Ancaman Fian

1497 Words

Keesokan paginya Vini pamit. Ia harus kerja. Saat ia membuka pintu, Ardian berdiri di sana bersama Isa dalam gendongannya. Sangat rapi dengan pakaian dinasnya. Vini berbalik, melihat ke arahku. Seolah bertanya, apa aku mengizinkan Ardian masuk atau tidak. Ia tersenyum tipis saat melihatku mengangguk. "Mama sakit?" "Iya, Sayang. Kamu baik-baik ya bareng Papa di kantor. Bentar siang mungkin Mama sudah diizinkan pulang." "Diantar Om Ivan?" Aku tercengang. Bagaimana mungkin anak si kecil ini bisa menanyakan hal-hal yang tak terduga. Aku menduga dengan sangat yakin, Ardian yang mengajarinya. Tak masalah. Permainan ini akan segera dimulai. Kusunggingkan senyuman. "Sepertinya Om Ivan enggak tahu Mama dirawat di sini. Mama mau kasih tahu, tapi HP tertinggal di rumah. Boleh kamu bantu Mama

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD