Isa Di-Bully

1379 Words

Seminggu berlalu dalam kehampaan. Sendiri aku meratap pilu. Menangis hingga bengkak kedua mata pun tak ada guna. Menelepon mama mertua tidak pernah diangkat. Mungkin Ardian melarang. Tujuh hari menyedihkan ini tidak ada yang kukerjakan. Aku mengundurkan diri dari butik. Bahkan rumah pun berantakan. Hanya kebaikan hati Vini dan Ivan yang sering mengantarkan makanan. Jika tidak ingat ada janin yang harus dijaga, mungkin makan pun aku enggan. Dengan bantuan Vini, aku tahu letak makam Esa. Di atas pusaranya kuhabiskan menit demi menit. Pagi ini, sosok Ardian tiba-tiba muncul. Tidak ada Isa. Ia melenggang ke kamar mandi tanpa kata. "Kenapa Abang pisahin Isa dariku?" tanyaku saat ia keluar dari kamar mandi. "Karena ibunya sibuk berduaan dengan laki-laki lain. Daripada nyawanya melayang s

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD