bc

That Gay is Mine

book_age16+
1.5K
FOLLOW
12.4K
READ
age gap
goodgirl
CEO
boss
drama
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

[17+]

Faktanya, Deo tidak menyukai seorang perempuan meski ia dilahirkan sebagai seorang lelaki. Ia lebih cenderung memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis. Komitmen akan orientasi seksualnya saat ini begitu tinggi hingga tak pernah terpikirkan olehnya untuk jatuh cinta atau setidaknya menjalin hubungan dengan seorang perempuan.

Sampai tiba saat di mana seorang gadis yang umurnya terpaut jauh dengannya masuk ke dalam hidupnya, membuat Deo bertanya-tanya akan orientasi seksualnya.

Lantas, akankah Deo tetap berpijak pada pendiriannya atau mulai tertarik untuk mencoba hubungan yang sebelumnya tak pernah ia jalani?

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Aurel! Kau dimana?" teriak Deo saat ia baru sampai di apartemennya. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa seraya melepaskan dasinya yang terasa mencekik lehernya. Sambil menghapus peluh yang berada di keningnya, ia menelepon Kio yang bekerja sebagai wakil direktur utama alias wakil Dean, saudara kembarnya. "Ada apa, boss?" sapa Kio yang berada di seberang telepon. Tak heran jika pria itu memanggil Deo yang notabene-nya hanya menjabat sebagai kepala divisi pemasaran dengan sebutan boss karena Deo sendirilah yang menyuruh pria itu untuk memanggilnya dengan sebutan itu hanya karena ia merupakan kembaran dari sang pemilik perusahaan. Aneh memang. "Tolong kau kerjakan beberapa pekerjaan yang baru saja dikirimkan Dean kepadaku. Nanti aku akan mengirimnya lewat email. Tolong sekali. Aku sedang dalam mood yang tidak baik," perintah Deo yang setelahnya langsung memutuskan panggilan teleponnya begitu saja. Sungguh, ia malas sekali mengurusi pekerjaan Dean yang seharusnya dikerjakan oleh wakilnya ataupun sekretarisnya itu. Entah apa maksud pria itu menyuruhnya untuk mengambil alih segala pekerjaannya sebagai direktur utama selama ia pergi berbulan madu bersama istrinya untuk yang kesekian kalinya. Padahal mereka sudah memiliki dua anak, tetapi kelakuan keduanya seakan-akan merupakan sepasang pengantin baru. Deo menoleh ke belakang untuk mencari keberadaan Aurel yang tak juga menampakkan dirinya setelah ia memanggilnya. Ia menghela napas panjang kemudian mengembalikan pandangannya ke depan dan memilih untuk menunggu Aurel mendatanginya. Aurel, gadis kecil yang dulunya tak pernah ia bayangkan akan masuk ke dalam hidupnya. Ia bertemu dengan gadis itu saat Dominica, kakak kandung Aurel yang saat ini sudah resmi menjadi saudara iparnya karena wanita itu telah menikah dengan Dean, sempat memiliki suatu hubungan yang tak pernah mereka sengaja. Saat itu, ia bertemu dengan Dominica ketika ia ingin menguji dirinya sendiri. Dominica yang saat itu sudah tak memiliki apa pun setelah orang tuanya meninggalkannya dengan Aurel, dengan amat terpaksa menjual dirinya dan ia mendapati Deo sebagai pelanggan pertamanya. Detik itupula Dominica kehilangan keperawanannya karena Deo. Dan Deo yang mengetahui itu pun merasa sangat bersalah karena ia hanya menjadikan wanita itu sebagai bahan uji coba untuk menggali lebih dalam apakah kelainan seksual yang ia derita bisa sembuh atau tidak. Dan hal tersebut membuatnya sadar bahwa ia tak bisa berubah karena ia tak merasakan apa pun sampai wanita itu mencapai puncak kenikmatannya, sangat jauh berbeda ketika ia hanya melihat kekasihnya yang bahkan hanya memakai celana pendeknya saja. Rasa bersalah itu akhirnya membuat ia kembali bertemu dengan Dominica dan Aurel. Untuk menebus semua kesalahannya, Deo menawarkan kepada kakak beradik itu untuk tinggal di apartemennya saja. Sejujurnya Dominica tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut, namun melihat rasa bersalah yang terus menaungi wajah Deo, ia memilih untuk menerima tawaran baik tersebut. Lagi pula, saat itu ia juga sangat membutuhkan tempat tinggal. Pada akhirnya, mereka tinggal bersama. Deo yang sudah beberapa tahun ini tak tinggal bersama keluarganya karena beberapa tahun silam ia mendapatkan pengusiran dari ayahnya ketika ayahnya mengetahui bahwa putranya itu adalah penyuka sesama jenis, merasa sangat bahagia ketika dipertemukan dengan Dominica dan Aurel. Ia seolah mendapatkan keluarga baru. Hal itu pula yang membuat mereka cepat akrab. Kejadian demi kejadian terus mereka lewati selama mereka tinggal bersama. Dimulai dari hubungan tak sehat antara Dominica dan Dean, Deo yang kembali bertemu dengan keluarganya dan pada akhirnya ia diterima kembali dalam keluarganya sampai ditemukannya kedua orang tua dan adik lelaki Dominica yang beberapa waktu lalu sempat meninggalkannya dan Aurel. Sejak kembalinya orang tua Dominica dan Aurel, gadis itu lebih memilih untuk tinggal bersama Deo daripada kembali tinggal bersama orang tuanya seperti dulu walaupun ia sendiri tahu bahwa orang tuanya meninggalkannya karena sebuah ancaman. Selain itu, ia tak mau pisah dengan Deo karena ia begitu menyayangi pria yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Ia hanya menginap di rumah orang tuanya pada hari sabtu dan minggu saja. Itu pun kalau ia tak memiliki acara dengan Deo. Alhasil, sampai saat ini ia hanya tingal berdua bersama Deo karena Dominica sudah memiliki rumah sendiri bersama Dean sejak beberapa tahun yang lalu. "Aurel!" Deo kembali berteriak, kali ini lebih kencang. Ia sudah kehilangan kesabarannya karena gadis yang ia tunggu-tunggu sedari tadi tak kunjung menampakkan dirinya. Aurel datang tergopoh-gopoh dengan rambut yang masih basah dan sehelai handuk berwarna pink yang menutupi tubuhnya yang polos untuk menghampiri Deo. Aurel berdecak kesal saat ia sudah berada di dekat Deo. "Kenapa sih Kakak selalu berteriak kalau memanggilku?" tanyanya dengan wajah yang sudah ditekuk masam. Deo menoleh ke arah Aurel. Ia tampak menahan napasnya saat matanya bertemu pandang dengan tubuh mungil Aurel yang hanya dibalut dengan handuk. Deo menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotor yang mulai merasuki kepalanya. Entah kenapa, sejak ulang tahun Aurel yang ke-17, aura yang dipancarkan gadis itu semakin bersinar dan berhasil memikat dirinya. Apalagi jika gadis itu hanya menggunakan sehelai kain untuk menutupi tubuhnya. Padahal sebelumnya, ia biasa-biasa saja saat melihat Aurel hampir telanjang sekalipun. "Kau sakit, Kak?" tanya Aurel dengan nada suara yang terdengar begitu khawatir. Ia mendekat ke arah Deo lantas menempelkan punggung tangannya ke dahi Deo. Tanpa sadar, Deo menepis tangan Aurel sedikit kasar, membuat gadis itu mengerutkan keningnya heran. Ia hanya tak ingin membuat sesuatu dalam dirinya bangkit begitu kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit Aurel yang terasa halus dan lembut. Astaga, Deo! Apa yang kau pikirkan! Kau tidak menyukai wanita. Ingat kekasihmu yang sedang berada jauh darimu. Ingat Jordan, Deo! suara kecil yang berada di dalam dirinya mengingatkannya bahwa ia hanya mencintai Jordan seorang. Ia tak mungkin dengan mudahnya menjadi pria normal hanya karena menatap Aurel dengan sehelai handuk sialan itu. Deo kembali menghela napas panjang kemudian menatap Aurel yang masih berdiri di dekatnya. "Maafkan aku, Unyil. Aku sedang lelah. Cepat pakai bajumu, nanti kau masuk angin kalau hanya menggunakan handuk itu," ucapnya sambil mengibaskan tangannya, bermaksud untuk menyuruh Aurel agar gadis itu segera memakai pakaiannya. Aurel memutar kedua bola matanya. "Baik, Nyai," balasnya yang membuat Deo terkekeh pelan. Deo selalu tak bisa menahan senyum gelinya jika Aurel sudah memanggilnya dengan sebutan 'Nyai'. Aurel memberikan panggilan menggelikan itu kepadanya karena ia sudah terlebih dahulu memanggil Aurel dengan sebutan 'Unyil' karena tubuh gadis itu yang sangat mungil di umurnya yang sudah semakin dewasa. Dan Aurel memberikan panggilan Nyai kepada Deo karena menurutnya pria itu sangat cerewet.   ****   Aurel mengetuk pintu ruang kerja Deo sebanyak dua kali. Setelah itu, ia membuka sedikit pintu berwarna putih tersebut dan memasukkan separuh kepalanya untuk mengintip keadaan di dalam sana. "Hey pengintip! Masuk saja kalau ingin masuk," ucap Deo dari dalam ruang kerjanya tanpa melepaskan pandangannya dari layar laptopnya. Aurel memberengut sebal. Ia melangkah masuk dan menghampiri Deo yang masih sibuk dengan pekerjaan yang dibawa pulang olehnya. "Kak, aku ingin izin untuk keluar sebentar, boleh?" Deo melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya lantas menatap Aurel yang terlihat rapi dengan terusan selututnya. "Mau ke mana?" "Ke rumah teman aku, Kak. Ada tugas kuliah yang harus dikerjakan berkelompok," jawab Aurel dengan lancar sambil merapikan rambutnya dengan jarinya. Deo terdiam beberapa saat untuk berpikir. "Tidak boleh," jawabnya pada akhirnya sambil memakai kembali kacamatanya dan mulai berkutat lagi dengan laptopnya. Aurel langsung menunjukkan ekspresi sedihnya ketika mendengar jawaban Deo barusan. "Kak, please," rengeknya. Deo tak menanggapi rengekan Aurel sedikit pun. Ia terus berkutat dengan laptopnya dengan jari yang bergerak lincah di atas keyboard. Ia tak mengizinkan Aurel pergi bukan karena ia mengekang keras gadis itu atau membatasi pergaulannya. Ia tahu jika Aurel berbohong. Percuma mereka tinggal seatap selama bertahun-tahun jika Deo tak bisa membaca gelagat gadis itu jika sedang berbohong. Kebiasaan merapikan rambut saat berbohong seolah tak bisa lepas dari diri gadis mungil itu, sehingga mudah bagi Deo untuk tahu seberapa jujur gadis itu kepadanya. Aurel menarik-narik baju Deo persis seperti anak kecil. "Kak, sebentar saja," rengeknya lagi. Deo mengalihkan pandangannya dari laptopnya kemudian menatap Aurel dengan tatapan tajamnya. "Jujur kau ingin pergi ke mana? Aku tahu kau pergi bukan untuk mengerjakan tugas kuliahmu." Sial! umpat Aurel dalam hatinya. Deo memang selalu tahu jika ia sedang berbohong. Dan untuk yang kesekian kalinya, kebohongannya kembali diketahui oleh pria itu. Memalukan. Aurel menghela napas panjang dan memilih untuk jujur. "Aku ingin pergi ke pesta ulang tahun teman kampusku, Kak." "Di mana?" tanya Deo sambil bersedekap d**a. "Te-tentu saja di rumahnya, kan tidak mungkin di hutan," Aurel tertawa kecil untuk menyembunyikan kegugupannya, tetapi dimata Deo, yang dilakukan Aurel tidak mengubah persepsinya kalau gadis itu kembali membohongi dirinya. "Jangan membohongiku, Aurel," desis Deo tajam yang membuat bulu kuduk Aurel meremang saat itu juga. Aurel menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar hilang nyali jika melihat Deo yang seperti itu. "Di kelab," jujurnya seraya meremas ujung bajunya untuk menutupi rasa takutnya. Ia masih belum berani menatap Deo. Ia sangat tahu jika pria itu tak pernah suka jika ia berkeliaran di tempat seperti itu. Deo mengembuskan napas panjang kemudian melepas kacamatanya lantas menarik Aurel sehingga membuat gadis itu berada di pangkuannya. Aurel segera membenamkan wajahnya di d**a Deo yang selama ini ia nobatkan sebagai bagian tubuh Deo yang paling disukainya. "Kau tidak pantas untuk menginjakkan kakimu di tempat seperti itu, Unyil," ucap Deo dengan nada lembutnya sambil mengelus rambut hitam milik Aurel. "Aku sudah 17 tahun, Kak. Bahkan sebentar lagi aku akan 18." "Aku tak peduli sekalipun umurmu sudah 40. Kau gadis yang baik, Unyil. Tak bagus jika kau masuk ke dalam tempat seperti itu." "Tapi teman-temanku sering keluar masuk ke tempat itu. Bahkan Kakak sendiri pun tak jarang datang ke tempat itu." "Aku tak sebaik dirimu," Deo mencubit gemas hidung Aurel. "Sekarang kembali ke kamarmu dan pelajari buku-buku kuliahmu itu," ia menarik Aurel untuk bangkit dari pangkuannya. "Iya, Nyai," balas Aurel dengan patuh. Ia mengecup kilat pipi Deo sebelum keluar dari ruang kerja pria itu. Sesampainya Aurel di dalam kamarnya, ia langsung memikirkan bagaimana caranya agar ia tetap bisa datang ke pesta itu. Pasalnya, yang sedang mengadakan perayaan ulang tahun itu adalah pria yang ia sukai. Tak mungkin ia tak datang. Bahkan kemarin pria itu sendiri yang mengundangnya langsung. Sayang kalau di lewatkan. Aurel memikirkan semuanya dengan segala resiko yang mungkin akan ia dapatkan nantinya. Ia memikirkannya dengan matang-matang. Pergi. Tidak. Pergi. Tidak. Pergi. "Oke, pergi," gumam Aurel sambil memakai sepatunya dan segera keluar dari apartemen Deo dengan mengendap-endap seperti maling.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.7K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook