5. Gebetan Gagal

915 Words
"Aku pulanggg!" teriakan Vando menggema di dalam rumah. Senyumnya masih mengembang dari keluar ruang mading tadi. Tadinya ia ingin mengantar Ara pulang, tapi ternyata Ara sudah di jemput. "Tumben ,Dek, pulang jam segini?" tanya Oca saat Vando duduk menyempil di tengah-tengah Oca dan Oik. "Tadi rapat mading dulu, Kak," jawab Vando kemudian memeluk Oik dengan cengiran lebarnya. "Sejak kapan kamu ikut mading, Dek?" tanya Oca bingung. Setahunya Vando tidak pernah mengikuti eskul apapun di sekolah. "Sejak Bunda tau kalau di sana ada masa depan aku." Vando melepas pelukannya. "Hentikan cengiran bodohmu itu!" cibir Difa. "Kak Difa gak bisa liat adiknya senang yah?" gerutu Vando. Oik menggeleng lalu tersenyum sambil mengusap lembut kepala Vando. "Jadi ada cerita apa sampai kami senang begini?" Vando tersenyum lebar. Dengan semangat ia menceritakan apa saja yang terjadi hari ini. "Kakak jadi penasaran sama yang namanya Ara, Dek," kata Oca saat Vando selesai bercerita. Walau pun Vando manja, ia tahu Vando bisa berubah menjadi sangat berbahaya saat apapun yang sudah diakui miliknya diganggu orang. "Dateng aja ke sekolah, nanti Vando kasih tau orangnya yang mana." *** "Berhenti melihat Kak Arsa begitu!" tegur Vando membuat cewek yang sedang bengong itu terlonjak kaget. Ada yang beda dengan pagi ini. Gerbang sekolah Vinilicia terlihat tenang dan damai. Hari ini kelas bebas membuat siswa bisa datang siang dan bebas dari kegiatan belajar. Sekolah hanya melakukan kegiatan kerja bakti dan kegiatan bersih-bersih lainnya. Vando yang melihat Ara di pinggir lapangan pun langsung menghampirinya. Ara mengacuhkan Vando. Tak bisakah Alien yang satu itu tak mengganggunya! Ia kembali memperhatikan sosok yang ia kagumi. Arsa Adhikara, cowok dingin yang menjabat sebagai ketua OSIS. "Kak Arsa itu udah punya pacar!" kata Vando sambil menyentil dahi Ara membuat Ara mendengus tak suka. "Pacarnya kak Arsa itu cantik, lembut, gak kaya lo, Nona." Ara mendelik sinis. "Tapi gue gak pernah liat Kak Arsa gandeng cewek!" "Pacarnya bukan anak sekolah sini, Nona." Vando tak suka melihat tatapan kagum yang Ara perlihatkan saat menatap Arsa. "Jangan liat cowok lain Nona, gue cemburu loh!" "Lebih baik gue liat cowok lain daripada liat lo, Alien!" ketus Ara sebal. "Gue ganteng, tampan, pintar, kaya, kurang apa lagi coba?" dengus Vando tak suka. "Lo kurang MSG!" "Gue bukan cemilan, Nona." "Siapa yang bilang lo cemilan hah?!" "Lo tadi, Nona." "Gue gak bilang kaya gitu!" "Duh sakit kokoro gue, Nona." "Lo lebay!" "Lo galak, Nona." "Lo cengeng!" "Lo sangar, Nona." "Lo manja!" "Lo spesial, Nona." "Gue bukan martabak!" "Gue gak bilang lo martabak, Nona." "Kenapa nyambungnya ke makanan sih?!" "Mungkin lo laper, Nona." "Gue gak laper, gue haus!" "Lo butuh aqua apa aku, Nona?" "Dasar Alien!" "Lo salah, gue manusia, Nona." "Gak ada manusia kaya lo!" "Ada, gue, Nona." "Pengecualian lo, Alien!" "Gak ada Alien seganteng gue, Nona." "Ada di film My Love From The Star!" "Berarti gue ganteng dong, Nona?" "Gue gak bilang lo ganteng Alien!" "Gue sayang sama lo, Nona." Vando menatap Ara serius. "Jangan bercanda Alien!" "Gue serius, Nona." "Argghhhhh!" teriak Ara gusar saat mendengar kata itu lagi yang membuat detak jantungnya kembali menggila. Ara pun pergi meninggalkan Vando. Mereka tak sadar bahwa perdebatan absurd mereka sedari tadi menjadi tontonan murid-murid lain. "Lo ngapain ngikutin gue, Alien?!" seru Ara kencang saat melihat Vando berjalan mengikutinya. "Siapa yang ngikutin lo, Nona? Gue mau ke kelas gue." Ara terdiam. Ia memperhatikan kelas di sampingnya. Astaga ternyata dia salah jalan. Ini bukan koridor untuk menuju kelasnya. Ia langsung putar balik dan berjalan cepat. Ia malu sekaligus kesal mendengar suara Alien sinting itu tertawa geli. *** "Itu kan Kak Arsa, Ra," kata Bia saat mereka sedang makan di kantin. "Sama siapa tuh? Yang satu ganteng dan yang satu cantik." Ara menengok melihat Arsa yang digandeng seorang cewek cantik. "Mungkin pacarnya," kata Ara acuh tak acuh. "Mereka nyamperin Vando, Ra," ucap Clara. Ara kembali menoleh dan terdiam. Hatinya seperti tercubit saat melihat cewek yang menggandeng Arsa tadi memeluk Vando. "Mereka ke sini, Ra!" seru Bia membuat Ara jengah. Memangnya kenapa kalau mereka ke sini? Pikir Ara. "Ngapain lo ke sini?" ketus Ara saat Vando dan yang lain sudah di depannya. "Mau ngomong apa yang lo bilang itu benar? Gak perlu! Gue juga sadar diri kok! Lagian gue kan cuma kagum doang." "Bukan itu, Nona!" Vando paham maksud Ara. "Gue cuma mau--." "Mau apa?" potong Ara. Entahlah Ara sendiri tidak tau kenapa tiba-tiba ia menjadi kesal seperti ini. "Mau ngejek gue soal tadi? Ejek aja!" "Jaga image, Ra. Jaga image," gumam Bia membuat Ara mendengus sebal mendengarnya. "Ada yang salah?" tanya Ara tajam membuat Bia menggeleng. "Lagian gue bukan ngegelindingan di lantai ini!" "Dengerin gue dulu, Nona!" seru Vando kencang membuat Ara mingkem. Ia kesal karena ucapannya dipotong terus oleh Ara. "Aku Oca, kakaknya Vando, kembarannya Difa, dan pacarnya Arsa," kata Oca mengambil ahli pembicaraan kalau tidak ia yakin Vando dan Ara akan berdebat terus hingga pulang sekolah. Oca mengulurkan tangannya dengan senyum yang masih memghiasi wajahnya. Ara melongo. Ia meringis malu lalu membalas uluran tangan Oca. "Ara, Kak." "Awh, sakit, Nona!" protes Vando saat kaki Ara menendang tulang keringnya. "Gue salah apa?" "Lo nyebelin, Alien!" ketus Ara sambil menatap Vando tajam. "Kan tadi lo yang motong-motong ucapan gue, Nona!" gerutu Vando sambil mengusap tulang keringnya yang terasa nyeri itu. "Untung sayang." Oca dan tiga teman Vando sudah tertawa melihat mereka, Difa dan Arsa tersenyum tipis, sementara tiga teman Ara melongo. "Kalian lucu," ucap Oca disela-sela tawanya. *** "Kamu mau ke mana, Dek?" tanya Oik saat melihat Vando keluar kamar sambil membawa tas sore hari. "Mau main, Bun," sahut Vando. "Nanti temanku pada nyamper ke sini kok, Bun." Oik mengangguk. Tak lama kemudian terdengar teriakan dari luar rumah. "VANDOOO MAIN YUKKK!!" "Aku pergi dulu yah, Bun," pamit Vando. "Inget jangan malam-malam pulangnya." Oik mengingatkan. Walau anak-anaknya sudah besar, Oik tetap memberlakukan jam main pada anak-anaknya. Vando mengangguk lalu melangkah keluar. "Jadi hari ini siapa yang nantangin kita?" tanya Vando saat sudah berada di dalam mobil Ardo. "Anak SMA Mutiara Bangsa," jawab Ardo. Vando tersenyum. "Ayo kita habisi mereka!!" Mobil Ardo pun melaju meninggalkan rumah Vando.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD