Ketahuan

1106 Words
Selia, masih cemberut saat laki-laki itu berpamitan kepadanya, "Maafkan aku sayang, aku janji akan segera menyelesaikan tugas ini dan segera pulang, setelah itu kita menikah," ucap laki-laki itu, sambil memeluk gadis itu, dan mencium keningnya. Setelah berpamitan, laki-laki itu menghilang, menuju Jurang Kazan, setelah Bintang menghilang. Seseorang datang, memeluk Selia dari belakang. "Dia sudah pergi," guman laki-laki itu, sambil mencium leher gadis itu. Gadis itu, menoleh dan tersenyum melihat laki-laki yang menjadi selingkuhannya ini. Gadis itu, melepaskan pelukan laki-laki itu. "Lepaskan aku," gumanya melepaskan pelukan laki-laki itu. "Kenapa?" tanya laki-laki itu, mengerutkan keningnya. "Aku benci sama kamu," ucapnya kesal. "Kenapa?" "Kamu begitu serakah, masih bersama dia namun masih menginginkanku, padahal aku kekasih dari sahabatmu!" Laki-laki itu tesenyum, ia kembali memeluk kembali gadis itu, "Baiklah, aku akan mencari cara untuk putus dengannya," ucapnya lagi. "Jangan berbohong lagi." "Apakah kamu siap meninggalkan komandan?" Gadis itu, menoleh dan terkejut melihat Bintang sudah berada di belakang laki-laki yang menjadi selingkuhannya. "Bintang," ucapnya masih terkejut. Laki-laki itu pun, menoleh, dan satu pukulan mendarat di wajah laki-laki itu, membuat ia tersungkur terjatuh ke lantai, "Komandan, saya bisa jelaskan semuanya," ucap laki-laki itu, menahan sakit, di hidungnya akibat pukulan keras, Bintang. Bintang, tak mau mendengarkan penjelasan dari laki-laki itu, dengan membabi buta, Bintang terus memukul laki-laki itu, sampai ia tak ada kesempatan untuk membalas komandannya itu. Selia menjerit-jerit ketakutan melihat kekasihnya itu, memukul laki-laki yang menjadi selingkuhannya, "Bintang maafkan, aku mohon padamu," ucapnya sambil berteriak meminta pengampunan. Karna kejadian itu, beberapa orang berdatangan ke rumah Selia. Saat mendengar suara jeritan dari gadis itu, Selia. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi di rumah itu. Bintang masih memukul, menonjok, menampar dan juga memendang laki-laki yang menjadi selingkuhan kekasihnya itu, tanpa ampun. "Komandan, maaf kan aku?" pintanya memohon, wajahnya sudah tak berbentuk lagi darah segar terus keluar dari hidung dan mulutnya. Namun Bintang masih kesal tak memberinya ampun. Warga, sekitar terkejut melihat kemarahan komandan itu, mereka tak menyangka bila, komandan yang dikenal sebagai laki-laki romantis berubah menjadi laki-laki yang kasar tanpa bekas kasihan. Seluruh warga, yang datang menyaksikan hanya menjadi penonton saja, mereka tak berani membantu Lionil, laki-laki yang di pukul komandannya itu. Mereka tau, Lionil yang salah. Warga pun sudah beberapa kali memergoki Lionil di rumah Selia selama Komandan tak ada. Mereka sangat puas, saat Lionil di hajar habis-habisan oleh Komandan Bintang. Dari jauh, seorang gadis berlari. Ia mendapat kabar kekasihnya sedang dihajar oleh komandanya. Ia datang untuk melerai perkelahian itu. Namun saat gadis itu, datang semua sudah terlambat kekasihnya sudah habis babak belur dihajar Bintang. "Hentikan Bintang," teriak Vanila, namun teriakan gadis itu, tak membuat Bintang memeluk Lionil. Ia malah semakin menjadi-jadi. Dengan terpaksa, Vanila menghantamkan serangan es kepada Bintang, hingga ia terhempas jauh sejarah sepuluh meter dari tempatnya. Serangan es, dari gadis itu berhasil melumpuhkan kekuatan Bintang untuk sementara. Selia masih menangis, bingung harus bagaimana? Keadaan Lionil sudah parah, ia terkapar di jalan dengan kondisi yang memperhatikan penuh luka, di mana-mana. Bintang menunduk, meneteskan air matanya. Hatinya begitu sakit. Atas pengkhianatan kekasihnya Selia. Setelah, menghempas Bintang dengan serangannya. Gadis itu, berjalan ke arah Selia yang menangis di samping Lionil. "Aku tak menyangka, kalian bisa setega ini, kepadaku dan Bintang," ucap Vanila meneteskan air matanya. "Maafkan aku, Van," ucap Selia masih tersungkur di jalan depan rumahnya. Gadis itu, berpaling hatinya pun sama dengan Bintang. Sama-sama dikhianati oleh orang yang mereka cintai. Namun sikap Vanila masih tenang, walau hatinya terasa remuk mengetahui kenyataan ini. Gadis tersebut, melewati tubuh Lionel yang terkapar tak berdaya, gadis tersebut tak ingin melihat pengkhianatan itu. Tak ada rasa kasihan lagi di matanya, yang ada rasa kesal, benci dan marah. Bintang sudah membalaskan dendamnya kepada laki-laki pengkhianatan itu. Lionil, memcoba bangun dengan sisa-sisa tenaganya, ia tak melawan perlakuan Bintang kepadanya. Ia menyadari kesalahannya, "Vanila," pangil laki-laki itu, setelah gadis itu melangkah menuju Bintang. Gadis itu, menghapus air matanya, rasa sakit hatinya sudah tak terbendung lagi. Ia pun menoleh, dengan sendu ia melihat laki-laki yang mengkhianatinya. "Maafkan aku," ucapnya, pelan. Gadis itu, terlihat kesal dengan ucapan minta maaf dari laki-laki penghiyanat itu, Ia pun mengepal tangannya dan menyerang laki-laki tesebut dengan serangan es miliknya hingga, tubuh laki-laki itu, membeku seketika. Gadis itu, kembali melangkah mendekati Bintang yang masih belum melepaskan diri dari serangan gadis itu, Laki-laki itu semakin terpuruk meneteskan air matanya. Vanila, mengangkat kedua tangannya, ia mulai menarik es dari tubuh laki-laki itu, masuk melalui tanganya kembali. "Bintang," panggilnya, Laki-laki itu, masih menunduk. Ia tak ingin beranjak dari tempatnya. Harinya terlalu sakit, untuk ia bisa bangkit lagi. Semua mimpinya dengan Selia, sirna sudah. Laki-laki itu, tak menyangka gadis itu tega mengkhianatinya dengan Lionil. Lionel memang bawahannya di Departemen Keamanan, tempat mereka berkerja. Namun keduanya tak hanya sebagai atasan dan bawahan. Bintang menganggap Lionil lebih dari itu, sudah banyak waktu mereka lalui. bersama untuk sampai ke posisinya sekarang. Namun apa yang di perbuat sahabatnya itu, dengan kekasihnya. Vanila mulai memeluk Bintang, keduanya sama-sama menangis merasakan sakit dalam hatinya mereka berdua. Sufffffffff. Suara angin pun berhembus begitu kencang, seseorang wanita pun muncul di hadapan Bintang dan Vanila, "Sudahi drama kalian," ucapnya tegas. Bintang dan Vanila pun beranjak dan memberi hormat kepada wanita itu, "Siap Jendral," ucap keduanya secara bersamaan. "Maafkan aku, datang di waktu yang tak tepat. Namun kalian harus segera bertugas, sekarang juga," ucapnya memberi perintah. "Siap Jendral." "Untuk tugas kali ini, Biar kalian berdua saja yang mengerjakan. Urusan di sini, biar aku yang menyelesaikan," ucapnya lagi. Vanila dan Bintang menganguk, dan segera menghilang menuju Jurang Kazan. Wanita itu, melirik Lionil yang membeku, karna, serangan dari Vanila. Ia memikirkan Kekuatan gadis itu, begitu kuat dan hebat. Sampai sekarang tak ada yang bisa melepaskan diri dari serangan gadis es itu. Semua warga yang menonton bubar, saat Jendral Marisa datang. Selia masih menangis, Jendral Marisa melihat gadis itu, dengan sudut matanya. Ada sesuatu yang tak bisa ia jelaskan kepada Bintang, tentang mantan kekasihnya itu. Namun ia bersyukur akhirnya Bintang tau kebusukan dari gadis itu. Jendral Marisa pun, menghantam api dari dalam tanganya untuk membuat tubuh Lionil mencair, setelah itu, membawa Lionil pergi dari rumah Selia. Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Marisa saat ini dari pada Lionil menjadi bulan-bulanan penggemar Bintang. Bisa habis Lionil di bejek-bejek oleh mereka. Semua warga sangat mencintai Bintang. Tak ada yang membenci Bintang kecuali orang-orang itu. Rasanya Marisa merasa sakit hati bila mengingat itu. Marisa pun menghembuskan napas pajang. Rasanya lelah untuk mengingat semua itu. Tanpa disadarinya Marisa pun meneteskan air matanya. Namun, segera ia hapus kembali. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD