Happy reading gays!
Eungh
"Allhamdulillah, akhirnya Non Lisya sadar juga"
Samar-samar dia mendengar suara seseorang, Lisya melihat kearah samping, seorang wanita paruh baya sedang menatapnya dengan raut wajah lega, dia membalas dengan tersenyum kecil.
Wanita itu yang menggantikan bunda menjaganya Bi Sum, Art dirumah ini ia sudah bekerja disini sejak dia bayi.
Lalu Lisya menatap kearah lain, tanpa sengaja dia menatap kearah pojok kamar, matanya berkaca-kaca bersiap untuk menumpahkan kesedihan yang dia pendam.
"Bunda"
Disana, dipojok kamarnya, Bunda berdiri sambil menatap dirinya penuh kasih sayang. Senyum yang dia rindukan terpatri diwajah cantiknya.
"Bunda aku mau peluk"
Lisya bangun, lalu turun dari kasur berusaha menghampiri bunda.
Sedikit lagi, dia berada dekat bunda.
Langkahnya langsung berhenti ketika bunda menggelengkan kepala dan melambaikan tangannya.
Tidak
Jangan pergi!
Saat ingin menghampiri lagi, bunda sudah hilang. Lisya langsung melihat ke segala arah mencari bunda.
Dimana? Dimana bunda?
Bunda mau bermain petak umpet rupanya.
Kenapa tidak ada, dia menangis karna tidak menemukan bunda.
"BUNDAAAA AKU MAU PELUK BUNDA HIKS, aku capek bunda" Lisya terduduk di lantai kamar, rasanya menyakitkan, bunda tidak mau aku peluk?
Menutup mata, dia pun nangis tersedu-sedu. Tiba-tiba sebuah tangan menariknya kedalam dekapan hangat.
"A-ada bibi, Non Isya b-bisa peluk bibi" ucap Bibi menenangkan dengan suara serak.
Lisya menggeleng pelan di pelukannya. "A-aku mau sama bunda" Lisya berucap lirih.
Bibi mengusap rambutnya dengan pelan, lalu berbisik. " Non Isya jangan nangis, nanti bunda sedih disana, Non Isya memang mau bundanya sedih?" Tanya bibi pelan.
Dia menggeleng, bunda tidak boleh sedih.
Bibi mengangkat wajah Lisya, lalu menangkup wajahnya mengarahkan agar dia melihat ke arahnya. "Jadi Non Isya tidak boleh nangis" ucap Bibi. Lalu jarinya menarik kedua sudut bibirnya pelan untuk membentuk senyuman.
"Senyum"
Lisya langsung tersenyum manis.
"Cantik sekali"
***
"Non mau kemana?" Tanya Bibi ketika melihat Lisya ingin keluar rumah.
Dia menengok lalu tersenyum kecil, "Aku mau ke Supermarket Bi" Jawab Lisya memberi tau.
Bibi menatap khawatir, ia mendekat ke arahnya lalu memegang tangan Lisya, "Biar Bibi saja, Non kan masih sakit" Ucap Bibi pelan.
Lisya berkata kalau dia tidak apa-apa dan sekalian mencari angin, dengan ragu akhirnya Bibi menyetujui.
Dia berjalan keluar gerbang, memang letak Supermarket tidak jauh dari rumahnya. Dengan berjalan pelan sambil menghirup udara malam yang sejuk, sangat ramai dan menenangkan.
"Cewe kiw"
Suara seseorang membuatnya menengok. Di pinggir jalan banyak anak muda yang sedang nongkrong sambil menggoda gadis-gadis yang lewat. Ah.. pantas saja, sekarang kan malam minggu.
Sambil mengeratkan jaketnya, dia pun lanjut berjalan.
***
"Ini saja ka?" Tanya kasir dan dijawab anggukkan olehnya.
"Sekalian pulsanya ka?" Kasir itu bertanya lagi ke Lisya. Dia menggeleng sopan tanda kalau dia tidak ingin membeli pulsa.
Mbak kasir menatap Lisya dan ditatap balik olehnya. "Sekalian donatnya ka? Lagi promo beli 2 gratis 1 ka" Sekali lagi mbak kasir itu menawarkan sesuatu yang dia tidak ingin beli.
Dengan buru-buru Lisya memberikan uang untuk membayar belanjaannya sebelum ditawari sesuatu lagi oleh mbak kasir.
"Terimakasih"
Dia selalu berucap terimakasih setelah berbelanja. Dia berjalan keluar Supermarket, tiba-tiba kepalanya menjadi pusing. Dengan jalan menunduk sambil memegang kepalanya dia mulai melanjutkan jalannya.
Bruk!
"Akh anjing!" Rintih seorang pria dilanjutkan dengan u*****n.
Pria itu menengok ketika mendengar seorang gadis yang menunduk sambil mengucapkan maaf.
"Kalau minta maaf tatap orangnya! Ngga sopan" perintahnya.
Lisya langsung menatap kearah pria itu, matanya langsung membulat, kaget.
"Cupu?" Tanya Ervan saat dia sudah dapat melihat wajah gadis yang menabraknya. 1
Lisya ketakutan, dia langsung menunduk. Pria ini kakak kelasnya Ervan Abraham pria yang menjadikannya babu.
"Maaf ka, aku duluan" ucapnya pelan sambil menatap Ervan sebentar.
Ervan membulatkan mata ketika matanya menangkap sesuatu cairan merah yang keluar dari hidung gadis itu.
"CUPU! LO MIMISAN" Teriaknya ketika melihat gadis itu yang sudah jauh darinya.
Sedangkan Lisya masih dapat mendengar suara Ervan, dia langsung mengusap hidungnya yang basah, lalu melihat tanganya. Darah.
Dia mimisan
***
Teriakasih sudah membaca
NEXT..