Chapter 1

1046 Words
Daerah Mapson merupakan salah satu daerah di bawah pimpinan kerajaan Marchard. Dikepalai oleh William Binnet. Sistem pemilihan kepala daerah di Marchard menggunakan sistem yang sama dengan kerajaan yaitu berdasarkan ahli waris. Sistem inilah yang menyebabkan kedua putra raja George, Andreas Hawthrone dan Anthony Hawthrone. Keduanya tengah bersaing secara sehat untuk mendapatkan gelar Putra Mahkota dan menjadi Raja kelak menggantikan Raja George. Setidaknya itu fakta yang Elisa ketahui saat ini. Ia menatap istana yang semakin mendekat dengannya. Ketika ia telah menyetujui ajakan-lamaran Pangeran Andreas untuk menikah, Elisa segera diajak ke istana Marchard oleh Andreas. Elisa akan diperkenalkan sebagai kekasih Andreas. Demi Tuhan, Elisa menghela napas karena merasa gugup. Seingatnya ia bertemu dengan Raja George dan Ratu Annetha ketika dirinya menjadi pelajar berprestasi dan mendapatkan beasiswa. Mereka sangat ramah dan Elisa harap keramahan itu akan tetap ia dapatkan ketika menghadap mereka sebagai kekasih Andreas. “Semuanya akan baik-baik saja.” Andreas bersuara. Memecah keheningan yang tercipta semenjak keduanya memasuki mobil dalam perjalanan menuju istana Marchard. Andreas dapat merasakan gadisnya gelisah sejak tadi. Ia bukan hanya bermaksud menenangkan, namun memastikan bahwa kegugupan Elisabeth tidak akan mengacaukan segalanya. Andreas teringat akan Anthony. Anthony pasti tengah sibuk mengatasi masalah daerah yang ia naungi yaitu Eraston. Andreas dan Anthony mendapatkan tugas untuk menaungi daerah masing-masing selama tiga tahun. Andreas bertugas menaungi Mapson dan Anthony kebagian Eraston. Sebuah tugas yang menjadi salah satu penilaian untuk menjadi Putra Mahkota. Tugas itu sudah berjalan selama dua tahun, dan sekarang Anthony ditimpa masalah penggelapan uang oleh jajaran kepala daerahnya. Andreas bersyukur bahwa ia tidak mendapatkan masalah berarti selama menaungi Mapson. Selama menjalankan tugas ia diam-diam menyelidiki putri William Binnet, Elisabeth Karennina. Fakta-fakta yang ia peroleh membuatnya sangat yakin bahwa Elisa pantas menjadi ratunya. Andreas sangat meyakini hal itu. Andreas juga yakin ia dapat memperoleh gelar putra mahkota. Gelar yang tersemat pada dirinya hingga berumur dua belas tahun. “Bagaimana jika aku ditolak?” tanya Elisa ketika mobil berhenti pertanda mereka telah tiba. “Tidak ada yang bisa menolak ratuku, Elisa.” Elisa paham bahwa Andreas adalah lelaki yang sangat optimis dan perfeksionis. Ia pasti mengusahakan dan memastikan segala sesuatunya berjalan dengan lancar. “Persiapkan dirimu,” ujar Andreas ketika pintu mobil terbuka. Istana ini sangatlah besar, benar-benar besar. Bahkan terdapat beberapa gedung yang berjejer terpisah. Andreas pernah mengatakan kepadanya bahwa ia memiliki istana sendiri disini. Begitu juga dengan Raja George, dan pangeran Anthony. Ada beberapa istana yang dibangun dan menjadi hak milik setiap pangeran. Untuk setiap putri, mereka akan tinggal di istana putri. Dan Putri Amber benar-benar merasa kesepian menempati istana putri mengingat hanya dia satu-satunya keturunan perempuan dari Raja George. Andreas dan Elisa kemudian turun dari mobil dan hal yang membuat Elisa terkejut adalah Andreas memeluk pinggangnya begitu erat.  Andreas menarik gadis itu agar tidak ada jarak di antara mereka. “Yang Mulia?” Andreas menoleh kepadanya. “Bukan ini protokol istana yang Anda ajarkan kepada saya.” Andreas hanya diam saja dan memilih melangkah, mengabaikan Elisa yang melangkah tidak nyaman di sebelahnya dengan posisi seperti ini.     “Siapa itu?” tanya Ratu Annetha ketika melihat gadis cantik yang diajak Andreas. “Calon menantumu, Bu. Kekasihku putri dari kepala daerah Mapson, Elisabeth Karennina.” Andreas melepaskan rangkulannya pada pinggang Elisa, membiarkan gadis itu membungkuk hormat kepada sang ratu. “Gadis yang paling cerdas di Marchard.” Ratu Annetha berujar seraya tersenyum. “Pantas saja kau selalu betah berlama-lama di Mapson.” Raja George datang diikuti bungkukan tanda penghormatan oleh semua yang berada disana. “Cantik sekali. Gadis yang selalu mendapatkan beasiswa dan sangat membanggakan.” Raja George menambahkan. “Kau sangat pintar mencari pendamping hidup, Andreas.” Ratu Annetha masih berujar dengan senyum di wajahnya.   -------   Elisa menghela napas ketika telah tiba di kamar yang disiapkan untuknya. Protokol istana memang cukup menguji kesabarannya. Elisa hanya perlu terbiasa untuk melakukan itu semua. Lagi pula, ia harus mempersiapkan diri menjadi ratu bukan? Atau jika Andreas tidak berhasil menjadi putra mahkota maka Elisa akan tetap mendampingi laki-laki itu dan hidup bersama protokol istana selamanya. Pertunangannya akan dilaksanakan dua minggu lagi. Sementara pernikahannya akan berlangsung dalam waktu empat bulan. Elisa masih belum mempercayai gagasan bahwa Raja George dan Ratu Annetha begitu bersemangat akan pernikahan putra sulung mereka. Jika ia bertunangan dua minggu lagi, itu artinya setelah itu ia akan tinggal di istana dan menjalani kehidupannya sebagai pendamping Andreas. Mendukung dan mendampingi laki-laki itu menjalankan tugas dinasnya. Jika saja ia bisa maka Elisa akan menawar untuk tetap tinggal di Mapson selama dua bulan setelah bertunangan. Dua bulan berikutnya baru ia tinggal di istana untuk berlatih melaksanakan tugas sebelum menikah dengan Andreas. “Apa kau merasa tidak nyaman?” Elisa memutar tubuhnya dengan cepat ketika mendengar suara Andreas di kamarnya. “Yang Mulia..” Elisa sangat paham bahwa seharusnya Andreas tidak masuk begitu saja ke dalam kamarnya tanpa tata krama. Akan tetapi penjaga di depan kamar Elisa tentu tidak akan mencegah pangerannya berkunjung ke dalam kamar kekasihnya. “Seharusnya Anda tidak menemuiku di kamar. Kita bisa bicara di tempat lain.” “Aku bisa meminta agar kau tetap tinggal beberapa waktu di Mapson setelah kita bertunangan.” tawar Andreas. Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan bagi Elisa, namun itu artinya ia akan melanggar aturan istana. Akan tetapi, mengingat ucapan ratu Annetha bahwa protokol istana yang harus ia pelajari cukup banyak maka tawarannya yang diajukan Andreas sebaiknya tidak Elisa terima. “Aku harus mempelajari protokol istana, Yang Mulia.” Andreas mengangguk kemudian melangkah mendekati Elisa. “Anthony pasti terkejut mendengar kabar ini.” “Apa Anda tidak lelah, Yang Mulia?” tanya Elisabeth seraya melangkah menuju sofa yang berada di kamarnya. Ia tidak ingin Andreas tiba-tiba memerangkapnya di dinding seperti ketika mereka bersama di perpustakaan. “Tidak. Aku sudah biasa melakukan perjalanan dari Mapson” Andreas mengikuti Elisa dan duduk di sebelahnya. “Maksudku, menjalani semua ini. Mengincar posisi Putra Mahkota.” Elisa merasa sedikit menyesal telah melontarkan pertanyaan itu setelah melihat perubahan ekspresi Andreas terutama tatapan lelaki itu. Tatapan yang menyiratkan perasaan terluka, bukan tatapan dingin seperti biasanya. “Aku akan kembali lagi nanti malam. Kita bertemu disini.” Andreas bangkit dari duduknya namun Elisa mencekal pergelangan tangannya membuat langkah Andreas. “Katakan padaku. Aku..” Elisabeth ragu melanjutkan ucapannya. Ia sebenarnya muak jika harus berbicara begitu formal dengan Andreas. “Seperti yang Anda katakan bahwa aku berhak mengetahui banyak hal.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD