Episode 6

969 Words
Kelvin memegang kedua tangan Raisya, "Sayang, ada sesuatu yang mau aku bicarain sama kamu." "Apa?" Tanya Raisya. Kelvin menatap Raisya serius. Raisya semakin penasaran, hatinya sudah deg-degan. Dia khawatir telah terjadi sesuatu karena raut wajah suaminya itu terlihat tegang. "I love you." Kelvin tersenyum manis. Refleks Raisya memukul d**a Kelvin. Dia sudah membuatnya tegang dan ternyata itu yang Kelvin katakan. Ya ampun. Pengen banget itu bibir di cium ya? "Kamu udah bikin aku takut duluan tau nggak. Kirain tadi mau ngomong penting." Raisya menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. Dia kesal karena Kelvin sudah membuatnya khawatir dulu. "Emang kamu pikir aku mau ngomong apa tadi?" Kelvin mencolek dagu Raisya. Raisya langsung menepisnya, "Nggak mikir apa-apa." Ucapnya cuek. "Bohong." Raisya tidak menjawabnya. Kelvin menyentuh kedua bahu Raisya, dan mendekatkan wajahnya, "Aku minta maaf." "Buat apa?" "Udah bikin kamu khawatir." Ucap Kelvin tulus. Raisya mengangguk, ia tau Kelvin hanya bercanda saja tapi itu membuatnya kesal, ia pikir ada sesuatu yang sudah terjadi. "Nggak papa." "Mana senyumnya?" Kelvin menarik kedua sudut bibir Raisya hingga membentuk senyuman. Raisya terlihat cantik jika tersenyum. "Cantik banget si istri aku." "Gombal." Kelvin tersenyum menggelengkan kepalanya, Raisya terlihat merona jika dia menggodanya. "Kapan makan malamnya, aku udah laper banget." Raisya mengerucutkan bibirnya. "Yuk." Kelvin menggandeng tangan Raisya dan duduk di kursi yang sudah ia siapkan. Mereka berdua kemudian menikmati makan malam romantis di sana. Tak lupa Kelvin juga memanggil orang untuk memainkan biola dan itu membuat suasana semakin romantis. Di temani suara debur ombak lautan dan angin sepoi-sepoi. ****** Pukul 23:00 mereka sudah sampai di rumah. Raisya merebahkan dirinya di tempat tidur karena sudah sangat lelah. Sedangkan Kelvin pergi ke kamar mandi. Selesai membersihkan dirinya dan memakai piyama, Kelvin mendekati istrinya. Terdengar suara dengkuran halus, Raisya tertidur padahal di belum berganti pakaian. "Sayang? Kamu nggak ganti baju dulu?" "Hmm, besok aja. Aku ngantuk banget." Jawab Raisya. Kelvin mengelus pipi Raisya, istrinya itu pasti kelelahan karena perjalanan yang cukup jauh. Dengan cekatan Kelvin melepaskan pakaian Raisya. Dia tidak akan membiarkan istrinya tidur dengan memakai gaun seperti ini. Raisya pasti akan merasa tidak nyaman. Kelvin menelan ludahnya ketika melihat tubuh Raisya, tapi dia segera menepis pikiran kotornya. Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hasratnya. Selesai melepas semua pakaian Raisya, dia memakaikan piyama untuknya. Lagi-lagi Kelvin menggelengkan kepalanya agar bisa mengendalikan hasratnya. Kelvin menghembuskan nafasnya, saat dia berhasil mengganti pakaian istrinya. Fiuh. Hampir saja. Selesai semua, Kelvin ikut tidur di samping istrinya. Pagi harinya, Raisya terbangun. Raisya mengernyit melihat dia sendiri sudah memakai piyama, padahal tadi malam dia tidak mengganti pakaiannya. Raisya menoleh ke sampingnya, dia tersenyum. Pasti Kelvin yang mengganti pakaiannya. "Sayang?" Kelvin terbangun. "Baru aja mau aku bangunin, kamu udah bangun duluan." Kelvin tersenyum dia menarik tubuh Raisya hingga terjatuh di atasnya. Raisya memekik kaget. "Semalam kamu yang ganti pakaian aku kan?" Kelvin mengangguk, "Aku nggak tega liat kamu tidur pake gaun sayang, kamu nggak akan nyaman." "Makasih." "Dan kamu tau, aku berusaha keras nahan nafsu aku sampai akhirnya aku bisa ganti pakaian kamu." Raisya menggelengkan kepalanya heran. Raisya ingin tertawa tapi dia juga kasihan, sampai Kelvin menahan hasratnya semalaman. Itu pasti menyakitkan. "Aku nggak papa kok tidur pake gaun." "Aku yang nggak bisa lihat kamu tidur pake gaun." Raisya mengiyakan, "Sakit banget ya?" "Hem. Tapi kamu udah nggak capek kan?" "Nggak kok." "Karena kamu udah nggak capek, berarti kamu harus tanggung jawab untuk semuanya." Kelvin menarik selimut tebalnya untuk menutupi tubuh keduanya. Mereka tertawa bersama. ****** Di sekolah Raisya masih saja senyum-senyum mengingat semalam. Kelvin memang laki-laki romantis, dia tidak menyangka Kelvin akan memberikan kejutan teristimewa untuknya. "Lo kenapa senyum-senyum gitu?" Reina duduk di sebelahnya. Ia perhatikan dari kejauhan Raisya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. "Ada deh." Reina menyenggol bahu Raisya menggunakan bahunya, "Cerita dong. Ini pasti soal Kelvin kan? Kenapa lagi tuh sama suami lo?" "Kepo." "Oke, kalo lo nggak mau cerita. Tapi lo jangan pernah lagi curhat sama gue." Reina berpura-pura kesal agar Raisya mau menceritakannya. Habisnya, Reina kepo si. "Jadi, semalam tuh Kelvin ajak gue makan malam romantis berdua di pantai. Gue bahagia banget. Ternyata dia orangnya romantis banget kan?" Reina seperti ingin muntah mendengar curhatan Raisya yang membanggakan Kelvin. Yang Reina tau, Kelvin itu orangnya rese dan ngeselin parah. Tapi kalo Kelvin sudah berbuat seperti itu, itu artinya Kelvin benar-benar mencintai Raisya. "Lo tau? Bagi gue, Kelvin itu cowok paling rese dan ngeselin banget." "Lo bilang apa?" Mereka berdua terkejut melihat Kelvin sudah ada di depan pintu. Kelvin mendekati mereka. "Kelvin? Kamu ngapain kesini?" Tanya Raisya. "Aku cuma mau ketemu sama kamu kok. Habisnya kangen sih." Rasanya kuping Reina panas mendengar gombalan Kelvin. Bucin emang. Padahal mereka bertemu setiap hari. "Setiap hari juga kita ketemu." "Satu detik nggak ketemu, aku bahkan udah kangen sayang." Reina benar-benar tidak tahan melihat kebucinan mereka. "Kalo kalian mau kangen-kangenan, mending di rumah aja sana." Ucap Reina kesal. "Lo tadi bilang apa? Gue rese dan ngeselin?" "Iya. Kenapa emang?" Reina menegakkan kepalanya menantang. Kelvin langsung menekan kedua pipi Reina dengan tangannya. Reina menjerit kesakitan, "Sakit, Kelvin lepas..hin." "Kelvin, udah cukup kasihan Reina." Kelvin melepaskannya, dia hanya bercanda. "Sakit bego." Ucap Reina, pipinya masih terasa pegal. "Makanya jangan sembarangan ngatain orang." Kelvin mengelus rambut Reina. "Sebenarnya lo kesini mau ngapain sih?" "Gue kan udah bilang, gue kangen sama Raisya." Kelvin mengedipkan sebelah matanya pada Raisya, membuat Raisya tersenyum malu. "Nggak usah lebay, tiap hari juga kalian ketemu kok." "Gue kesini cuma mau nengokin Raisya, tadi pagi katanya dia pusing. Gue khawatir kalo dia kenapa-kenapa." Reina langsung menatap Raisya, dia tidak tau kalo Raisya sedang pusing, "Lo sakit Sya?" Raisya menggeleng, "Gue nggak papa kok. Udah nggak pusing lagi." "Kalo kamu sakit, mending kamu pulang aja, istirahat di rumah." Ucap Kelvin. "Kelvin bener, hari ini juga ada ulangan, lo pasti nggak bisa mikir kalo lagi pusing." Reina membenarkan. "Gue nggak papa kok. Kalian nggak usah khawatir. Oke?" "Na, lo jagain Raisya ya. Kalo ada apa-apa lo panggil gue." Reina mengangguk. Kelvin mengelus pelan rambut Raisya. Walau sebenarnya dia ingin Raisya beristirahat di rumah tapi dia tidak bisa memaksanya karena Raisya terus menolaknya. "Gue titip Raisya sama lo, Na." "Sip." Reina mengacungkan jempolnya. Kelvin keluar dari kelas mereka. Reina melihat bagaimana khawatirnya Kelvin pada Raisya. Melihat itu, Reina yakin kalo Kelvin bisa menjaga Raisya dengan baik. Reina tidak ingin Raisya bernasib sama dengannya. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD