SIDE STORY 2: Crystal Thief

2143 Words
Keluarga Rosalba adalah salah satu keluarga eksorsis paling terkenal di dunia. Lambang keluarga tersebut berupa bunga mawar putih, terkadang dengan daun dan sulur berduri. Seluruh keturunannya, tidak peduli laki-laki atau perempuan, sehat atau sakit, sempurna atau tidak fisiknya, harus tetap melanjutkan tugas sebagai seorang eksorsis hingga akhir hayat. Bagi yang tidak ingin melakukannya, diizinkan untuk mengakhiri hidupnya, atau harus mau membuang marga Rosalba dari nama dan kehidupan mereka. Mereka yang memilih untuk membuang marga Rosalba, akan menerima sebuah tanda di punggung. Tanda itu akan diukir dengan pisau yang telah dipanaskan. Bentuknya serupa dengan lambang bunga mawar dari keluarga Rosalba, tetapi diberi tambahan lingkaran bertuliskan kalimat kutukan di sekelilingnya. Keturunan keluarga Rosalba yang sudah membuang namanya, memang memiliki kesempatan hidup lebih bebas, tetapi tidak sedikit juga yang kehidupannya justru menjadi hancur. Beberapa dari mereka yang ketahuan sebagai keturunan keluarga Rosalba yang terbuang, akan dikucilkan oleh masyarakat. Lalu, ada yang mengalami stres berat, hingga mencapai keadaan paling parah dan mengubah mereka menjadi monster berdarah dingin. Tekanan berat dari keluarga, masyarakat, dan latihan yang sudah mereka jalani, bisa membuat dendam dan hasrat membunuh mereka semakin tinggi. Hal tersebut tidak cukup jika hanya dilampiaskan pada makhluk-makhluk jahat, karena itu, mereka pun akan membunuh manusia dan makhluk lain yang masih memiliki pengampunan. Ailpean adalah salah satu keturunan keluarga Rosalba. Seperti keturunan lainnya, sejak kecil dia sudah dilatih keras agar mampu menghadapi makhluk-makhluk yang mengancam kehidupan umat manusia. Makhluk yang bisa sampai puluhan atau bahkan ratusan kali lebih kuat darinya. Tanpa peduli dengan apa yang harus ditanggung, dia bersedia melanjutkan tugas sebagai seorang eksorsis dari keluarganya dengan penuh kepercayaan dan rasa bangga. Namun, suatu hari, ketika sedang berburu iblis di hutan, Ailpean yang masih cukup muda bertemu dengan salah satu iblis terkuat di sana. Dia bukannya terkejut dengan kekuatan iblis itu, tetapi dia terkejut dengan apa yang dikatakannya. "Kau keturunan Rosalba, yang selalu mengenakan jubah berhiaskan lambang mawar putih! Lambang itu sama sekali tidak cocok untuk keluargamu! Kalian adalah manusia yang lebih mengerikan dari iblis dan makhluk keji lainnya! Untuk apa kalian mengenakan lambang mawar putih, jika hanya akan ternoda dengan darah?!" Ailpean tidak mengerti maksud dari perkataannya. Kenapa iblis sepertinya mengatakan bahwa keluarga Rosalba lebih mengerikan dari makhluk jahat? Kenapa juga dia mengatakan bahwa lambang mawar putih tidak cocok untuk keluarga Rosalba? Padahal, lambang mawar putih mencerminkan kesucian keluarga Rosalba yang membersihkan dunia manusia dari noda makhluk-makhluk jahat. Kalau lambang tersebut ternoda dengan darah mereka, bukankah wajar saja? "Lambang itu tidak hanya ternoda dengan darah makhluk jahat, kau tahu bukan?! Darah keturunan keluargamu yang memberontak dan darah makhluk tak bersalah juga telah menodainya sejak dulu! Tidakkah kau tahu betapa kelamnya sisi gelap keluargamu sendiri?!" Selama ini, ayah Ailpean selalu mengatakan bahwa seluruh keturunan keluarga Rosalba hidup dan mati dengan terhormat sebagai pelindung umat manusia, tetapi tidak pernah menceritakan tentang keturunan yang membuang marga Rosalba dari namanya. Dia tidak tahu sama sekali mengenai keturunan Rosalba yang berubah menjadi monster dan juga mengancam kehidupan manusia. Begitu mengetahui itu semua, rasa bangga Ailpean atas keluarganya perlahan berkurang. Dia menyadari, betapa keras dan kejamnya keluarga Rosalba. Dalam keadaan bingung, Ailpean memutuskan untuk menjauh dulu dari rumah. Dia pergi ke pegunungan bersalju yang katanya cukup aman dari jangkauan makhluk jahat. Di sana, dia menghabiskan waktu untuk merenung, hingga lupa makan dan minum, seakan kehidupan sudah tidak penting lagi. "Anda keturunan keluarga Rosalba, Tuan?" Setelah berhari-hari berdiam diri di bawah pohon cemara, seorang gadis cantik menyapa Ailpean dengan ramah. Ailpean baru sadar kalau dia masih mengenakan jubah dengan lambang mawar putih, karena dia tidak memiliki satu pun jubah tanpa lambang tersebut. Dengan sedikit keraguan, dia membenarkan tebakan gadis itu. "Mungkin sebentar lagi akan ada badai salju, kenapa Anda berdiam diri di sini? Tidakkah Anda takut?" "Karena belum pernah terjebak badai salju, aku tidak merasa takut," jawab Ailpean dengan polosnya. "Kalau begitu, setidaknya demi keselamatan nyawa Anda, maukah berteduh dulu di rumah kecil saya?" "Jika kau mengizinkan, maka akan dengan senang hati." Ailpean mengikuti gadis yang menyebutkan namanya adalah Brisia. Mereka masuk ke rumah kecil di ujung desa kecil sebelum badai salju benar-benar terjadi. Ailpean heran karena tidak menjumpai orang lain di rumah tersebut. "Apakah gadis semuda dirimu tinggal sendirian?" "Iya, Tuan." Brisia menghidangkan minuman hangat untuk Ailpean. "Di mana keluargamu?" Ailpean meminum minuman yang diberikan oleh Brisia. "Jika saya beri tahu, apa Anda tidak akan merasa sakit hati?" Brisia tersenyum penuh arti. Ailpean mengernyit. "Kenapa aku harus sakit hati? Memangnya apa yang terjadi pada keluargamu?" Brisia mengatakan kalau dia hanya memiliki kedua orang tua dan satu kakak laki-laki. Namun, dua tahun silam, mereka semua terbunuh oleh seorang eksorsis. Awalnya, eksorsis itu datang ke pegunungan salju tempatnya tinggal untuk membasmi seluruh makhluk jahat, tetapi begitu selesai, dia malah menyerang penduduk desa. Sekitar 75% penduduk desa, termasuk keluarga Brisia pun terbunuh olehnya. Dari balik peti kayu tempat Brisia bersembunyi, dia menyaksikan betapa tragis kematian kedua orang tua dan kakaknya. Dia juga melihat sesuatu yang tak akan terlupakan, yaitu lambang bunga mawar keluarga Rosalba dengan lingkaran berisi kalimat kutukan di sekelilingnya. "Saya tidak menaruh dendam kepada keluarga Rosalba, karena saya yakin, tidak semua keturunan keluarga Anda seperti itu." "Bagaimana aku bisa tahu kalau kau tidak memiliki dendam padaku dan keluargaku?" "Buktinya, Anda masih hidup setelah meminum minuman dari saya." Brisia dan keluarganya sangat ahli dalam ilmu pengobatan. Mereka pandai membuat obat yang mujarab. Tidak hanya obat, mereka juga mampu meracik racun yang sangat mematikan. Bahkan dengan racun buatannya, Brisia berhasil membunuh eksorsis yang merupakan mantan keluarga Rosalba. "Kalau saya dendam kepada Anda, saya pasti sudah menaruh racun ke dalam minuman Anda, Tuan." Brisia menunjukkan botol kecil berisi cairan berwarna biru tua, yang dia keluarkan dari sakunya. "Kalau begitu, bisa ambilkan pakaian ayah atau kakakmu dan juga sebilah pisau?" "Tentu." Brisia mengambil benda yang diminta Ailpean dan membawanya ke hadapan lelaki itu. Ailpean menanggalkan aksesoris, jubah, serta seluruh pakaiannya, sedangkan Brisia menundukkan kepala dengan tenang. Kemudian, Ailpean mengenakan salah satu celana yang sudah dibawakan Brisia. Dia memanaskan pisau di perapian. Setelah logam pisaunya membara, dia memberikannya kepada Brisia yang masih setia menunduk. "Kau masih ingat, bagaimana bentuk tanda di punggung eksorsis yang telah membunuh keluargamu?" "Masih, saya masih ingat dengan jelas." "Bisa kau membantu mengukirnya di punggungku?" "Bisa, tetapi bukankah artinya–" "Aku tahu benar apa artinya itu. Kau cukup membantuku mengukirnya saja." "Baik, Tuan." Brisia mengambil pisau dari Ailpean. Rasanya tidak tega jika harus menggores punggung Ailpean yang putih mulus tanpa noda dan bekas luka. Punggung yang kelihatan masih sangat rapuh. Meski demikian, dia berusaha memantapkan hati, mencoba mengukir tanda dengan sebaik mungkin. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, padahal Ailpean tampak tenang-tenang saja. Setelah selesai melakukan tugas, dia pun terjatuh lemas. Ailpean melempar semua pakaian dan aksesoris, juga sarung pedang miliknya ke dalam perapian. Dia mengambil pisau dari tangan kanan Brisia dan melemparnya ke perapian pula, lalu mengecup punggung tangannya. "Sekarang aku hanya Ailpean, bukan Ailpean Rosalba. Jadi, maukah kau menerimaku di rumahmu dan menuntunku ke jalan yang lebih baik?" "A–apa maksud Anda?" "Aku ganti pertanyaannya, maukah kau menikah denganku?" Ailpean tidak tahu apakah keputusannya benar atau salah. Dia hanya mengikuti kata hatinya saja. ~《☆》~ Sesungguhnya tubuh vampir memang sangat rapuh, bahkan lebih rapuh dari tubuh manusia. Dengan sengatan sinar matahari saja, mereka bisa langsung menjadi abu. Kelebihan yang membuat mereka unggul adalah energi spiritual. Maka dari itu, selama ratusan tahun, para vampir fokus berlomba untuk memperkuatnya. Namun, untuk mendapat energi besar melalui kristal, mereka malah harus memperkuat tubuh yang akan menjadi wadahnya. Sayang sekali, sebelum ada vampir yang mampu menguasai kekuatan kristal, seorang manusia berhasil menyusup ke dunia mereka untuk memburunya. Manusia tersebut adalah Ailpean, seorang eksorsis hebat dari dataran barat. Dia mendengar informasi mengenai kristal dari beberapa vampir yang berkeliaran di dunia manusia. Setelah berhasil memaksa mereka untuk membuka portal menuju dunia vampir, dia pun menghabisi mereka semua, sehingga tidak ada yang bisa menutup portalnya. Kristal dengan kekuatan dahsyat yang rencananya akan digunakan untuk menginvasi tempat tinggal manusia, lalu memperbudak mereka, tentu tak bisa dibiarkan begitu saja. Dengan mengandalkan keahliannya dalam menyamarkan keberadaan, Ailpean menyusuri dunia vampir yang luas dan diselimuti kegelapan. Tidak ada cahaya matahari yang masuk ke sana. Penerangan di beberapa tempat hanya berasal dari kristal-kristal yang memancarkan sinar lembut. Meskipun kelam, pemandangan langka di sana membuat Ailpean terpukau. Aku tidak menyangka dunia vampir ternyata seindah ini. Penglihatan mereka yang luar biasa, membuat mereka bisa melihat tanpa cahaya, jadi mereka memasang kristal-kristal ini hanya untuk menghias dunia mereka yang gelap. Sungguh, makhluk satu ini kadang membuatku kehabisan kata-kata. Karena terlena dengan pemandangan, Ailpean sampai hampir lupa pada tujuan utamanya. Dia bergegas memutar otak, menerka di mana kiranya para vampir menyimpan kristal. Beberapa tempat yang menurutnya mencurigakan segera dia periksa, tetapi kristal tidak ada di sana. Beruntung, dia mendengar tentang kuil suci yang berada di dalam istana raja vampir. Memang sulit harus menyusup ke istana yang memiliki penjagaan ketat, tetapi Ailpean tidak mau usahanya sejauh ini sia-sia. Bermodalkan tekad kuat untuk melindungi umat manusia, dia memberanikan diri menerobos segenap lapis penjagaan. Begitu mencapai kuil suci, dia melihat bongkahan batu kuarsa yang bersinar. Sinarnya itu mungkin bisa menerangi seluruh sudut istana raja vampir yang sangat luas. Sungguh benda yang luar biasa. Apa aku bisa mengambil benda ini? Ailpean sedikit ragu. Benda yang kekuatannya tidak bisa ditaklukkan oleh bangsa vampir, apakah bisa disentuh oleh manusia sepertinya? Dia memang memiliki energi spiritual, tetapi tidak sebesar para vampir. Tangannya gemetar ketika mencoba menggapainya. Namun, tak disangka, ternyata kristal tersebut sama sekali tak memberikan efek aneh pada tubuhnya. Tanpa banyak berpikir lagi, Ailpean mengambil dan menyembunyikannya di balik mantel hitam yang dia kenakan. Saat itu juga, semua kristal di dunia vampir padam, membuat suasana jadi benar-benar gelap gulita. Satu-satunya cahaya hanya berasal dari kristal yang dibawa oleh Ailpean, dan tampak meredup setelah disentuh olehnya. Dia tahu, sekarang posisinya benar-benar tidak aman. Para vampir pasti akan memeriksa kristal di kuil suci, maka dari itu, Ailpean harus lari dari sana sebelum mereka datang. Pelarian Ailpean tidak bisa berjalan mulus, sebab cahaya kristal dengan mudah dilihat para vampir, layaknya mercusuar yang membantu navigasi. Mau tidak mau, dia harus menghadapi vampir-vampir yang menyerangnya. Pedang perak besar dengan ukiran bunga mawar yang selalu bersamanya, sudah siap untuk bermandikan darah. Selesai mengikat kristal di punggungnya, Ailpean langsung maju. Perbandingan kekuatan yang besar, bukan halangan bagi Ailpean untuk menang. Gelar eksorsis hebat sangat pantas baginya, karena dia berhasil mengalahkan puluhan vampir di sarang mereka sendiri. Dia mendapat luka-luka yang cukup parah, tetapi tidak masalah, karena jalan menuju portal sudah dekat. Tepat sebelum raja vampir menangkapnya, Ailpean memasuki portal dan kembali ke dunia manusia. Dia kembali di waktu pagi, jadi tidak ada yang berani lagi mengejarnya. Ailpean tertatih, langkahnya menapaki hamparan salju terasa sangat berat. Darah dan keringat terus menetes di atas salju yang seputih ricotta. Rumahnya yang berada di ujung desa masih belum terlihat, tetapi dia sudah pingsan lebih dulu. Ketika tersadar, Ailpean merasakan kehangatan. Tempatnya berbaring sekarang adalah di dekat perapian, di rumahnya sendiri. Semua luka di tubuhnya sudah diobati dan pakaiannya juga sudah diganti. Dia tahu siapa yang melakukan semua itu. "Anda sudah sadar, Tuan Ailpean?" Suara nan lembut itu adalah suara istrinya, Brisia, wanita cantik yang sekarang tengah menggendong seorang bayi. "Kau menemukanku?" "Ya, saya menemukan Anda hampir terkubur oleh salju. Dari mana saja Anda selama tiga hari terakhir? Kenapa menghilang tanpa kabar, kemudian kembali dalam keadaan terluka?" "Aku pergi ke dunia vampir untuk mengambil kristal. Di mana kristal itu sekarang?" "Saya menyimpannya di tempat pakaian, karena saya pikir, benda itu sangat berharga, dan akan aman jika di sana." "Memang benda itu sangat berharga, Brisia. Benda itu adalah sumber energi yang amat besar untuk bangsa vampir." Ailpean bangun dan duduk. "Bisa kau bawakan ke sini?" "Tentu." Brisia meletakkan bayinya di pangkuan Ailpean, lalu pergi mengambil kristal yang dia simpan. Ailpean merasa lega begitu melihat Brisia kembali dengan kristal yang sudah susah payah dia dapatkan. Dia menerima kristal itu, baru mengatakan apa yang selanjutnya akan dia lakukan. "Aku akan menyegel kekuatan kristal ini di dalam tubuh putra kita." "Apa? Apa Anda ingin membahayakan nyawanya?" "Tenang saja, kekuatan kristal ini tidak berpengaruh pada manusia. Para vampir juga tidak akan bisa menemukannya, karena kekuatannya akan menyatu dan tersamar dengan tubuh Orion. Putra kita akan baik-baik saja. Kumohon mengertilah, ini demi mencegah kehancuran umat manusia." "Baiklah, lakukan apa yang menurut Anda benar. Saya percaya sepenuhnya kepada Anda, Tuan Ailpean." "Terima kasih, sudah selalu percaya padaku, Nyonya Brisia. Kau tidak pernah ragu mengambil langkah penuh risiko, tanpa mengharap sanjungan dunia. Aku benar-benar beruntung bisa mendapatkan malaikat sepertimu sebagai pendamping hidupku." "Saya merasa terhormat bisa mendampingi pejuang tanpa nama seperti Anda, Tuan Ailpean." Ailpean menggambar sebuah pola di lantai dengan darahnya. Pola mirip bunga mawar dengan tulisan-tulisan kuno di pinggirnya. Dia meletakkan anaknya, Orion dan kristal di tengah pola tersebut. Ketika dia mulai membacakan mantra, kristal perlahan melebur. Seiring tangisan Orion, cahaya hasil leburan kristal terserap ke dalam tubuhnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD