ORANG ASING

1314 Words
Suara mobil terdengar dari halaman, Daniella yang tadi masih berjalan menuruni tangga dengan santai langsung berlari. Daniella membuka pintu dan dari situ Daniella melihat mobil kakaknya, Daniel, sudah keluar dari gerbang rumahnya. "Ih, sebel deh! Ini udah ketiga kalinya Daniel dan Christine ninggalin aku!" desis Daniella kesal. Sejak pernyataan cinta dadakan Daniel di hadapan Mama dan Papanya, Daniel dan Christine selalu terlihat kemana-mana berdua. Menempel terus seperti perangko. Bahkan Christine jadi jarang berkumpul dengan Daniella dan Maria, sahabat Daniella dan Christine yang lain. "Kamu kenapa sayang?" Karina keluar dari dapur dengan membawa sebuah piring lebar. Diatas piring itu terdapat ayam goreng yang tampaknya baru saja diangkat dari penggorengan. "Apa lagi kalau bukan abang aku yang ngeselin itu, Mama!" sahut Daniella muram. Melihat raut wajah putrinya yang cemberut, Karina tertawa. "Ah, Mama! Kok ketawa aja sih? Marahin tuh si abang sekali-sekali, sejak pacaran adiknya di lupain. Christine juga sama aja, dia lupa sama aku. Kemana-mana sama Daniel terus. Sebel tau!" "Sudahlah, Daniella sayang. Maklumi saja kakak laki-laki kamu itu. Setelah lama baru kali ini kan kamu lihat Daniel senang seperti ini," ucap Karina mengingatkan Daniella, "jangan manyun melulu, jelek tau.” “Mama,” rajuk Daniella. “Udah. Makan dulu yuk. Sebentar lagi jam makan siang. Bukannya kamu ada kuliah jam satu nanti?" Daniella menghela napas. Daniella bukannya tidak tau apa yang kakaknya alami sampai-sampai selama beberapa tahun ini Daniel berubah menjadi orang yang berbeda. Sekarang sejak bersama Christine, Daniel perlahan-lahan kembali menjadi dirinya yang dulu. "Cuma ayam goreng aja makan siang kita?" tanya Daniella heran begitu melihat hanya menu itu yang Karina bawa dari dapur. Mendengar perkataan Daniella itu, Karina pun menjitak kepala Daniella "Aduh!" pekik Daniella sambil mengelus bekas jitakan Karina. "Bawel kamu! Masih ada tumis kangkung, perkedel kentang, sama sayur bayem jagung di dapur. Bantuin mama ambil. Jangan cuma maunya makan doang kamu." "Iya, Mama juga bawel." Karina yang sudah mulai beranjak menuju dapur langsung berbalik ketika mendengar kata-kata Daniella dan memolototi putri bungsunya itu. "Peace, Mama," ringis Daniella begitu melihat Karina melotot ganas padanya. Daniella menghela nafas lega begitu mamanya berbalik ke arah dapur. "Sudah sini cepat bantu Mama! Jangan komentar melulu." "Daniella langsung ke cafe aja ya, Mama cantik. Bawa mobil sendiri kok, enggak pake supirnya Mama kok!" mohon Daniella. Papa dan abangnya, makan di rumah hanya berdua dengan mamanya itu membuat Daniella bergidik sedikit. Membayangkan ceramah soal kuliah dan pacar yang akan menantinya membuat Daniella ngeri. "Daniella, bantuin Mama dulu!" teriakan Karina terdengar dari arah Dapur. Daniella mengerutu dengan suara berbisik, “Susah deh ngelawan Mama, kalau si Mama udah melotot dan marah-marah. Ceramah oh ceramah, selamat datang.” *** "Ini Green tea latte-nya, kak!" kata si pelayan cafe, kemudian ia menaruh cangkir berwarna hijau seperti warna minuman pesanan Daniella. "Thanks!" sahut Daniella sembari tersenyum pada pelayan itu. Akibat tadi Daniel dan Christine tidak memberikan tumpangan padanya, jadinya Daniella harus membantu Mamanya dulu sebelum berangkat ke cafe. Daniella juga di paksa oleh Mamanya untuk makan siang dulu sebelum pergi ke cafe. Daniella menyesap minumannya perlahan sembari mengamati sekelilingnya. Pandangannya pertama jatuh pada seorang pria dalam balutan jas. Penampilan formal. Berarti pria itu ke cafe untuk sesuatu yang penting seperti meeting dengan client. Pria yang Daniella kira berusia pertengahan tiga puluhan itu tampak kaku. Ekspresi wajahnya pun datar. Jelas pria itu bukan orang yang gemar menyambut tantangan seperti Daniella. Pandangan Daniella lalu beralih ke arah seorang pria muda dan seorang wanita muda. Si pria sepertinya seumuran Daniella sedangkan wanita yang ada di depannya terlihat lebih muda, usianya mungkin usia anak SMA. Jelas mereka sedang bertengkar. Terlihat dari sikap tubuh si wanita yang defensif, sedangkan si pria terlihat gelisah. Kalau seperti itu, Daniella bisa menebak, pria muda itu ketahuan oleh si wanita. Entah itu selingkuh atau kebohongan lainnya. Seperti menonton kakaknya dan Christine kalau mereka berdua bertengkar. Daniella lalu mengalihkan pandangannya ke dekat jendela. Jaraknya dua tempat ke samping dari tempat Daniella. Seorang pria muda yang mengenakan jas berwarna abu-abu dan mengenakan dasi berwarna senada. Tubuhnya atletis, jelas pria itu rajin berolahraga atau mungkin fitness? Wajahnya tampan. Well, wajahnya memang hanya terlihat separuh, karena Daniella duduk diarah samping kanannya bukan di depan si bule, tetapi dari arah samping saja sudah ketauan kalau pemuda itu tampan, serta memiliki kulit yang putih yang bisa membuat kaum hawa iri padanya. Daniella masih cukup penasaran dengan pria muda ini. Daniella belum melihat warna matanya. Pria muda ini seperti keturunan orang asing, karena warna rambutnya yang kecoklatan. Orang Barat biasanya memiliki warna mata cerah, seperti biru atua hijau, namun ada juga yang memiliki warna mata abu-abu. Ah, tapi bisa saja pria ini mengecat rambutnya. Jaman sekarang ini para perkerja kantoran pria juga cukup tau mode. Daniella terlalu larut mengamati pemuda itu, sehingga tidak mengantisipasi kalau tiba-tiba pria itu berbalik menatap ke arahnya. Ketika melihat mata berwarna abu-abu milik pemuda itu menatap tepat ke matanya, membuat Daniella tersentak kaget. DEG! Langsung saja Daniella memalingkan wajahnya. Duh, jangan bilang aku ketahuan ngeliatin dia? Daniella coba melirik lagi ke arah kirinya. Pemuda itu masih menatapnya! Daniella makin berdebar-debar. Beneran ketauan lagi ngeliatin. Duh! Apa pulang aja? Ah, mungkin juga dia bukan ngeliatin aku. Jangan ge-er, Daniella! Memangnya dia mau nyamperin kamu apa? Daniela sekali lagi melirik ke arah kirinya. Pemuda itu sudah beranjak dari tempat duduknya dan sedang berjalan dengan santainya ke arah ke arah Daniella yang tempat duduknya tidak jauh dari pintu masuk cafe. Aduh! Kenapa orang itu berjalan ke arah aku? Ah, buat apa bertanya-tanya. Lebih baik aku pergi sekarang juga! Dengan tergesa-gesa bangkit dan berlari menuju pintu depan. Aku tidak perduli orang lain akan mengatakan apa saat memperhatikan aku lari-lari seperti ini. Yang penting, selamatkan diri dulu! Aku belum siap di maki-maki karena ngeliatin pria tampan itu! Apalagi kalau sampai pria itu mengira aku suka padanya?! *** “Daniella, kenapa kamu keluar? Aku baru aja mau masuk,” tegur Christine yang baru saja turun dari mobilnya dan melihat Daniella terburu-buru keluar dari cafe. “Christine! Putar balik! Ke rumah Maria aja sekarang!” “Hah? Kamu kenapa, Daniella?” “Sudahlah, jangan banyak bertanya! Ayo cepat kita pergi!" "Kamu kenapa sih?" "Nanti aku kasih tau alasannya, kamu jangan lupa kasih tau Maria!” Christine mengerjapkan matanya melihat sahabatnya kocar-kacir masuk ke mobilnya dan mengebut membawa mobilnya keluar dari area cafe, “Kenapa sih anak itu?” Mau tidak mau Christine mengikuti permintaan Daniella dan berputar arah menuju ke rumah sahabatnya yang lain, Maria, yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari cafe Tea Spoon Coffe & Tea. Begitu mereka bertiga duduk manis di kamar Maria, Christine langsung saja menanyakan alasan Daniella kabur seperti habis dikejar drakula saat di cafe tadi. “Jadi karena itu kamu kabur? Memangnya kamu yakin dia mau nyamperin kamu bukannya mau keluar dari cafe?” ucap Maria dengan sadisnya. Daniella menatap Maria tidak percaya, “Serius kamu berpikir begitu, Maria?” “Bukannya enggak mungkin kan? Toh katamu tadi kamu duduk dekat pintu masuk cafe.” Christine menepuk jidatnya pelan, “Fix kamu ge-er.” Daniella cemberut mendengar kedua sahabatnya kompak memojokkannya. Maria menghela nafas lelah, “Untung saja aku belum jalan pergi ke cafe, kalau enggak udah aku jitak kepala kamu!” Daniella masih saja cemberut. “Terus jadi enggak nih rencana jalan kita?” tanya Maria, pura-pura tidak menyadari tampang sahabatnya yang masih cemberut. “Harus jadi, soalnya aku sudah beli tiket nontonnya. Kita langsung ke mall aja kalau gitu deh. Bagaimana menurut kalian?” Daniella dan Maria mengangguk setuju. “Aku numpang mobil kamu, ya, Christine. Males bawa mobil,” kata Maria sambil menyelemplangkan tasnya ke pundak. “Kamu masih kesal karena kenarsisan Daniella tadi ya?” ejek Christine. “Hei! Ayo cepat jalan!” Daniella kembali cemberut dan berjalan keluar kamar mendahului kedua sahabatnya. Christine dan Maria saling menatap lalu tertawa geli. “Masih tetap seru godain Daniella!" Maria menganggukkan kepalanya sekali, "Benar, masih tetap seru menggoda Daniella seperti ini. Reaksinya benar-benar menggemaskan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD