4. Agreement

1191 Words
Azel memutar bola mata sebal setelah mendengar apa yang Zavier ajukan dalam kesepakatan tak tertulis diantara keduanya bicarakan sebelum menjalin hubungan sebagai suami dan istri. "Tunggu, kamu bilang apa aja barusan? Jangan mengusik kehidupan pribadi masing-masing, berhenti menjadi model dan menjadi istri yang penurut? Katanya jangan mengusik kehidupan pribadi, tapi kan jadi model itu kehidupan pribadi aku." Bingung Azel tak habis pikir. Zavier mengangkat bahu tak peduli. "Setujui atau tolak perjodohan ini, kamu tahu benar, pihakku tidak terlalu diuntungkan dengan ikatan ini." Azel terdiam. Bagaimana bisa ia memilih antara passion dan orang tuanya, Azel ingin menjadi seorang model terkenal, namun jika ia tetap memaksakan hal itu, orang tuanya akan merasa sedih juga kecewa dan mungkin saja akan memperburuk keadaan sang Ibunda. "O-okay, aku setuju." Putus Azel. Zavier tersenyum penuh kemenangan. "Sangat mudah bukan, permintaanku bukanlah hal yang aneh ataupun sulit. Itu hanya basic dari kewajiban seorang istri, yaitu menuruti suami." Azel menegakkan posisi duduknya. Ruang privat yang Zavier sewa di sebuah restoran ternama memang sangat nyaman, hampir saja Azel melupakan hal-hal yang akan ia ajukan. "Lalu, apa keinginan kamu?" Azel menatap Zavier dengan serius. "Pertama, jangan memaksa aku untuk melakukan hubungan suami istri." Lanjut Azel. "Dan, jika aku melakukan kesalahan atau diantara kita terjadi masalah, tolong jangan beritahu orang tuaku." Zavier mengangguk setuju. "Itu mudah. Deal?" Azel terdiam menatap uluran tangan kanan Zavier sebagai bentuk persetujuan. Sampai akhirnya ia menarik nafas panjang dan menjabat uluran tangan Zavier, calon suaminya. "Ya tuhan, tolong bantu aku. Walau pernikahan ini terjadi karena sebuah perjodohan, tolong jangan berikan terlalu banyak masalah." doanya dalam hati. Zavier menyudahi jabat tangannya, "Jangan pernah lupakan perjanjian tak tertulis ini, catat dalam otak kecilmu itu." Azel mendengus kesal. "Berhenti mengejekku Tuan arogan." Zavier tampak bediri dari duduknya sembari merapihkan jas yang dipakainya, "Aku tidak bisa menemanimu makan, jadi kau makanlah sendiri, lalu pulang." Azel mendelik sebal, belum apa-apa sudah memerintah, pikirnya. "Pergilah," sahutnya. Zavier hendak membuka pintu, namun tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Zavier kembali memutar tubuhnya, menatap Azel yang terlihat menatapnya penuh tanya. "Ada apa lagi?" Tanya Azel. Zavier terlihat ragu untuk mengatakannya, namun ia harus, karena itu perintah dari sang Ayah. "Malam ini, tolong bersiaplah, aku akan datang menjemputmu pukul 8. Jangan sampai terlambat, aku tidak suka menunggu." Kata Zavier yang berhasil membuat Azel berdiri dari duduknya dengan ekspresi tidak suka. Azel mengernyitkan dahi, "Tunggu, ada apa? Kenapa sangat tiba-tiba dan kamu dengan seenaknya memintaku untuk bersiap tanpa menjelaskan tujuannya. Ayolah, kita belum menikah, kau tidak boleh seenaknya seperti ini!" Ujarnya. Zavier membuang pandangan ke arah lain. "Kamu pikir ini keinginanku? Kamu pikir menjemputmu adalah keinginanku? Aish," kata Zavier. "Ya terus kenapa? Ada apa?" "Malam ini, akan ada pertemuan dengan para kolega dan Ayah ingin kamu datang, karena pernikahan kita akan di umumkan nanti malam." Jelas Zavier. Azel menghela nafas pasrah. "Ingat, jaga sikap, jangan bertingkah seenaknya dan jangan membuat masalah." Ucap Zavier memperingatkan. "Gue bisa gila kalau kayak gini," gumamnya pelan. Zavier mengangkat sebelah alisnya, "kamu bilang apa barusan?" Dengan cepat Azel menggelengkan kepalanya. "Gak ada, udah sana pergi!" "Ingat, pukul 8." Tekan Zavier menegaskan. "Iya, aku tahu. Pergi sana, dasar bawel!" Zavier tidak memedulikan kalimat itu, ia pun berlalu karena harus mendatangi sebuah pertemuan di kantornya. Tak lama selepas Zavier pergi, Azel tersenyum penuh arti. Lalu ia memanggil pelayan dan meminta mereka untuk membungkus makanan yang sudah dirinya dan Zavier pesan sebelumnya. Sembari menunggu makanannya selesai dibungkus, Azel menghubungi sahabatnya, siapa lagi jika bukan Clark. "Halo? Mas ganteng?" Clark tertawa di seberang sana. //"Ada apa?"// "Lo sibuk gak? Kalau enggak bolehlah kita piknik di taman belakang agensi." Tanya Azel memastikan. //"Okay, lo mau gue bawa apa?"// "Tidak kawan, lo dateng aja. Nanti gue bawa makanan," ujar Azel. //"Sounds great, gue ke berangkat sekarang nih! Awas lo bohong,"// "Iya iya... Ini juga lagi nunggu makanannya di bungkus. Bye!" Azel langsung menutup sambungan telponnya. ***** Duduk berdua menatap air mancur yang berada di tengah kolam. Cuaca yang mendung membuat Azel dan Clark tidak perlu mencari tempat yang teduh, mereka hanya duduk di atas rumput saja. Azel melirik Clark yang terlihat sedih sejak ia memberitahu bahwa calon suaminya tidak mengijinkan dirinya untuk menjadi seorang model. "Jadi gimana? Lo setuju?" Tanya Clark. Azel mengangguk. "Ya!! Bisa-bisanya lo langsung setuju! Daisy ent. Gak akan seru kalau lo berhenti kerja di sini." Ujar Clark. Azel lagi-lagi menganggukkan kepalanya. "Lo, ya tuhan... Zel, gue lagi serius nih. Gue belum siap kehilangan temen kerja," Ucap Clark. Azel meneguk matcha yang Clark belikan ketika diperjalanan. "Heboh bener," Ucapnya seraya mengambil sepotong Pizza yang dirinya pesan saat bersama Zavier tadi. Clark melepas kupluk yang dikenakannya, lalu ia pukulkan pada punggung sahabatnya yang tidak peka itu. "Awsh... Galak bener sama cewek," Protse Azel. "Lo masih bisa makan?! Gila," kesalnya. Azel menegakkan posisi duduknya. "Listen boy, gue emang setuju. Tapi gue gak bilang bakalan out kan? Gue tetep kerja dong, gila aja. Apalagi gue baru dapet kontrak sama brand ternama, yakali gue tolak." Clark terdiam. "Lo mau kerja diem-diem, gitu?" Azel mengangguk pasti. "Iyalah," "Lo yakin?" "Aish... Denger gue dilarang jadi model, lo sedih. Giliran gue tetep kerja nanya yakin atau enggaknya," kata Azel. Jujur saja, Clark senang jika Azel tetap bekerja, maka dirinya masih bisa berjumpa dan bersahabat seperti biasanya. Tapi jika dilakukan diam-diam, itu tidak akan berbuah baik. "Zel, gue rasa lo harus ijin. Gue yakin, suami lo bakal ngijinin kok." Ucap Clark. Azel terdiam. Ia memang tidak membicarakan tentang perjanjian pada sahabatnya itu, cukup dirinya dan Zavier sajalah yang tahu. "Gak bakalan diijinin Clark, beneran deh. Gue juga udah nyoba," Ucap Azel. "Lo tenang aja," lanjutnya seraya menepuk bahu sang sahabat. Clark tidak bisa ikut campur, itu sudah menjadi pilihan Azel. Ia hanya bisa menjadi seseorang yang akan berusaha untuk selalu ada saat seorang Azel membutuhkannya. "Zel, kayaknya kita gak bakalan bisa sering ketemu nih kalau lo udah nikah." Ucap Clark. Azel menganggukkan kepalanya. "Heem, gak sesering pas gue jomblo. Orang tua juga udah minta gue agar mengurangi kegiatan di luar rumah. Punya suami dari keluarga yang gak main-main emang agak ribet ya boss." Ujarnya tertawa hambar. Clark merangkul bahu Azel. "Lo bisa laluin ini, gue yakin." Mata Azel mulai berkaca-kaca, "Kehidupan setelah menikah kan gak gampang, umur gue aja belum pas 19. Padahal kan mereka bisa nunggu dulu sampe lulus kuliah." "Oh iya, lo lanjut kuliah?" Azel menganggukkan kepalanya. "Lanjut, aish... Padahal niat gue kuliah itu sambil nyari jodoh, anjrit emang." Kesalnya. Clark tertawa pelan mendengarnya. "Sabar, bukannya calon suami lo itu ganteng yah? Yakali lo gak suka, secara tiap yang ganteng dikit langsung oleng," "Et mulutnya bener-bener! Emang ganteng sih, masuk standar ganteng. Tapi ck, ngeselin banget Clark. Pas minta berhenti jadi model juga mukanya tuh songong banget. Sok dingin, hilih." Ujar Azel. Clark mengacak gemas rambut sahabatnya itu. "Awas nanti malah lo yang jatuh cinta duluan..." Azel langsung memberi tatapan tajam. "Dih! Mana ada!" Ujarnya. Mereka berdua kembali berbincang, berbagi cerita dan harapan diwaktu mendatang. Entah itu tentang karir dan masalah percintaan. Tidak salah jika mereka menjadi sahabat, keduanya selalu bisa mengerti satu sama lain. Namun satu yang kurang, Azel tidak peka bahkan menutup mata untuk kemungkinan Clark menyukai dirinya. ***** Bersambung... Semoga suka... Jangan lupa komentarnya ya, ajakin juga temen-temennya huhu...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD