bc

Mantanku Yang Berbahaya (Sekuel Hurt)

book_age18+
918
FOLLOW
6.2K
READ
love-triangle
one-night stand
second chance
CEO
drama
sweet
bxg
icy
office/work place
first love
like
intro-logo
Blurb

"Kau yakin?"

"Aku yakin, aku sangat mencintaimu!"Clarisaa sangat mencintai Ethan sehingga ia menyerahkan kesuciannya pada laki laki itu. Namun setelah itu Ethan menghilang entah ke mana. Clarissa tidak bisa menghubungi lelaki itu, bahkan sampai ia melahirkan anak mereka."Kamu di mana Ethan." dia menangis sendiri menyesali apa yang telah terjadi. Namun Ethan tak kunjung datang, bahkan sampai putranya berusia lima tahun. Sejak itu, Clarissa menutup hatinya dari pria mana pun. Dia mengurus anaknya sendirian. Dan anaknya diasuh oleh ibunya. Sampai suatu saat Ethan kembali dan ternyata menjadi anak bosnya di kantor."Apa kabar Clarisa?"

"Aku baik sekali." Clasrisaa rindu, namun ia sudah bersumpah untuk tidak kembali tergoda pada pesona Ethan. "Kamu agak berbeda. Apa kamu sudah menikah?"

"Aku tidak butuh laki laki, Ethan. Dan semoga kita enggak bertemu lagi!" Clarissa sekuat tenaga menghindari Ethan. Namun semesta malah terus mengikat mereka.Lalu apakah Clarissa dan Ethan akan kembali menjalin kisah yang sama. Atau ... mereka menjalani kisah berbeda dengan pasangan berbeda.

chap-preview
Free preview
Kedatangan Mantan.
"Kamu yakin?" Tatapan Ethan yang dalam dan menghipnotisku itu, sungguh membuatku tidak bisa mengelak darinya. Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan besar. Namun apa dayaku, aku adalah seorang Clarissa Putri yang sedang jatuh cinta setengah mati, pada laki laki bernama Alexiethan Abraham. "Aku yakin sekali." jawabku, seraya tersenyum malu di dalam dekapan Ethan. Kamu sudah enggak saling mengenakan busana. Malam ini aku benar benar menyerahkan segalanya untuk Ethan. Lelaki yang sangat aku sukai sejak kali pertama bertemu. Kami melalui malam yang indah seolah sepasang pengantin. Aku tahu ini adalah sebuah kesalahan besar, namun semuanya sudah terlanjur, karena rasa cintaku yang begitu besar hingga semua norma yang ada tidak bisa menyadarkan diriku. Tepat satu bulan setelah aku dan Ethan melakukan itu di rumahnya Ana dan Rama, sahabatku. Aku mengalami hal aneh. Aku mersakan tubuhku lelah dan kepalaku pusing. "Kamu kenapa?" tanya Ana. "Aku enggak tahu, tapi tubuhku enggak enak." "Kita periksa ke Dokter ya?" ajak Ana. Pada Saat itu, Ana sudah melahirkan baru dua minggu. Dan juga sebuah kejadian yang tidak terduga, bahwa dibalik penyerangan rumahnya Ana, ada Ethan yang ternyata sudah menjadi dalang utama. Aku sungguh menyesal telah menyerahkan diri ini padanya, pada seorang mafia seperti Ethan. Lalu laki laki itu dipenjara bersama kakak nya yang telah berbuat ulah. Namun aku dengar lagi kabar dari Rama, bahwa Ethan telah keluar dari penjara karena menerima maaf dari Rama. Kecuali Kakaknya yang tetap berada di sana. Namun meski begitu, aku sampai saat ini masih belum bertemu dengan laki laki itu. "nanti aku pergi sendiri aja, An. Kamu masih belum boleh keluar kan?" baru dua minggu melahirkan, mana boleh jalan sana sini. "Baiklah, kalau gitu." Maka suatu sore, aku pun pergi ke Dokter dan menceritakan semuanya. "selamat, mbak risa hamil!" aku membelalakan kedua pupil ini. Jadi aku hamil, jadi kegiatan aku dan Ethan ternyata membuahkan hasil yang menakutkan. Aku gemetar dan sungguh bingung. Apa yang harus aku katakan pada kedua keluargaku. "Mmm, dok. Apa boleh saya meminta sesuatu?" "kenapa Mbak?" "Apa boleh saya menggugurkan kandungan ini?" tanyaku. Dokter lelaki itu terlihat menautkan kedua alisnya. "kenapa harus di gugurkan? dia sehat sehat aja sepertinya." "Masalahnya, saya belum menikah. Saya--" "Oh, saya minta maaf, karena saya tidak bisa melakukan itu." "Tapi Dok." "saya gratiskan semua obat dan pemeriksaan ketika mbaknya mau periksa di sini." "Dok" "Silahkan keluar dari sini, dan mohon jangan suruh saya untuk menggugurkan janin itu lagi. Aku enggak setega itu." Aku hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong. Menyesali semua itu tidak ada guna, tapi aku harus mencari jalan lain, agar aku bisa tetap hidup, karena aku yakin sekali, ayahku pasti akan mengusirku dari rumah. "Kita akan ekspor bulan ini!" Suara Direktur Wen atau yang bernama asli Benentick Wenlee membuat lamunanku buyar. Iya, ini sudah lima tahun kemudian setelah aku melahirkan seorang putra. Aku bekerja di sini, karena kedua orang tuaku tidak mau menerimaku. Aku bekerja sebagai manager di pabrik sepatu yang ada di Kotaku. Aku seorang manager Sewing. Di sini terkumpul ada empat manager, ada manager sewing, yaitu aku sendiri. Manager cutting, dia Rega, ada manager assembling, dia Sinta, lalu manager finishing, dia Hendra. Setiap mau ekspor maka kami akan dikumpulkan agar lebih siap dan juga bisa mengajak bawahan kami bekerja dengan benar. Memerhatikan qualitas dan quantitas yang diinginkan. "Clarissa!" aku mengerjap ketika Pak Wen memanggil namaku. "Eh, iya, Pak." "Saya dengar, di sewing kekurang QC (Quality control)?" "Iya, Pak." "Kamu kabarkan ke bagian adminsitrasi untuk segera membuka lowongan untuk bagian QC." "Mmm begini pak, karna waktunya sebentar lagi. Bagaimana kalau untuk QC, kita pinjam dari berbagai line aja?" "Kata kamu kurang? gimana sih? kalau pinjem dari anak Line, ya nanti line kamu kehilangan banyak anak sewing dong?" sahut Pak Wen tidak santai. "Kita kan harus tetap produksi sampai dua minggu menjelang ekspor." tambahnya. "Maksud saya, kan kalau nunggu anak QC baru. Kita harus mengajar dia dulu kan? dan itu waktunya enggak sebentar. Di setiap line, biasanya memiliki empat anak sewing. Nah, bagaimana kalau satu anak sewing kita jadikan QC saja?" usulku. "Berarti produksi sewing berkurang dong?" tempas Rega. "Jangan gitu lah, nanti anak cutting barangnya enggak laku kalau anak sewingnya kurang. Kalau terjadi penumpukan barang, nanti bakal berantakan di cutting!" sela nya. "Bener tuh, kalau tersendat di sewing, maka nanti barang juga bakal menumpuk di assembling. Kan malas kalau barang bertumpuk di mana mana tuh, akhirnya nanti oven meledak kaya waktu itu, karena kepanasan. Jangan ah, udah biarin aja anak QC baru yang nanganin." tambah Sinta. Duh, aku malah diberondong, padahal kan aku belum selesai bicara. "Maksud aku tuh, kaya gini. Untuk QC kita ambil dari anak sewing yang udah tahu kaya gimana barang rijek dan barang mulus. Nah, untuk pengganti anak sewing yang diambil itu, kita ambil dari anak baru yang memang udah paham gimana caranya menjahit. Jadi kita masih bisa ngejar kan?" usulku. Pak Wen menatapku sambil berpikir. "Anak training ada?" tanya nya. "Ada pak. Ada lima line khusus anak trening yang belum tiga bulan. Tapi kerja mereka udah ok, dan udah bisa ngejar produksi." ungkap ku. "Oh, berarti kamu ambil dari anak trening ya?" "Iya, pak. Maksud saya gitu." Pak Wen akhirnya mengangguk. "Kalau gitu, saya setuju." jelasnya. Kemudian dia menatap Rega. "Untuk cutting semua terkendali kan?" tanya nya. "Iya, pak." jawab Rega. "Bagus lah. Jangan sampai kejadian dua bulan yang lalu terulang. Dimana saya mendengar ada anak cutting yang jarinya terpotong karena kelalaian kerja." Aku kembali ingat pada kejadian dua bulan yang lalu. Dimana di cutting ada sebuah insiden yang membuat jari seorang karyawan laki laki patah karena kelalaian kerja. Saat itu sangat heboh, sampai seorang polisi datang ke pabrik dan membuat pabrik berhenti beroprasi selama dua hari, karena disangka pihak pabrik enggak mengutamakan keamanan karyawan. Padahal itu terjadi karena kesalahan karyawannya sendiri. Dia tidak hati hati dalam bekerja. Saat itu Pak Wen memarahi semua manager dan lider line, termasuk aku juga kena. padahal yang salah siapa yang kena siapa. Dan setelah kejadian itu, kami para manager dan Lider jadi semakin sibuk memerhatikan karyawan layaknya seorang satpam. "baik pak." Regan mengangguk hormat. "Meeting selesai, untuk Clarissa kamu tunggu di sini karena ada hal yang ingin saya sampaikan." Aku mengangguk saja, dan membiarkan semua temanku keluar dari ruangan. "Begini," Pak Wen mulai bicara. "Kita akan kedatangan buyer yang ingin melihat proses sewing, cutting, dan semuanya. Tapi kamu yang harus menemani dia dan menjelaskan setiap bagian bagian produksi." "Buyer dari luar negri kah pak?" tanya ku. "Bukan! dia dari dalam negri. Tapi dia memiliki outlet yang sangat besar. Dia menguasai pasar dalam negri dan luar negri. Dan dia tertarik dengan sepatu yang kita produksi, karena kita sudah punya nama." "Wah syukurlah." "Iya, namun dia ini type seorang buyer yang melihat pedagangnya harus menarik dan cantik. Jadi aku usulin kamu yang akan menemani dia." ujarnya. mengada ngada saja nih, buyer. "Dia kapan datang pak?" "Besok, BTW dia ini kayanya seumuran saya deh. Cuma ya ... saya lebih ganteng dari pada dia." Iya, dia memang kepedean. Dia merasa kalau di pabrik ini hanya dia aja yang paling tampan dan paling keren. Padahal kalau melihat ke berbagai bagian produksi, aku pernah melihat lelaki yang lebih tampan dari dia. Cuma ya ... karena pak Wen ini tinggalnya di dalam ruangan ber Ac tanpa debu produksi seperti potongan bahan, ya tentu saja Pak Wen lah yang lerlihat lebih tampan. Apalagi dengan kedudukan beliau sebagai direktur. Dengan dompet yang tebal, ke mana mana menggunakan mobil. "Tapi kamu jangan suka sama dia ya." kekehnya, dia mendekat, "karena kamu itu sudah saya tandai!" Aku hanya menanggapinya dengan senyuman tipis saja. Lebih tepatnya senyuman kaku. Dari dulu, yang ia ucapkan adalah kamu jangan tertarik sama karyawan lain, kamu jangan tertarik sama manager lain, atau kamu jangan tertarik sama satpam pabrik yang keren keren itu, karena kamu sudah saya tandai. Namun sampai saat ini dia masih suka menggoda para karyawan muda sana sini. Buaya tetaplah buaya. "Kalau gitu, saya permisi ya Pak." aku segera berdiri. "Sebentar, Risa ..." "Apa Pak?" "Nanti sebelum pulang, kita makan malam bareng ya?" *** Sesuai dengan apa yang dikatakan Pak Wen, bahwa kali ini akan ada buyer muda yang ingin mengecek jalannya produksi di setiap bagian. Dan beliau akan datang ke ruang meeting untuk bertemu dengan kami para staf khusus demi bisa melihat produk dengan nama nama brand yang sudah di miliki PT Global ini. Aku disuruh menjelaskan tentang proses produksi di depan dengan proyektor yang sudah tersedia. Baru saja aku akan menyalakan proyektor itu, ketika pintu terbuka dan menghadirkan tamu istimewa yang dimaksudkan oleh Pak Wen. Tiba tiba remot kontrol jatuh dari tangan ku kala melihat siapa yang baru saja melangkah kan kaki jenjang tebungkus celana kerja berwarna silver dan sepatu kulit mengkilat itu. Dia lelaki tampan yang enam tahun yang lalu membuatku berani memberikan diri ini secara suka rela. Dia laki laki yang telah meninggalkan ku dalam keadaan hamil dan aku menyesal seumur hidupku. Dia ... "Ethan ..." gumamku. Mendadak kedua lutut ini terasa lemas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook