Siapa Dia?

1261 Words
Klarissa melihat Reksa yang sedang bermain di taman sekolah kanak kanak. Hari ini, Klarisa memutuskan untuk tidak masuk kerja. Ia sedang tidak enak badan. Terlalu sering lembur, membuat tubuhnya agak drop. Tahun depan, putranya itu mungkin akan berusia tujuh tahun dan siap masuk ke sekolah dasar. Menatap wajah Reksa, ia menjadi ingat tentang pertemuannya dengan Ethan akhir akhir ini. Laki laki itu selalu saja menemuinya dan membuatnya kelimpungan setengah mati, antara marah dan baper. Tidak ditampik, meski Ethan pernah menyakitinya di masa lalu, tapi wajah tampan Ethan selalu berhasil membuatnya lemah. Contoh kecilnya adalah ketika Ethan menciumnya paksa. Klarissa malah menikmatinya, meski raganya mencoba melawan. "Mamah ..." Reksa menghampirinya. Dia membawa sebuah boneka teddy bear besar. "Wah, dari siapa itu?" Berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan putra satu satunya tersebut. "Dari paman Ethan!" jawaban Reksa, membuat perempuan itu menegang dan menghela napas pelan. "Paman Ethan?" "Iya. Dia di sana?" Reksa menunjuk ke arah lelaki tampan yang memakai kemeja berwarna hitam di gulung ke siku. Lelaki itu melambaikan tangan dan mendekat pada mereka berdua. "Kamu ngapain di sini?" tanya Klarisa datar. Tidak! sejujurnya ia ingin sekali marah. Namun tidak mungkin ia lakukan di depan Reksa. "Aku ingin bertemu dengan anak ku." jawab Ethan mengejutkan Klarissa. "A-anakmu maksudnya?" Klarissa menggenggam tangannya Reksa lebih erat, cemas. Ethan terkekeh pelan. "Kenapa wajah kamu pias? apakah ada orang yang akan mencuri nanyawamu?" sindir Ethan. Klarissa tahu siapa Ethan. Dia anak mafia, yang sudah terlatih sedari kecil. Berbohong pada Ethan sama saja dengan menggali kuburan sendiri. Klarissa tidak akan bisa mengelabui laki laki itu. Namun sebelum ada bukti otentik yang membuatnya tidak bisa menyangkal. Maka Klarissa wajib melindungi harga dirinya di depan anak mafia itu. "Oh, tentu saja bukan. Karena nyawaku selalu bersamaku." Klarissa menatap Reksa. "Sayang ... kamu main sama teman teman mu ya ... " ujarnya lembut. Reksa mengangguk, kemudian ia berlari kecil menuju teman temannya. "Jadi ada yang mau kamu jelasin ke aku?" Ethan menaik turunkan kedua alisnya. "Tentang?" "Reksa ..." Klarissa terkekeh. "Kamu berharap apa?" "Dia an--" "Dia anaku Ethan! hanya anaku!" Klarissa memberikan boneka itu padanya. "Jangan pernah kasih hadiah apapun pada Reksa. Karena dia enggak butuh itu." Ethan tahu akan terjadi seperti ini. Namun hatinya tetap meyakini bahwa Reksa adalah miliknya. Meski hasil DNA itu ternyata tidak berhasil. Ada orang lain yang mengikuti orangnya Ethan. Lalu orang itu, menggantikan surat DNA yang asli, dengan surat DNA palsu. Ethan adalah seorang mafia yang sangat tahu jelas seperti apa surat asli dan seperti apa surat palsu. Karena dulu, tentu saja ia adalah orang yang paling lihai memalsukan hal yang asli. Atau pun sebaliknya, membuat yang asli, menjadi seolah olah palsu, demi kepentingan komunitasnya. Dan Ethan sangat meyakini kalau surat DNA yang ia terima dari bawahannya itu adalah palsu. "Hay, temannya Bu Klari ya?" seorang perempuan menyapa Ethan. Dia tersenyum malu pada Ethan. Wajah laki laki itu terlihat begitu tampan. "Wah pacarnya apa gimana nih?" tanya perempuan itu lagi. Ethan menatap Klarissa sebagai permintaan pendapat. Namun perempuan itu malah mengalihkan tatapannya ke arah lain, tidak peduli. "Saya harus bermain dengan Rek--" Namun Ethan menggenggam tangannya, dan menautkan kedua jari jemari mereka. "Benar bu, dia adalah pacar saya!" "Bo--" "Dan kami sebentar lagi akan menikah." Klarissa mendelik dan sungguh ingin sekali memotong leher laki laki itu. Namun tidak mungkin ia melakukannya dan membuat dirinya berakhir dipenjara. "Wah, aku tunggu tanggalnya ya." perempuan itu akhirnya meninggalkan Ethan dan Klarisa berdua. "Jangan ngomong sembarangan!" Klarisa menarik tangannya. "Hanya sedang berandai andai saja. Apa itu saja tidak boleh?" "Kamu adalah seorang manusia dengan misi yang aku enggak tahu itu apa. Kamu sangat berbahaya Ethan. Jangan pernah dekati kami. Aku ingin hidup bahagia bersama Reksa, tanpa tekanan dari siapapun." Ethan adalah seorang Black Eagle. Ketua komunitas mafia yang semua orang akan langsung berkeringat ketika mendengarnya. Klarisa tahu itu dari cerita Rama tentu saja. "Siapa yang mengatakan itu?"suara Ethan terdengar sedih. "Aku tidak perlu memberi tahumu, siapa orang itu." "Apa kamu pernah mendengar cerita sebenarnya tentang kabar itu?" "Aku tidak peduli seperti apa ceritanya tentang kabar itu. Tapi menjauhlah dariku, dari kami. Aku takut terjadi sesuatu pada reksaku." "Kamu pikir hanya kamu yang menyayanginya?" Klarissa meenatap Ethan. "Reksa hanya anaku ...." Menatap perempuan itu selama beberapa menit, Ethan yakin bahwa Reksa adalah miliknya, terlihat dari ketakutan yang Klarisa perlihatkan. "Aku akan melindungi kalian ..." demi Tuhan ... penolakan ini menyakitkan sekali untuk Ethan. Ia meninggalkan Eagle, hanya ingin hidup normal. Sudah cukup hukuman yang ia terima karena tidak bisa memiliki Ana dahulu, kenapa saat ini pun Ethan tidak bisa meraih Klarisa dan Reska. Apakah citra seorang mafia seburuk itu. Tidak bisa menolak juga tidak bisa mengiyakan. Klarisa hanya terdiam membalas tatapan kedua mata sedih Ethan. "Mama ..." Reksa mendekat, sehingga tautan keduanya terputus. "Sayang ..." Klarisa meraih kedua bahunya Reksa. "Reksa mau pulang?" tanya nya. Anak laki laki tampan itu, mengangguk seraya menatap pada Ethan. "Om, Ethan mau main sama reksa?" pertanyaan polos anak laki laki itu, membuat semua rasa sedih Ethan menghilang. Laki laki itu mendekat dan meraih tangannya Reksa, membuat Klarisa mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Boleh sayang ..." jawab Ethan dengan kedua mata yang berkaca. Melihat Reksa, seolah sedang melihat dirinya di waktu kecil. Hanya saja, Ethan gemuk dan pipinya bulat. Reksa menatap Klarisa. "Mamah ... Om Ethan boleh ikut kan? kita ajak ke rumah ya?" rengek Reksa. Klarisa menarik napas dalam. Ia memegang kedua bahu Reksa dan tersenyum lembut. "Sayang ... Om Ethan itu sibuk. Kamu jangan ngerepotin Om Ethan ya ..." semoga Reksa tidak memaksa agar Ethan ikut bersama mereka. "Mmm ... tapi reksa mau main sama om Ethan ..." "Sayang, tapi---" "Om ethan enggak sibuk ko, " Ethan meraih tangannya Reksa, mengabaikan tatapan mematikan Klarisa yang sudah jelas menginginkan Ethan untuk pergi. "Om hari ini bisa main sama Reksa seharian. Gimana?" Reksa terlihat berjingkrak senang, dan memeluk Ethan. "Terima kasih, Om." "Sama sama, sayang." Ethan mengangkat tubuh Reksa dan di gendongnya. Lalu berjalan dengan meraih tangannya Klarisa lalu di genggamnya. "Lep--" "Jangan membuat Reksa kecewa ..." bisik Ethan, lalu mengecup kepala perempuan itu lembut, yang tentu saja Klarisa membelalakan kedua matanya. *** "Hati hati dengan anak Manggala yang dibuang. Ternyata dia masih hidup. Dan tidak menutup kemungkinan akan menuntut balas dan mengambil alih Global!" terdengar suara fatir, lelaki berusia lima puluh tahun sedang berbicara dengan Wen Lee. "Manggala masih punya anak lain? bukannya satu satunya hanya Zovan?" Setahu Wen Lee Manggala memang hanya memiliki satu anak, yaitu Zovan. "Dia anak pertama, dan satunya di buang ke panti asuhan karena sebuah misi penghancuran. Hati hati dia sangat hebat dan bisa menghancurkan! dia sengaja dilatih secara diam diam, agar pihak lawan tidak ada yang mengetahuinya." "Kenapa paman tidak bilang sedari awal? kenapa tidak bilang dari dulu?" "Paman juga baru tahu dua hari yang lalu. Orang orangku menerima informasi tentang Arjuna Group yang hancur enam tahun yang lalu. Rama menerima penyerangan oleh pihak Black Eagle. Namun anehnya Rama tidak memenjarakan anak itu. Sudah jelas, kalau Rama pun takut padanya. Dia sangat licin seperti belut. Belum ada yang bisa menangkap dan mengalahkannya." "Seperti apa pisik anak itu?" "Aku belum pernah melihatnya. Dia tidak pernah di poto atau pun membiarkan orang lain mengambil potonya. Para bawahannya akan langsung menghapus setiap media apapun yang menyorotnya." "Dia sangat berbahaya!" gumam Wen Lee. "Bagaimana caranya aku tahu bahwa laki laki itu ada di sekitarku?" "Jangan terima orang baru?" saran Fatir. "Ayolah paman, aku ini pengusaha. Mana bisa seperti itu." "Global berada ditangan mu. Dan kalau anak manggala tahu, dia hanya perlu menjetikan jarinya, maka Global akan menjadi miliknya!" Dan Wen Lee menghela napas resah. Dia menyandarkan punggungnya pada sopa di belakangnya. "Siapa dia ..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD