Episode 1

2611 Words
  "Leonnnnnnnn!!!" teriak Leonna menuju kamar kembarannya.   Kamar di buka dengan keras oleh Leonna dan langsung menindih tubuh Leon yang tengah tertidur tengkurap di atas ranjang. "Onaaaaaa!!! turunnnn, berat!" bentak Leon. "Balikin charger gue, Es balok! Hp gue mati gara-gara chargernya di bawa sama loe!" sewot Leonna. "Masih di pake, nanti aja," ujar Leon dengan santai dan kembali tidur. "Gue mau ngampus sekarang, hp gue mati!" keluh Leonna menjambak rambut Leon dari belakang. “Aduh Ona sakit,” ringis Leon. "Pinjem sama si Kunyuk Datan atau si Lonja centil itu dulu," ujar Leon melepaskan jambakan Leonna. “Aduh!!!” Leon mengaduh saat Leonna malah mencubit punggungnya dengan keras, “Sakit Ona, Sialan loe !!” pekik Leon membalikkan badannya membuat Leonna terjatuh ke lantai karena gerakan Leon yang mendadak. “Awwww,,,!!!” teriak Leonna mengaduh seraya mengusap lengan dan pinggangnya. Tawa Leon seketika pecah melihat Leonna yang tersungkur ke lantai.  “Es batu Sialan!” desis Leonna segera berdiri dan menatap galak ke arah Leon yang masih menggulum senyumnya. "Gue cabut chargerannya." Leonna berjalan menuju tempat hp Leon yang di charger. Tetapi sebelum tangannya berhasil menggapai charger, chargernya sudah melayang ke udara karena Leon lebih dulu mengambilnya dan mengangkatnya ke udara. Leonna yang kalah tingginya sama Leon meloncat-loncat untuk menggapai charger itu. "Ikh Leonn balikin!!!" "Ambil saja kalau bisa," ujar Leonn meleletkan lidahnya ke arah Leonna yang merengut kesal. "Dasar es batu nyebelin !! Papaaaaaaaaa!" teriak Leonna. "Dasar tukang ngadu." Leon menjitak kepala Leonna dan berjalan menuju ranjangnya. "Sakit!" cibir Leonna mengusap kepalanya dengan cemberut. Leonna meloncat ke punggung Leon lagi dan menjambak rambut Leon dengan membabi buta. “Ona, sakit!” pekik Leon mencoba melepaskan jambakan Leonna tetapi sulit. "TWINS!!" Teguran seseorang di ambang pintu membuat Leonna segera melepas jambakannya dan turun dari punggung Leon. Leon hanya mengaduh memegang kepalanya seraya berangsur duduk di atas ranjang. "Kalian ini kebiasaan, pagi-pagi sudah bikin keributan dan berantem di rumah! Lihat Ade kalian, dia bahkan sudah siap di meja makan. Kelakuan kalian benar-benar memalukan!" omel Thalita seraya berjalan membuka gordeng kamar Leon. Setiap pagi Thalita selalu mengomel karena kedua anaknya yang tingkahnya begitu menyebalkan. "Leonna, bukannya kamu ada jadwal kuliah pagi?" tanya Lita menatap putri semata wayangnya. "Iya Ma, tapi ini si es batu ngambil charger Leonna. Jadi hp Leonna mati deh karena abis batre," keluh Leonna dengan cemberut. "Dasar tukang ngadu," cibir Leon dan Leonna membalas cibirannya. "Kamu sudah punya bisnis sendiri juga, gak mampu membeli charger hp?" tanya Lita membuat Leon nyengir lebar. Leonard memang membuka usaha sebuah showroom mobil sport yang di berikan modal oleh Dhika. Tetapi bukan hanya itu, Leon juga membangun usaha bengkel mobil hasil jerih payahnya sendiri. "Charger Leon rusak Ma, dan kemarin gak sempat beli," ujar Leon. "Sudah balikin chargernya ke Leonna. Dan kamu princes, cepat turun ke bawah untuk sarapan," perintah Lita. "Oke Mama." sebelum keluar kamar, Leonna meleletkan lidahnya ke arah Leon karena berhasil mengambil charger darinya. "Kamu juga sarapan, Leon," ujar Lita membuat Leon mengangguk kecil dengan masih mengusap kepalanya yang terasa ngilu karena ulah kembarannya. ♠♠♠ Di meja makan, seorang pria yang sudah berusia setengah abad itu tengan membaca Koran sambil menyeduh tehnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Koran. Walau usianya bertambah tua, tetapi ketampanan dan kegagahannya tak berkurang sama sekali.   "Pagi Papa." Leonna mencium pipi papanya dengan sayang. "Pagi Princes." Dhika tersenyum seraya melipat korannya. "Pagi Rian." Leonna juga mencium pipi adik tersayangnya, dan mengambil duduk tepat di samping Adrian. "Pagi Kakak," ujar Adrian yang tengah mengunyah makanannya. Tak lama Leon datang dengan masih memakai celana boxer dan kaos polonya berwarna biru. Wajahnya sudah terlihat segar. "Pagi Pa, pagi Rian," sapa Leon mengambil duduk di hadapan Leonna. "Pagi kak Leon," ujar Adrian. "Harus yah setiap pagi kalian berdua membuat Mama kalian mengomel?" tanya Dhika membuat Leon dan Leonna terkekeh. "Habis nih si es batunya Pa, dia nyuri charger Leonna," adu Leonna. "Minjem Ona jelek, bukan nyuri. Kebiasaan deh suka melebih-lebihkan dan mengganti kosa kata menjadi salah artian," ujar Leon sebal. "Kalian gak malu sama adik kalian apa, setiap pagi ngasih contoh yang gak bener," ujar Dhika. “Maaf Pa,” jawab twins serempak, membuat Adrian terkekeh. Hal ini selalu terulang setiap pagi. "Cepat makan sarapannya, jangan berantem di meja makan," ujar Thalita yang baru saja datang dengan sudah berpakaian rapi. "Ya Mamaku tersayang" jawab ketiga anaknya kompak membuat Dhika terkekeh. "Mama ke rumah sakit pagi?" tanya Leon. "Iya sayang, Mama ada jadwal operasi," ujar Lita. "Leon anterin yah," ujar Leon. "Wih tumben banget loe mau nganterin Mama ke rumah sakit, biasanya juga ogah-ogahan," celetuk Leonna sambil menikmati makanannya. "Kenapa emang? Kebetulan gue lagi gak ada jadwal kuliah. Gak apa-apakan kalau Leon nganter, Ma?" tanya Leon. "Tidak, istri Papa akan berangkat bareng Papa," ujar Dhika membuat Lita dan Leonna terkikik. Papanya begitu posesive.           "Astaga Papa, cemburuan amat sih istrinya pergi bareng anaknya. Papa tenang saja, Mama akan Leon jaga. Lagian kan Papa harus anterin si Rian," ujar Leon. "Iya sayang sudahlah, aku pergi di antar Leon saja," ujar Lita. "Baiklah, awas yah Leon. Istri Papa jangan sampai di buat lecet," ancam Dhika dengan nada bercanda. "Siap Pa," ujar Leon terkekeh. Begitulah suasana pagi yang selalu hangat di kediaman Pradhika Reynand Adinata. Keceriaan selalu menghiasi kehidupan keluarga mereka. ♠♠♠ Pagi itu Leonard baru saja sampai di area parkir kampus dengan mobil sport berwarna Silver. Leonard berjalan dengan sebelah tangannya memegang tali tas ransel yang ia gendong di punggungnya. Setelan casual yang di padu dengan jaket berwarna grey itu membuatnya semakin bersinar di antara yang lain. Pria berperawakan tinggi putih dengan wajah blasteran yang khas membuatnya terlihat bak dewa Yunani yang mampu menyihir setiap wanita yang berpapasan dengannya. Seperti sekarang ini, semua mahasiswi yang di lewati Leon memasang wajah penuh kekaguman dan terpesona oleh Leon. Tetapi Leon tak memperdulikan semua itu dan terus berjalan menuju kelasnya. Ia memang terkenal sebagai pria paling dingin di kampus, tak ada yang berani mendekatinya bahkan sekedar menyapa karena hasilnya akan di acuhkan olehnya, apalagi itu seorang wanita. Para fansclub Leon selalu menitipkan surat cinta dan beberapa hadiah untuk Leon lewat kembarannya Leonna yang terkenal sebagai gadis periang dan sedikit tomboy di kampus. "Es balok!!" Teriakan seseorang menghentikan langkahnya. Leon sudah mengenal suara cerewet itu. Ia berbalik ke arah sumber suara dan tepat sekali dugaannya,  siapa lagi kalau bukan si kunyuk Datan keturunan Aligator dan Nenek lampir. Datan berjalan mendekati Leon dengan penampilan yang tak kalah menarik dan tampan. Deretan kedua tertampan di kampus setelah Leonard. Tetapi Datan begitu berbeda dengan Leonard sang Ice Prince, Datan begitu ramah dan baik pada semua orang khususnya para kaum hawa. Saking ramahnya, banyak korban php Datan di kampus. "Ada apaan?" tanya Leon dengan nada sedatar jalan tol. "Astaga es batu masih pagi juga udah dingin aja. Kagak takut menggigil loe!" ujar Datan membuat Leon mencibir dan melanjutkan perjalannya berdampingan dengan Datan. Keduanya berjalan menyusuri lorong kampus, bak seorang model cover boy dengan langkah ringannya. Bahkan para kaum hawa yang berpapasan dengan mereka di buat terpaku dan hampir saja air liur mereka menetes. Ada beberapa yang sampai menabrak tong sampah dan pintu, ada juga yang bertabrakan dengan temannya yang lain saking terfokusnya pada kedua dewa yunani yang begitu tampan. "Pagi semua..." sapa Datan memamerkan senyuman mempesonanya ke setiap wanita yang berpapasan dengannya walau wanita itu melirik ke arah Leon yang terlihat acuh tak acuh. "Hei Sivana, hari ini kamu ulang tahun yah? selamat ulang tahun yah manis," ujar Datan saat berpapasan dengan wanita manis yang di ketahui bernama Sivana itu. "Kamu kok tau?" tanya Sivana kaget. "Apa sih yang nggak Datan tau tentang Sivana, selamat ulang tahun yah. Emm, bagaimana kalau untuk hadiahnya malam ini kita kencan?" ujar Datan dengan senyuman mautnya, di tambah kedipan matanya yang mampu membuat kaum hawa meleleh seketika. Leonard terlihat jengah mendengar bualan menjijikan ala buaya kunyuk satu ini. Ia memilih berjalan terlebih dulu meninggalkan Datan yang tengah membual. Leon menoleh saat melihat Datan sudah kembali berjalan di sampingnya dengan senyuman merekah tanda kalau mangsanya sudah masuk perangkap. "Kunyuk, bagaimana loe bisa tau hari ini ulang tahunnya?" tanya Leon penasaran. "Gini nih kalau kesehariannya b******u sama mobil-mobil, kagak update kan. Kalau mau jadi playboy itu harus penuh perjuangan dong," ujar Datan dengan santai. "Maksud loe?" Leon sedikit mendelik sebal. "Gue nyari data mahasiswi yang cantik di kampus lewat komputernya si Zacki culun anggota loe di senat. Gue update tuh tiap malem, siapa kira-kira yang ulang tahun hari ini," ujar Datan dengan bangganya. “Sialan loe nyuri data senat tanpa sepengetahuan gue!” ucap Leon membuat Datan terkekeh acuh. "Lagian loe kagak ada kerjaan. Ini nih yang namanya cowok so kerajinan.” "Mendingkan, daripada loe kaku dan so cuek. Kehidupan loe suram, Dude!" ujar Datan tak mau kalah membuat Leon mencibir ke arahnya. "Gue bahagia dengan hidup gue, gue gak butuh cewek genit seperti mereka," ujar Leonard masih dengan nada sedatar triplek. "Alah ucapan loe kayak yang iya, bilang saja loe seneng di puja puja para wanita," ejek Datan. "Serah apa kata loe aja," ujar Leon terdengar malas. "Kembaran loe mana?" "Tau deh, gue gak netein dia," jawab Leon asal. "Payah loe ah, ya udeh gue ke kelas. Bye...." ujar Datan berlalu pergi. Datan, Leonna dan Michella mengambil Fakultas kedokteran. Sedangkan Leon mengambil Fakultas teknik. ♠♠♠   "Leonnnnnnnnn!" Teriak Leonna membuat Leon yang tengah bermain basket menghentikan aktivitasnya. "Apaan?" teriak Leon. "Kesini!" teriak kembaranya itu dari sisi lapangan. Leonpun beranjak menuju ke tempat Leonna dengan sedikit berlari. "Apa sih Ona?" tanyanya. "Nih." Leonna menyodorkan 5 buah surat beramplop cantik dan juga bingkisan coklat padanya. “Loe ganggu latihan gue cuma buat ini?” Leonna mengangguk diiringi senyumannya. “Loe mau-mau saja jadi kurir Pos!” ejek Leon. "Ya karena gue di bayar," kekeh Leonna memperlihatkan uang 50 ribuan. "Dasar mata duitan!" gerutu Leon. "Gue masih mahasiswi yang butuh pemasukan banyak," ujar Leonna dengan santai. "Apa nggak cukup uang jajan dari Papa?" ujar Leon yang terlihat kesal. "Loe buang deh tuh surat suratnya. dan jangan mau jadi kurir pos lagi. Entar gue kasih loe kartu gold." "Seriussssss???" pekik Leonna begitu antusias sampai meloncat-loncat. "Iya," "Aghhh Leon sayang, gue sayang banget sama loe." Leonna memeluk Leon dan mengecup pipinya berkali-kali. "Udah kenapa ciumnya, mulut loe bau, Ona!" ledek Leon membuat Leonna mencibir. "Tapi coklatnya biar gue makan saja yah, kan mubajir." "Iya terserah loe. Eh loe mau balik?" tanya Leon. "Gue latihan dance dulu." "Ntar balik sama siapa? Di kampus udah sepi," ujar Leon. "Sendiri paling, gue bawa mobil," ujar Leonna. "Ya sudah entar gue nyusul ke tempat latihan loe." Leonna mengusap kepala Leonna dengan lembut. "Oke kembaranku sayang. Bye bye." Leonnapun melenggang pergi meninggalkan Leon. "Dasar bocah itu!"gumamnya seraya kembali latihan basket. Pagi-pagi sekali Datan datang ke rumah Dhika dengan wajah yang di tekuk.  "Datan? Kamu tumben pagi pagi ke sini?" tanya Lita saat melihat kedatangan Datan yang tidak di undang. "Morning mama Lita." Datan mencium tangan dan pipi Lita. "Pasti kena marah Daddy lagi yah." "Begitulah, Daddy kolot banget, Ma." gerutunya membuat Lita terkekeh. "Ya sudah, sarapan gih." "Wah, ada kak Datan," ujar Adrian yang baru menuruni tangga, sudah rapi dengan seragam sekolanya. "Morning Rian." sapa Datan. "Kamu berantem lagi sama Daddy?" tanya Dhika yang juga tengah berjalan di belakang Adrian. "Iya Pa, tau deh tuh Daddy kolot bener. Mana semua fasilitas di cabut lagi, masa iya Datan anak dari seorang pengusaha terkenal ke kampus naik go-jek. Kan gak banget, apa kata fans Datan nanti," keluhnya membuat Dhika terkekeh. "Sekarang mending sarapan dulu." Dhika berjalan menuju meja makan diikuti Datan dan Adrian. "Ini tehnya saying." Lita menyimpan segelas teh di hadapan Dhika. "Makasih sayang." Dhika tersenyum manis. "Datan, mau sandwich atau nasi goreng?" Tanya Lita. "Kak Datan, mau ayam mentah aja Ma. Kan dia kembarannya conel," celetuk Adrian membuat Dhika dan Lita terkekeh. "Aiishhh dasar bocah," cibirnya. "Datan mau nasi goreng saja Ma, tapi sama s**u yah." "Jangan Ma, susunya entar habis," celetuk Leon yang baru datang dengan menenteng jaketnya.  "Ngapain loe pagi pagi ke sini? Mau numpang sarapan?" tanya Leon membuat Lita menggelengkan kepalanya. Mereka begitu mirip dengan Dhika dan Okta. "Gue ketauan Daddy semalam balapan, Sialan!" bisik Datan saat Leon sudah duduk di sampingnya karena takut Dhika mendengar. "Gawat dong, Kunyuk. Papa bisa tau kalau gitu." bisik Leon melirik Dhika yang tengah membaca Koran. "Kalian bisik bisik apa sih?" tanya Dhika memicingkan matanya. "Tidak Pa," ujar Leon menampilkan senyumannya. "Pagi Papaaaaaaaa." sapa Leonna dengan riang dan mencium pipi Dhika sambil memeluk lehernya dari belakang. "Pagi Princes." ujar Dhika. "Pagi Mama." Leonna juga mencium Lita saat Lita datang dengan membawa empat gelas s**u. "Halo Rian." Leonna juga mencium Adrian dan duduk di sampingnya. "Pagi es batu." Leonna melempar apel ke arah Leon tetapi langsung di tangkap olehnya dengan satu tangannya. "Dasar Ona jelek!" cibir Leon sudah biasa di timpuk Leonna. "Kebiasaan kalian," tegur Dhika membuat Leonna terkekeh. "Eh ternyata ada makhluk halus juga, ngapain loe di sini?" tanya Leonna saat sadar ada Datan di samping Leon. "Ngungsi," jawabnya dengan masih asyik makan nasi gorengnya. "Kenapa? di sono gak di kasih makan sama Daddy, atau Daddy lebih milih ngasih makan si conel daripada loe." "Tau deh, Daddy gak sayang sama gue," ujar Datan asal. "Jangan suudzon Datan, Daddy kamu sayang banget kok sama kamu," ujar Lita yang duduk di samping Leonna untuk ikut sarapan. "Kalau sayang, gak bakalan di cabut semua fasilitas, Ma. Mana uang jajan di kasih gocap lagi. Bilangnya di potong 50% ini 75% udah kayak diskonan di mall saja!" keluhnya sangat kesal membuat yang lain terkekeh. "Kere dong sekarang," kekeh Leonna. "Banget, mana gue sudah ada janji kencan lagi pulang ngampus." Datan semakin merengut. "Ya sudah kamu kencannya jajan kerak telor saja di pinggir jalan," kekeh Dhika. "Mana mau ceweknya, Pa. Mana gak ada mobil, Daddy bener bener buat aku melarat." "Kalau mau ada uang, gimana kalau loe bantuin gue jadi kurir cintanya si es batu. Lumayan kan dapet gocap dari satu cewek." "Ide loe brilliant, Ona." ujar Datan bersemangat. "Kalian mau jadiin gue korban. Jangan bikin mereka nyimpen harapan ke gue," ujar Leon kesal. "Kalian ini, kasian tau mereka di palakin," tegur Lita. "Temen-temen Adrian juga ada yang nitip salam dan surat cinta buat Kakak. Mereka langsung suka sama kak Leon pas waktu kakak anter Rian ke sekola. Rian jadi tersaingi," ujar Adrian merengut. "Kamu masih bocah,, jangan genit!" ujar Leonna. "Kakak juga suka genit sama abang Vino. Apalagi sama kak Verrel, kemarin pas pulang dari Lombok kan kalian-hhmmmp." Leonna langsung membekap mulut Adrian membuat Dhika mengernyitkan dahinya. "Kalian apa Leonna?" tanya dhika menatap curiga. "Nggak Pa, si Rian ember bocor nih," kekeh Leonna menghilangkan kegugupannya. "Habis ngapain loe, Ona? Ah,, apa jangan-jangan kalian abis akhem akheman yah," ujar Datan makin mengompori. "Apaan loe akhem akheman." Leonna terkekeh. Dhika dan Lita saling pandang seakan mengartikan sesuatu yang terjadi pada Leonna dan Verrel. "Ya itu apaan,, jujur aja deh Ona." "Loe di apain sama dia, Ona? Wah minta di kasih nih kak Verrel," ujar Leon. "Di kasih apa Kak?" tanya Adrian. "Di kasih saran, buat ngawinin si Ona langsung," ujar Leon membuat yang lain tertawa. "Ihh kalian, nyebelin!" ujar Leonna tetapi sedikit tersipu. "Sudah ah, Adrian mau berangkat," ujar Adrian beranjak. "Hati hati bawa motornya, Rian." nasihat Lita. "Siap Mama." "Wah jadi motor CBR 1000cc di depan itu punyamu, Rian?" tanya Datan. "Iya Kak, gimana kerenkan. Keluaran terbaru tuh Kak," ujar Adrian dengan bangga. "Wihh keren bener, kapan kapan bisa minjem yah," ujar Datan. "Boleh, asal ada uang sewanya dan full bensin yah," ujar Adrian santai. "Aisshhh meres nih bocah. Gue saja lagi kere," ujar Datan kembali merengut sedih. "Hhee, sabar yah kak Kunyuk!" goda Adrian dan berlalu pergi setelah menyalami Dhika dan Lita. Leonnapun berpamitan seraya menyalami Dhika dan Lita lalu berlalu pergi dan menyempatkan mencium pipi kembarannya dulu. ♠♠♠
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD