpacaran. “Ma-maaf, aku tidak sengaja lewat,” berujar kikuk, setengah tertawa garing. “Ra-Rasa?!” Sedikit menegang saat mendengar suara itu lebih jelas, memanggilnya penuh lengkingan kaget. Rasa menengadah shock. Pandangannya kali ini melihat dengan pasti, bahkan sampai menggoyangkan kacamata bulat yang Ia gunakan beberapa kali untuk memastikan. Oh-oh, jangan bilang. “De-Delanya Sasmitha!!” berteriak dan reflek menyebut nama lengkap sosok itu. Penampilan yang sangat berbeda, hingga dia sendiri tidak sadar! Rambut panjang bergelombang, tidak ada yang namanya kacamata, make up yang tercetak di wajah, serta baju-baju ketat bak kekurangan bahan. Keduanya sama-sama shock. Tapi Rasa lebih shock lagi. Bibirnya menganga, pandangannya menatap Dela dan kekasihnya bergantian. Ah, dia benar-benar gila. Bagaimana bisa salah satu sahabat yang selama ini menemaninya, melewati masa-masa terlambat pubertas bersama. Menjadi kumpulan gadis para pencinta novel dan komik romantis, dan membuang semua penampilan mereka. Bermimpi akan ada pangeran yang menjemput dan menjadi jodoh mereka. Walaupun semua gadis di dalam kelas mereka sudah bertranformasi menjadi model-model make up berpakaian ketat. Mereka bertekad akan tetap tampil apa adanya! Sekarang apa yang Rasa lihat! Bibir gadis itu mengerucut tak suka, mengambil buku-buku dan memeluknya erat. Merengut menahan amarah, “Ka-kau, apa-apaan penampilanmu itu, Dela?!” dengan nada dramatis. Dela turun dari posisinya yang tadi duduk di sebuah meja, merapikan kancing bajunya yang tadi sempat terlepas. Menatap Rasa dengan alis terangkat bingung, selanjutnya dia mendesah. Rasa masih tidak terima, “Kau mengkhianatiku ya?! Ah-bukan! Mengkhianati perkumpulan kita berempat!” berteriak kecil, sementara Dela di seberang sana nampak sibuk mencari sesuatu- “Jahat! Kau jahat meninggalkan kita, Dela!” Rasa masih bersikap dramatis. Menyadari tindakan Dela selanjutnya, gadis itu bergerak mengambil satu sepatunya. Menatapnya dengan datar, dan kerucutan di bibir. “Ka-kau mau apa?!” sedikit takut, tubuhnya perlahan mundur. Melupakan sifat Dela yang sebenarnya jika sedang marah. Tidak perlu menunggu waktu lama, dengan menggunakan kekuatannya. Dela melempar sepatu miliknya ke arah Rasa. “Kenapa kau masih diam di sana, kuda pony!!” berteriak penuh amarah. “A-astaga!! Iya, iya maaf!! Maaf!” berjengit kaget, hampir saja sepatu itu melayang dan mengenai wajahnya. Tidak menyangka bahwa sahabatnya akan mengamuk. Bahkan mengejeknya dengan lantang. Rasa langsung menghentikan amarahnya. Digantikan senyuman kikuk, mengerjap sekilas. Menggaruk kepalanya yang tak gatal, “Aku mengganggu kalian ya?” bertanya polos. Wajah Dela memerah- Oke, dia marah- Rasa meneguk ludah tanpa sadar, sepertinya sekarang bukan waktunya marah. Mundur alon-alon, sembari tertawa garing. “Ka-kalau begitu aku permisi dulu,” berujar tipis. Dengan satu teriakan keras- “Silahkan lanjutkan ciuman kalian!!” berteriak tanpa memikirkan keadaan mereka di sana. Amarah Dela bukannya makin melunak tapi malah membludak. “RASA!!!” “Ampun, mbak!!” Ternyata standard yang Ia bayangkan selama ini sudah lama berubah, sekarang Rasa merasa tertinggal sendirian. Dalam lubang ke-jombloan tiada akhir. Dia memang belum pernah mempunyai pacar sebelumnya. Ya setidaknya, hanya satu sahabatnya saja yang baru punya pacar. Rasa masih ada dua temannya yang sama-sama jomblo! . . . “Kemarin dia menciumku pakai lidah!!” “Astaga, kalau tangan pacarku tidak pernah diam! Apalagi saat di tempat sepi,” “Jangan-jangan kau sudah pernah juga?” “Udah berapa kali sih,” Rasa yang tadinya membuka pintu kelas dengan senyuman dan berharap kedua sahabatnya mau mendengarkan apa yang dia lihat tadi. Dia tidak mengira kedua teman-temannya justru nampak berkerumun dengan beberapa gadis modis sambil sesekali tertawa kegirangan. Alisnya bertekuk bingung- Berjalan masuk ke dalam kelas, masih heran dengan kedua temannya. Mereka yang biasanya lebih suka menyendiri dan membaca buku, sekarang nampak bergaul dengan beberapa gadis-gadis modis di kelasnya. Oke, Rasa memang tidak bermusuhan dengan mereka. Hanya sedikit menjauhi keramaian. “Kalian semua sedang bicara apa?” bertanya dengan ragu, sedikit tersenyum kikuk. Semua orang reflek memandangnya penuh arti. Menatap buku-buku yang sedang Ia peluk. Sebelum akhirnya salah satu gadis yang menjadi ketua modis di kelas mereka tertawa kecil, “Anak kecil seperti Rasa tidak akan mengerti maksud gadis-gadis dewasa seperti kami~” “Haha, benar sekali.” Satu gadis bergerak mendekat dan menepuk pundaknya pelan, “Kau masih terlalu dini, Rasa.” Apaan sih?! Kok Rasa kesal ya, seolah tidak terima. Gadis itu memperbaiki letak kacamatanya, barulah dia sadar. “Lho, Kenya, Gauri! Kalian tidak pakai kacamata juga?! Itu di wajah kalian kok bedaknya tebal sekali?!” bertanya polos. Menunjuk kedua sahabatnya. Mereka saling pandang sebelum akhirnya tertawa kecil, “Kita mau berubah sedikit, bagaimana bagus kan?” Gauri bangkit dari tempat duduknya, sembari tersenyum kecil. Penampilannya sangat berbeda, setelah seminggu sekolah mereka libur karena ada renovasi. Kedua sahabatnya bertransformasi juga! Gauri dengan rambut hitam pendek yang sengaja dicatok, make up natural, bibir merah muda, dan baju yang sengaja dikecilkan, roknya bahkan pendek. Sedangkan Kenya, rambut hitam panjangnya juga ikut dicatok, tergerai halus. Keduanya menggunakan lensa kontak berwarna- Rasa shock minta ampun- “Kalian berubah jadi transformer juga?! Astaga!” memegang dadanya shock. Semua orang di kelas memandangnya geli. Sebelum akhirnya tertawa. Kenya bangkit dan menggelut lengannya. “Tidak ada salahnya kan mempercantik diri? Kekasih kami berdua juga suka dengan perubahan ini,” Kekasih? Semakin melongo, menjauhkan tubuhnya dan menatap horror. “Ke-kekasih? Ka-kalian berdua jangan bilang-” “E-ehe, maaf kita baru bilang sekarang ya? Sebenarnya saat liburan kemarin aku dan Gauri ditembak Kakak kelas sebelah, Gauri ditembak Kak Meka kelas 12 B, aku Kak Rian di kelas 12 A, hebat kan?” Membeku sejenak, Rasa tertawa tiba-tiba. “A-ahaha, setidaknya kalian hanya berpacaran kan? Bukan sampai tahap aneh-aneh.” Meyakini dirinya sendiri, baik Kenya dan Gauri sama-sama diam sebentar. Pemimpin kelasnya kembali menepuk puncak kepala Rasa pelan, “Kan sudah kami bilang, Rasa terlalu dini untuk belajar hal-hal seperti itu.” Memperlakukannya bak anak kecil. "Tapi kan berdua baru pacaran beberapa hari?" Kedua sahabatnya tidak menjawab lagi. Pandangan Rasa menilisik semua teman-teman di kelasnya, satu persatu gadis yang hanya bisa tersenyum penuh arti. “Ja-jangan bilang kalian semua sudah-” “Tentu saja. Sekarang bukan jamannya lagi berpacaran itu cukup dengan ciuman dan pegangan tangan saja, Rasa.” Tidak seperti buku-buku yang pernah Rasa baca. Novel dan komik romantis yang memperlihatkan bagaimana manisnya pasangan di sana, ciuman kening, pegangan tangan, berkencan dan tertawa bersama. Rasa Dana Paramesti, kita ulangi lagi. Gadis berusia 17 tahun yang menganggap bahwa standard percintaan para remaja hanya sebatas ciuman kening. Sekarang di kelasnya sendiri. Dia tertinggal, dengan penampilan jadul dan kacamata tebal. Statusnya jomblo tidak memiliki kekasih, satu lagi yang sangat penting- Menganut kepercayaan untuk tetap menjaga keperawanannya hingga menikah nanti dengan laki-laki yang dia cintai. Sayangnya hanya Rasa yang percaya akan hal itu. “Ka-kalian gila ya?!” Hanya dia, satu-satunya gadis di kelas yang masih perawan ting-ting di sini?!! Astaga!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD