Episode 7

1126 Words
Kelvin memarkirkan motornya saat mereka sudah sampai di sekolah. Namun di antara banyak kendaraan yang terparkir disana. Kelvin melihat sebuah mobil mewah yang ia tahu itu adalah mobil papanya. Kelvin heran, kenapa papanya bisa ada disini? Untuk apa? "Yang." "Hm." "Itu kayak mobil papa ya?" Tunjuk Kelvin pada mobil papanya saat turun dari motor. Raisya melihat ke arah tangan Kelvin "Eh? Iya ya. Kok papa bisa ke sini? Tumben?" Kelvin mengendikkan bahunya lalu menarik tangan Raisya "Yuk." Kelvin dan Raisya berjalan dengan bergandengan tangan. Mereka menjadi pusat perhatian. Semua orang yang melihatnya iri dengan Raisya, tak terkecuali para penggemar berat Kelvin Satya Pradijaya atau mereka para fans menyebutnya dengan Kelvers. Sebenarnya ada yang mendukung hubungannya dengan Raisya tapi banyak juga yang tidak mendukung hubungan keduanya. Itu karena bagi mereka Kelvin hanya pantas dengan Siska. Siska si ketua Cheers yang cantik, dia juga wakil ketua OSIS itu berarti Siska wakil Kelvin di anggota OSIS. Dulu banyak yang mengira kalau mereka berpacaran. Karena mereka sangat dekat. Tapi hal itu dibantah langsung oleh Kelvin. Kelvin mengatakan kalau kedekatan mereka hanya sebatas ketua dan wakil ketua OSIS saja. Selebihnya mereka hanya sebatas teman. Seiring berjalannya waktu Kelvin menjalin hubungan dengan Raisya. Hal itu langsung membuat semua siswi kaget. Bahkan Siska tak kalah terkejut. Bagaimanapun Siska mempunyai perasaan lebih terhadap Kelvin. Siska senang bukan main ketika dirinya digosipkan berpacaran dengan Kelvin. Tapi dia juga patah hati saat Kelvin hanya mengganggap dirinya hanya teman. Dan parahnya Siska mendengar kabar bahwa Kelvin berpacaran dengan adik kelas. Siska benar benar kesal saat itu. Dan dari situ lah Siska sangat membenci Raisya si adik kelas yang telah merebut Kelvin darinya. Kelvin berjalan dengan wajah cool-nya. Membuat semua orang menatapnya. Walau wajah Kelvin terlihat sangat dingin dan datar tapi bagi para Kelvers, Kelvin justru terlihat sangat tampan. Raisya benar benar risih dengan keadaan sekarang. Ini yang membuat Raisya malas untuk berjalan berdua dengan Kelvin, semua orang pasti menatapnya. Namun Kelvin terlihat sangat cuek. Sedangkan Raisya? Dia ingin sekali cepat sampai di kelasnya. "Kel lepasin tangan aku. Malu tau" Ucap Raisya sambil menarik tangannya dari genggaman Kelvin. Bukannya melepaskan, justru Kelvin mempererat genggaman tangannya "Biarin aja sih yang. Anggap aja nggak ada manusia." Raisya hanya diam. Dan akhirnya.... Raisya bisa bernafas lega. Dia hampir sampai di kelasnya. "Alhamdulilah sampai juga." "Ya udah kamu belajar yang bener ya yang." Raisya mengangguk. "Kelvin, Raisya!" Teriak seseorang memanggil nama mereka. "Papa." Ucap Kelvin dan Raisya bersamaan. Kean Pradijaya, pemilik sekolah sekaligus ayah dari Kelvin Pradijaya itu mendekati anak dan menantunya itu, "Gimana kabar kalian?" "Baik pa." Jawab Kelvin. Mereka berdua bergantian mencium tangan sang papa. "Papa tumben kesini. Emang ada apa pa?" "Hm. Kalian lupa kalau setiap setahun sekali papa selalu mengadakan Rapat Tahunan disini?" Ya. Keluarga Pradijaya memang selalu mengadakan acara Rapat Tahunan di SMA Karya Bangsa. Mereka membahas semua hal yang menyangkut SMA Karya Bangsa. Bagaimana perkembangan sekolahnya dan bagaimana perkembangan siswa siswi nya. Semua dibahas besar besaran selama satu tahun sekali. Dan hari ini Kean harus menghadiri Rapat tersebut Karena dia adalah pemilik sekolahan Kelvin mengangguk paham. "Sekalian papa disini mau ketemu sama Bu Nina." "Bu Nina? Tapi untuk apa pa?" Tanya Raisya "Papa tau semuanya dari Kelvin soal masalah kemarin kamu sama Bu Nina. Makanya papa disini mau bicara sama dia." "Aku nggak papa kok pa. Masalah itu udah Raisya lupain. Jadi papa nggak usah khawatir." Jujur Raisya takut. Takut mertuanya mengeluarkan Bu Nina seperti yang Kelvin bilang semalam. "Raisya sayang. Itu perbuatan yang nggak baik. Seorang guru itu nggak boleh hukum siswanya sampai seperti itu. Lagian Sya, kalaupun yang dihukum anak orang lain. Papa akan melakukan hal yang sama. Karena itu bukan mencerminkan sikap seorang guru. Apalagi hal itu terjadi sama kamu. Papa semakin tidak suka. Kelvin sangat khawatir saat itu. Benar kata Kelvin, kalo Bu Nina emang harus diperingatkan agar tidak melakukan hal sama seperti yang dia lakukan sama kamu kemarin nak." Kean berkata panjang lebar. "Tapi papa nggak bakal ngeluarin Bu Nina kan?" "Nggak kok. Kamu tenang aja." Raisya bernafas lega. Setidaknya Bu Nina tidak dikeluarkan. Walaupun Bu Nina sudah bertindak kasar seperti kemarin tapi Raisya juga kasihan kalau Bu Nina harus dikeluarin. "Ya udah pa. Kami mau masuk ke  kelas dulu." "Ya. Papa pergi dulu. Kalian belajar yang bener." Kelvin dan Raisya mengangguk. Setelah itu Kean pergi meninggalkan mereka berdua. Kelvin mengelus kepala Raisya, "Ya udah sana masuk. Bentar lagi bel." Raisya mengangguk, sayang sekali mereka harus berpisah disini, "Ya kamu juga sana pergi ke kelas. Kelas kamu kan agak jauh dari sini. Bentar lagi bel." "Cium dulu dong." Kelvin menepuk-nepuk pipinya sendiri berharap mendapatkan ciuman. Raisya menepuk bahu suaminya, dia langsung melihat sekitarnya, banyak orang tapi Kelvin meminta hal konyol seperti itu. Tapi kalo sepi si, Raisya mau-mau saja. "Enak aja. Lihat tempat dong. Udah sana pergi. Hush hush hush." Usir Raisya, dia mendorong tubuh Kelvin agar pergi ke kelasnya. "Nggak asik kamu yang." Kelvin mengerucutkan bibirnya dan membalikkan badannya lalu berjalan menuju kelasnya. Raisya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Kelvin yang seperti anak kecil. ***** Di sebuah ruangan, kini Kean sedang berdua dengan Bu Nina. Mereka duduk berhadapan. Nina merasa was-was karena berhadapan langsung  dengan pemilik sekolah karena ini adalah pertama kalinya. "Bapak memanggil saya? Memangnya ada apa ya pak?" "Ya. Saya tidak ingin bertele-tele. Kita langsung ke intinya saja." Ucap Kean, Nina mengangguk "Jadi gini. Anda tau apa yang kemarin anda lakukan terhadap salah satu siswi disini?" Tanya Kean. Nina diam dan berfikir. "Anda melakukan sesuatu di luar batas nyonya. Anda menghukum salah satu murid disini sampai pingsan. Apa itu benar?" Deg. Nina deg degan sekarang. Kean sudah mengetahui semuanya. Entah bagaimana nasib Nina sekarang. "Jawab saya nyonya." "Sa.. saya minta maaf pak. Saya salah." Ucap Nina menundukkan kepalanya. "Nyonya. Menghukum murid saat mereka melakukan kesalahan itu memang wajar. Tapi menghukum murid sampai pingsan itu diluar batas kewajaran. Perilaku anda kemarin sangat merusak citra seorang guru. Bagaimana bisa anda menghukum Raisya sampai dia pingsan. Apa anda ada maksud lain? Masalah pribadi mungkin." Skakmat. Nina bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin dia menjawab kalo dia cemburu terhadap Raisya. "Nyonya? Anda mendengar suara saya bukan?" "Iya pak. Sa.. saya benar benar minta maaf. Hari itu memang saya lagi dalam keadaan tidak baik. Jadi mungkin saya ingin melampiaskan kepada seseorang. Makanya waktu itu pas Raisya melakukan kesalahan. Jadi saya melampiaskan kekesalan saya terhadap Raisya. Saya mengaku salah. Maafkan saya pak." Nina mengatupkan kedua tangannya di depan d**a sambil memohon maaf terhadap Kean. "Sebenarnya anda bukannya meminta maaf sama saya tapi sama Raisya. Karena gara gara masalah pribadi anda, Raisya yang jadi pelampiasan kekesalan kamu. Sebagai pemilik sekolah ini, saya memaafkan kamu. Tapi sebagai murid disini apa Raisya akan memaafkan kamu, saya tidak tau. Tapi yang pasti saya tidak ingin kejadian itu terulang kembali." Ucap Kean. Nina mengangguk "Iya pak. Saya janji. Makasih banyak pak." Dari awal sampai sekarang, Kean selalu memasang wajah datar namun tetap terlihat tampan. Hingga membuat Nina mati kutu berhadapan dengannya. Setelah mengatakan semua. Kean menyuruh Nina untuk pergi "Anda boleh keluar dari sini nyonya." "Ya pak. Permisi." Nina keluar dari ruangan. Huft. Kean menghela nafasnya. Ini belum selesai. Batin Kean #ToBeContinued   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD