Persiapan Pindah

1036 Words
Pagi ini Mahanta mendatangi salah satu perusahaan properti yang akan membeli semua asetnya. Kemarin dia sudah menawarkan ke beberapa perusahaan untuk semua asetnya dan hanya perusahaan inilah yang berani menawar tinggi. Laki-laki muda nan tampan itu berjalan dengan percaya diri. Kaus polo polos berwarna biru laut dan jeans hitam serta jaket kulit berwarna hitamnya itu membuat penampilannya sungguh menawan. beberapa gadis yang bersitatap dengannya tanpa ragu langsung melemparkan senyuman termanis mereka. Tapi yang Mahanta lakukan hanya memandang mereka sekilas tanpa berniat membalas senyuman itu. Mahanta paling anti dengan wanita-wanita yang terlalu agresif seperti itu. Justru dia cenderung ngeri dengan mereka semua. Mahanta menghampiri meja resepsionis dan menyampaikan maksud kedatangannya ke kantor ini. Resepsionis itu menyambut ramah kedatangan Mahanta dan langsung menghubungi bosnya yang dimaksud Mahanta. Setelah telepon di tutup sang resepsionis pun mengantarkan Mahanta menuju ruang tunggu VIP yang ada di lantai lobby gedung ini. Dia mempersilahkan Mahanta duduk dan menanyakan minuma apa yang ingin Mahanta minum lalu meninggalkan Mahanta sendirian di ruangan itu. Tak lama pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok laki-laki berusia di pertengahan tiga puluh dengan jas rapinya yang terlihat mahal tersenyum dan menyapa Mahanta. Lalu sang resepsionis yang tadi mengantarkan Mahanta pun muncul sambil membawakan dua buah cangkir yang berisikan teh hangat. “Selamat Pagi Tuan Choi.” Sapa laki-laki itu yang tak lain merupakan manajer pemasaran bagian pembelian. “Pagi, panggil saya Mahanta saja.” Mahanta berdiri dan menjabat tangan manajer itu. “Oh, Baiklah. Silahkan duduk.” Mereka berdua pun duduk kembali. Tanpa basa basi sang manajer langsung memberikan surat persetujuan jual beli. Mahanta membaca isi surat itu dengan seksama. Setelah yakin barulah dia menandatangi dokumen itu. Sang manajer langsung tersenyum senang. Karena perusahaan mereka sudah lama sekali mengincar gedung dan semua aset milik Mahanta yang terletak di posisi strategis kota ini. Setelah melakukan semua penandatangan dokumen administrasi, sang manajer menyerahkan satu lembar giro yang bertuliskan jumlah uang yang sangat besar di sana. Giro itu baru dapat dicairkan tiga hari kedepan. Mereka berdua pun berjabatan tangan kembali dan Mahanta pun pamit untuk undur diri. Sang manajer langsung menghubungi Ha Joon yang memang menunggu kabar darinya. “Ya Tuan!” “Bagaimana? apakah dia setuju dengan harga yang kau tawarkan?” “Iya, kami Sudah menandatangi dokumen jual beli dan giro pun sudah saya berikan akan cair dalam tiga hari ke depan.” “Ehm… baguslah. Senang bisa bekerja sama dengan Anda.” “Tapi ada hal yang sedikit membingungkan di sini. Kenapa tidak perusahaan keluarga Choi saja yang mengakuisisi aset tersebut Tuan?” “Hal itu tidak perlu kau pusingkan. Yang penting kau akan mendapatkan keuntungan dari itu semua bukan. Kalau begitu aku sudahi perbincangan ini. Sekali lagi terima kasih.” “Baik.” *** Di kantornya Elisabeth Sudah membereskan semua dokumen dan juga beberapa barang yang memang harus dikeluarkan dari gedung ini. Dia pun sudah memerintahkan jasa pindahan untuk membatu mereka memindahkan semua barang-barang inventaris kantor ke satu gedung milik Mahanta yang sengaja dia sisakan dan tidak dijual. gedung itu berada di pinggiran kota Seoul dan tidak begitu luas tapi cukup untuk menampung semua barang-barang kantor ini sebelum laku terjual. Karyawan yang bekerja di bawah perusahaanya pun sudah Mahanta alihkan ke anak perusahaan milik keluarga Choi yang saham terbesarnya dimiliki oleh Mahanta. tapi perusahaan itu masih dikelola oleh ayahnya Choi Duck Young. Mahanta tidak tega jika harus memberhentikan karyawannya hanya karena keegoisan dirinya yang akan pindah ke negara yang ada di Asia Tenggara. Hanya Elisabeth yang akan ikut dengannya di sana. Mereka berdua akan membangun perusahaan dari nol kembali. Sebenarnya Mahanta membebaskan Elisabeth untuk ikut dengannya atau bekerja di anak perusahaan keluarga Choi. Tapi karena kesetiaanya kepada bos besar yang sudah dia temani selama lima tahun terakhir, Elisabeth memutuskan untuk ikut kemana pun Mahanta akan pergi. Dia tidak keberatan sama sekali, karena dia pun masih single saat ini. belum ada keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Jadi dia bebas ingin pergi kemana. Lagi pula menurutnya Indonesia negara yang menarik. Dia sana dia bisa mengunjungi beberapa tempat yang indah nanti. “Noona, apakah kau yakin dengna keputusanmu untuk ikut denganku ke Indonesia? Aku tidak bisa menjanjikan jika aku bisa survive dalam waktu dekat. Untuk membangun perusahaan ini aku saja membutuhkan waktu lima tahun.” “Aish! Kau ini sudah berapa kali aku bilang, aku tidak keberatan sama sekali. Kau tenang saja, aku akan baik-baik saja. Lagi pula, jika aku tidak ikut denganmu siapa yang akan mengurusmu nanti di sana? Kau pikir tinggal di negara yang baru kau datangi itu enak?” “Ya, tapi kan setidaknya ada keluarga ibuku di sana.” “Sudahlah, aku Tahu kau itu seperti apa. Sudah lima tahun aku bekerja denganmu. Kau tidak akan mau merepotkan orang lain. Apalagi kau tidak begitu dekat dengan keliarga ibumu. Kau baru akan menjalin hubungan yang intens dengan mereka nanti saat kau sudah berada di sana bukan?” “Hahahahaha…. Aku sungguh beruntung memiliki kakak sepertimu Noona!” "Makanya aku selalu bilang kepadamu, carilah pasangan! jadi aku tidak susah payah mengurus bayi besar sepertimu.” “Halah! Kau hanya bisa menyuruhku saja. Kau sendiri, kau belum memiliki kekasih di umurmu yang sudah yaaa… cukup matang seperti itu, apakah kau tidak pusing dengan perkataan orang?” “Aku tidak pernah perduli apa kata orang. Yang penting aku hidup nyaman dan layak.” Mereka pun tergelak setelahnya. Hubungan Elisabeth dan Mahanta Sudah lebih dari sekedar atasan dan bawahan saja. Mahanta sudah menganggap Elisabeth seperti kakaknya dan begitu pula dengan Elisabeth. Semua barang-barang yang harus mereka bereskan sudah masuk semua ke dalam kardus-kardus coklat yang saat ini sudah bertumpuk di ruangan ini. Para pekerja yang menyedakan jasa pindahan pun sudah menyusun semua barang-barang ke dalam mobil kontainer yang cukup besar. Mereka mengatakan akan melakukan pindahan ini dalam dua tahap. Dan sepertinya untuk saat ini mobil yang ada di depan kantor mereka Sudah penuh dengan beberapa barang. Mahanta yang dibantu oleh Elisabeth pun mengecek ke setiap lantai. Dia tidak mau ada barang ataupun dokumen yang tertinggal di sini. Yang paling penting adalah dokumen-dokumen klien mereka. Walaupun Mahanta akan hijrah ke neraga yang baru tapi tanggung jawabnya terhadap klien-kliennya akan tetap dia laksanakan. Ada beberapa klien yang kontrak kerja untuk maintenance belus selesai. Jadi mau tidak mau Mahanat akan tetap berkunjung ke negara kelahirannya ini untuk melakukan pekerjaanya. Semoga para kliennya tidak akan mendapatkan masalah yang berarti selama dia ada di Indoneisa. Karena jika semua sistem yang perusahaannya implementasikan mengalami masalah itu artinya dia akan sangat lelah bolak balik Korea-Indonesia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD