03. Hantu Ratu Ghibah

1063 Words
Dua tahun kemudian. “Apa kalian tahu? baru saja santer terdengar di ranah gosip grup Hantugram yang Inul ikuti ... ada anak tewas karena menjadi korban tumbal pesugihan,” cetus Inul, si hantu semok yang super ghibah. Poci, si Pocong Cilembu, memutar bola matanya malas. “Dih, Inul, teganya kamu membangunkan Poci cuma untuk berita biasa-basa-basi. Poci, kan, masih mengantuk. Nih, Poci masih bergelung dalam selimut tebal.” Mungkin karena Cilembu identik dengan ubi cilembunya, maka tak aneh bentuk pocongan si Poci sangat unik. Mirip ubi dibuntal perban. Poci amat pemalas dan memiliki hobi tidur selama-lamanya. Eh, memang dia sudah dead. Maksudnya, Poci itu malas membuka mata untuk hal-hal unfaedah. “Gak usah alay deh, Ci! Lo itu kemana-mana membawa selimut bulukan lo. Seakan lo berselimut itu peristiwa langka saja!” Jero, si hantu jeruk purut yang nyasar dari Jakarta, mendengkus kasar. Dia hantu yang kepalanya buntung, kemana-mana Jero selalu menenteng kepalanya. Jero adalah hantu yang suka cablak, ngomong sesukanya. Tak peduli omongannya suka bikin para hantu sakit hati berjamaah. Hanya Inul yang tahan padanya, karena hantu ratu ghibah ini terlalu oon untuk sadar bahwa dia tengah disindir habis-habisan. “Beda toh, tiap hari selimutku ... eh, kain kafanku kuganti dengan versi terbaru. Ada upgradenya loh,” ucap Poci bangga. “Moso, toh, Ci? Ndak cuma game manusia yang di upgrade? Kain kafan kamu juga selalu up to date toh?” timpal si manis jembatan ancol. “Apanya yang up to date? Modelnya gitu-gitu doang! Gak usah ngebual deh elo,” cemooh Jero. Hantu manis yang suka berpakaian kekurangan bahan itu adalah teman baik Inul. Dia yang memberi nama Inul pada sohibnya ketika Inul muncul dua tahun lalu dalam keadaan lupa ingatan. Ada alasannya dia memberi nama Inul, karena Inul memiliki bodi semolohai terutama pada b****g extra size-nya yang otomatis bergoyang menul-menul setiap hantu itu berjalan. “Malas Poci menanggapi hantu syiriiik. Mending Poci bobo cantik.” Poci menguap lebar, lantas menutup resleting kain kafannya sehingga wajah bopengnya dengan bedak tebal tertutup total oleh kain kafannya. Bagaikan kepompong bulet ... eh, seperti ubi yang dibuntal kain kafan. “Wow keren!” Inul mengacungkan jempolnya. “Kain kafan seri ABC nol nol tujuh punya Poci sudah dilengkapi resleting toh.” “Kak Inul kok hapal seri kain kafan Poci?” tanya Tuci, tuyul cilik yang memiliki gundul mengkilap karena tiap hari disemir dengan minyak zam-zam. “Ya hapal lah! Kalau ndak, Inul ndak mungkin menjadi hantu ratu ghibah. Pokoknya semua-mua yang layak dighibahin akan Inul ekspos dengan sukacita,” cengir Inul, kemudian dia menepuk jidatnya yang agak nonong. “Yaowoh, jadi lupa. Inul kan tadi sedang membahas ghibahan anak yang menjadi tumbal pesugihan kedua orangtuanya. Ish, ada ya orangtua yang begitu tega membunuh anaknya supaya bisa jadi orang kaya. Apa kalian mau tahu ....?” “Ndak mau!” sahut para hantu berjamaah memotong dengan cepat sebelum Inul tenggelam dalam ghibahannya. Seperti biasa, Inul dengan cuek beybeuk meneruskan ghibahannya. “Anak itu dicekoki gula dua puluh kilo oleh orangtuanya. Dua kilo, gengs! Ya pasti nyekek toh!” kata Inul dengan mata membulat lebar, dengan tangannya memperagakan gerakan mencekik leher. Rossa Silakan, biasa dipanggil Rossi, pembaca berita ternama yang meninggal karena over dosis berita busuk, seperti biasa selalu mengkonfrontasi pemberitaan Inul yang dinilainya full gossip dan tak bisa dipastikan kebenarannya. “Menurut berita terpercaya anak itu bukan meninggal karena dipaksa menelan gula duapuluh kilo. Melainkan dia kehabisan pasokan oksigen akibat kerongkongannya tersumbat garam dua kilo yang dipaksa masuk ke dalam mulutnya,” ujar Rossi meralat dengan gaya seperti pembaca berita profesional. Semua hantu menatap Inul gemas. Biasa deh si Inul, dari A menjadi Z. Ghibahannya selalu menyesatkan! Inul menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mana mungkin gatal? Tak ada kutu ataupun jamur yang berani bercokol di kepala hantu, meski sebau dan sekotor apa pun rambut atau kepala hantu! “Aduh, kalian ini. Hanya lebih dikit saja dipermasalahkan. Duapuluh kilo jadi dua kilo, nolnya menggelinding, Gengs!” cetus Inul enteng. “Lalu gula menjadi garam?” sindir Poci dari balik kain kafannya yang tertutup. Sialan pocong yang mirip buntalan ubi itu! Bisa-bisanya telinganya bekerja walau matanya menutup, maki Inul dalam hati. “Sama-sama putihnya. Semua orang bisa salah toh?” cengir Inul. “Orang? Kita hantu lagi!” sarkas Jero, si hantu jeruk purut nyinyir. Inul tersenyum sembari menjentikan jarinya. “Maksud Inul juga gitu. Manusia saja bisa salah, apalagi kita para hantu yang otaknya sudah expired!” Maunya membela diri, tapi Inul tak sengaja telah memancing kemarahan para hantu. Mereka tersinggung karena merasa dilecehkan sebagai settan tak berotak! Alhasil Inul ditendang dari peternakan hantu Malam Satu Suro. *** “Bodo, ah! Mereka ndak peduli ndak apa. Inul akan menyelidiki sendiri,” gerutu Inul yang kini sedang berada di rumah anak korban tumbal pesugihan orangtuanya sendiri. Gadis maniak ghibah itu sengaja mendatangi tkp karena penasaran. Entahlah, tiap kali ada kasus anak yang dikorbankan hingga menjadi tumbal pesugihan keluarganya ... Inul jadi geram sendiri. Sesampainya di rumah yang membawa hawa tak segar baginya, Inul terkejut mendengar teriakan seorang bocah. “Emak! Jangan Emak! Jangan, sakiiit!” “Diam! Dalam matamu ada roh jahat, Emak harus membuangnya.” Astaga! Inul nyaris mati untuk kedua kalinya melihat pemandangan horor di depannya. Bukan berarti ada settan jelek disana, tapi lebih ngeri dari itu. Seorang anak di bekap ramai-ramai oleh ibu dan neneknya sementara sang bapak ingin mencungkil mata bocah lelaki itu. Jahat sekali mereka! Airmata Inul mengalir deras melihat kejadian tragis itu. Dia tak sadar mendekati mereka. Dia mendorong bapak yang berusaha mencungkil mata anaknya. Tubuh Inul menembus tubuh bapak itu. Inul lupa dia adalah hantu kelas teri, tubuhnya tembus pandang dan dia tak bisa menyentuh benda kasat mata. Aduh, bagaimana caranya dia bisa membantu bocah malang yang nyawanya terancam ini? Inul memutar otaknya, kalau dia tak bisa membantu lewat kegiatan fisik ... mengapa dia tak membantu dengan cara ghoib? Seperti muncul di depan mereka semua. Namun resikonya terlalu besar! Inul harus menjaga kerahasiaan dirinya, karena dia adalah hantu penyelundup di peternakan hantu Malam Satu Suro. Tak boleh ada hantu yang mengetahui keberadaannya kecuali teman-teman hantunya di peternakan itu. Inul nyaris putus asa, andai dia tak mendengar suara dengkuran seseorang. Senyumnya merekah seketika. Dia akan meminta orang itu menyelamatkan si bocah malang dengan mengirimkan pesan lewat mimpi! Inul mendekati seorang pria awal paro baya yang tertidur di kamar. Inul bersiap-siap, dia akan berenang masuk ke dalam mimpi pria itu. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD