CIUMAN PERTAMA

1786 Words
Daniella, Maria, dan Christine sedang duduk manis di kelas. Kelas yang membosankan, karena cara mengajar dosennya yang membosankan. Padahal sebenarnya mata kuliah ini penting, sayang sekali Daniella salah memilih dosen yang mengajar. "Baiklah, anak-anak, sekian untuk hari ini. Jangan lupa tugas kelompok kalian di kumpul saat ujian tengah semester!" kata ibu dosen sambil melangkah keluar kelas. Setelah ibu dosen itu keluar dari ruangan langsung saja seisi kelas ricuh. Mereka berteriak-teriak senang karena akhirnya kelas yang membosankan ini selesai juga, setidaknya untuk hari ini. Christine langsung menghambur keluar di tengah-tengah keributan kelas ini. Membuat Daniella dan Maria saling berpandangan heran. Tidak biasanya Christine begini. Tetapi Daniella dan Maria tidak bisa mengambil kesimpulan apapun karena tidak tau apa yang terjadi dengan Christine. "Kamu mau langsung pulang?" tanya Daniella pada Maria. Maria mengangguk setuju. Daniella dan Maria berjalan beriringin sepanjang koridor. Kelas yang tadi Daniella dan teman-temannya hadiri berada di ujung koridor di lantai empat ini, jadilah Daniella dan Maria harus berjalan cukup jauh agar bisa mencapai lobby. Lobby lantai 4 adalah sebuah ruangan yang hanya berisi bangku-bangku juga sebuah papan pengumuman. Di salah ujung koridor lainnya terdapat koridor yang terdiri dari ruangan untuk dosen, ruangan untuk dekan dan juga pembantu dekan, ada ruangan untuk absensi, ada juga ruangan untuk tempat mahasiswa bimbingan skripsi, dan terakhir ada ruangan kosong yang biasa dipakai untuk unit kegiatan mahasiswa mengadakan rapat. "Naik lift atau tangga?" tanya Maria ketika akhirnya mereka tiba di lobby. Dengan dagunya Daniella menunjuk ke arah lift. Mulut Daniella tidak bisa di pakai berbicara karena mulutnya sedang di pakai untuk menjepit sebuah buku. Tangan Daniella sendiri sibuk membenahi tasnya yang Berantakan. "Okay. Perlu...“ Maria lalu mengerang begitu melihat seorang laki-laki muncul dari arah tangga, "gawat!" Laki-laki baru saja muncul di hadapannya itu adalah Asuka. Dari tingkah laku Maria, Daniella menebak Maria masih menghindari Asuka. "Aku pulang duluan. Bye!" lanjut Maria berpamitan sebelum melesat pergi. "Maria, kenapa kamu?" tanya Daniella sia-sia. Karena sepertinya Maria tidak mendengar pertanyaannya. Begitu selesai berpamitan, Maria langsung berlari ke arah tangga yang menuju ke lantai 5 bukannya turunnya ke lantai bawah, sepertinya Maria mau ke lantai lima dan turun menggunakan lift darurat yang ada di lantai itu. Asuka yang melihat Maria kabur ke atas pun bergegas, dia menaiki tangga dua-dua sekaligus. "Hai!" sapa Asuka pada Daniella. Tapi tanpa mendengar respons Daniella, Asuka kembali berlari untuk mengejar Maria yang sudah menghilang dari tangga. Daniella hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka berdua. Sebenarnya Daniella mengetahui kalau Asuka menyukai Maria. Tetapi menurut Daniella cara Asuka menarik perhatian Maria itu agak aneh. Apa iya dengan mengerjai orang tersebut bisa membuatnya menyukai kita? Yang ada malah orang yang kita suka menjadi benci pada kita. Mungkin kalau di novel-novel sering dikatakan kalau menjahili orang yang kita suka, orang itu akan mengingatmu terus lalu orang tersebut akan menyukai kita. Yah sayagnya, ini dunia nyata, bukan dunia dalam novel. Daniella sedang asyik berpikir mengenai dua sejoli itu yang akan segera menjadi sepasang kekasih itu, sampai-sampai Daniella tidak menyadari kalau sejak tadi ada seseorang yang berdiri di sebelahnya. Tidak sampai orang itu mengeluarkan suaranya. "Membayangkan aku ya?" Daniella menoleh kaget melihat Jason sudah berdiri tenang dan manis disebelahnya, “Enggak tuh!" Jawab Daniella dengan nada bosan. "Kamu mau turun ke lantai bawa menggunakan lift kan? Aku temenin ya?" "Kelihatannya gimana? Dan enggak, aku enggak butuh di temenin, jadi lebih baik Kak Jason pergi saja sana!" "Hm, kalau aku enggak mau?" "Harus mau dong, Kak Jason!" "Kata siapa harus?" Daniella menghitung sampai lima di dalam kepalanya. Menahan keinginannya untuk meninju pemuda tampan di sampingnya ini, "Terserah!" “Daniella, lihat sini dulu deh.” Daniella menoleh dengan kesal, “Apaan sih!?“ Mata Daniella terbuka lebar, badannya kaku sekaku-kakunya. Daniella terkejut bukan main sebab Jason sedang memeluknya saat ini. “Makasih untuk pelukannya,” ucap Jason dengan nada yang entah mengapa menurut Daniella terdengar agak aneh. Daniella menatap Jason bingung saat Jason melepaskan pelukannya. “Kak Jason kenapa?” tanya Daniella ragu-ragu. Jason hanya menggeleng dan tersenyum tipis, “Aku duluan ya.” Daniella mengerjapkan matanya, kentara sekali bingung dengan sikap Jason yang tidak seperti biasanya. Bukannya ini buruk, tetapi perubahan yang terlalu mendadak ini membuat Daniella bingung setengah mati. Daniella tidak sempat bertanya karena Jason sudah menghilang dari hadapannya. Menghela nafas panjang, dengan perasaan bingung Daniella akhirnya menuju ke arah tangga yang menuju ke lantai satu, memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya dan belajar materi perkuliahan hari ini, supaya menjelang ujian tengah semester nanti Daniella tinggal mengulang sedikit. Target Daniella semester ini adalah IPK yang sempurna, maka dari itu Daniella harus lebih tekun belajar. Lupakan tentang Jason Evans! Paling besok dia sudah jahil lagi kayak biasanya," Daniella mensugesti dirinya sendiri. *** Daniella bersama dengan Maria sedang berada di perpustakaan. Sehabis makan siang tadi, Daniella dan Maria langsung menuju ke perpustakaan di lantai tiga, untuk menghabiskan waktunya sembari mengerjakan tugas. “Ada aja sih tugas sebelum UTS!" protes Christine. “Protes aja sih kamu!” decak Daniella pada Christine. Daniella kemudian Daniella bertanya pada Maria yang sejak tadi kerjaannya hanya melamun saja, “Kamu kenapa? Ada masalah sama Asuka?” "Eh?" tanya Maria. Lalu ketika menyadari apa yang ditanyakan oleh Daniella mendadak muka Maria memerah. "Eng-enggak gimana-gimana kok!" lanjut Maria menjawab dengan cepat. "Yakin?" Daniella tambah menggoda Maria saat melihat wajah Maria yang bersemu merah. “Ya-yakin! Enggak gimana-gimana kok!" jawab Maria lagi dengan gugup dan terbata-bata. Daniella memerhatikan Maria sedemikian rupa, untuk melihat apakah Maria berbohong padanya atau tidak. Maria yang merasa risih dengan pertanyaan Daniella mulai mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan tentang hubungan Daniella dengan Jason, cowok yang baru-baru ini terus menempeli Daniella. "Kamu sendiri? Bagaimana dengan Kak Jason?" tanya Maria. "Kak Jason? Kenapa dengan aku dan Kak Jason?" tanya Daniella balik. "Bukannya kalian pacaran?" tanya Maria lagi. "APA?" spontan Daniella berteriak. Teriakannya itu berhasil membuat ibu penjaga perpustakaan, ibu Lily, menatap Daniella dengan pandangan mencela. Maria meringis melihat tatapan seram ibu Lily, "Enggak pacaran ya? Sorry. Aku kirain kamu sama—“ Kata-kata Maria terputus karena seseorang mengiyakan pertanyaan Maria seenaknya. "Kita memang pacaran kok. Iya kan sayang?" Jason mendadak muncul di hadapan Daniella dan Maria sambil nyengir lebar. "Kak Jason!" desis Daniella kesal, "mimpi saja sana!" "Aku harap itu bukan cuma dalam mimpi aku saja." Daniella memutar matanya, merasa kesal dengan jawaban Jason yang malah mengiyakan dugaan Maria. Suara batuk-batuk penuh arti membuat mereka bertiga terdiam. Mungkin ibu Lily sudah semakin gerah dengan percakapan Maria, Daniella, dan Jason yang lama-kelamaan semakin keras suaranya. Tadi Daniella berteriak karena perkataan Maria yang aneh itu membuatnya kaget, sekarang kedatangan Jason membuat Daniella kesal dan jadi marah-marah. Walaupun Daniella berusaha memelankan suaranya tapi sepertinya bagi ibu Lily itu tetap saja suara yang keras. Merasakan tatapan ibu Lily yang menyiratkan bahwa Daniella tidak di terima di perpustakaan, setidaknya untuk saat ini. Daniella segera merapikan kertas folio bergaris, pulpen, dan buku-buku dari meja. "Aku duluan ya. Ngerjain tugasnya di rumah aja. Bahan bukunya ada di rumah juga kok," ucap Daniella kepada Maria. Maria mengangkat sebelah alisnya, "Memang kamu enggak ada kelas?" "Enggak. Ya sebenarnya ada sih, cuma mendadak males aja hadir," jawab Daniella mengendikkan bahu ke arah Jason, yang dianggap Daniella sebagai manusia paling menyebalkan yang ada di muka bumi. "Duluan ya. Daripada bu Lily melahap aku gara-gara bikin ribut di perpustakaan. Whats App aja kalau ada yang penting. Bye!" lanjut Daniella seraya beranjak pergi dari perpustakaan. Kemudian Daniella melangkahkan kakinya menuju ke loker dekat pintu perpustakaan. Kemudian Daniella mengambil tasnya dari sebuah loker yang bertuliskan 2B, lalu memasukkan barang-barang yang tadi dibawanya ke dalam tas. "Aku anterin ya?" tanya Jason saat Daniella masih berusaha memasukkan semua barangnya ke dalam tas. Daniella tidak memperdulikan pertanyaan yang diajukan Jason tadi. Dengan cuek Daniella melangkah keluar dari perpustakaan. Kemudian saat berada di depan lift Daniella berhenti. Liftnya masih berada di lantai satu, jadi Daniella harus menunggu lift untuk dapat turun ke lantai bawah. "Daniella!" teriak Jason. "Apaan sih, Kak Jason?" Daniella pun balik menyahut dengan kesal sambil berbalik perlahan ke arah suara Jason. CUUPP. Sebuah ciuman lembut mendarat sekilas di bibir Daniella yang di poles lipgloss berwarna merah ceri. Senyum Jason mengembang ketika melihat wajah syok Daniella, "It's nice. Your lips, I mean." Jason terkekeh ketika melihat Daniella masih mematung dan tidak kunjung berbicara, "Ayo, aku anterin pulang. Udah cukup yang tadi jadi tontontan. Jangan sampai wajah kamu yang mirip orang abis kejambret itu jadi tontonan juga." Kejambret? Kejambret! Iyalah tampang aku kayak orang abis kejambret! Kamu kan abis ngejambret ciuman pertamaku! “Jason Evans!!” teriak Daniella marah. *** “Kamu kenapa sih?” Christine menyerahkan beberapa lembar kertas fotokopi kepada Daniella, “ini fotokopi catatan Maria untuk kelas tadi.” “Thanks udah mampir ke rumah buat ngasih catatan kuliah tadi,” Daniella menghela nafas panjang, "sepertinya percuma aku khawatir sama Kak Jason kemarin.” “Kemarin? Ada apa sama Kak Jason?” “Kemarin dia tuh mendadak aneh. Mendadak peluk aku, terus tanpa bilang apa-apa dia langsung pergi. Aku pikir dia lagi ada masalah, makanya aku sengaja enggak nanya-nanya tentang itu pas kelas sebelumnya. Eh taunya pas kita ke perpustakaan dia udah balik jadi orang aneh bin jahil lagi. Percuma kan aku khawatir?” Christine menganggukkan kepalanya, “Pertanyaan aku nih. Kenapa kamu khawatir sama Jason?” “Hah? Pertanyaan kamu aneh deh. Jelas lah khawatir, Jason yang biasanya hiperaktif jahilnya mendadak diem begitu. Bikin orang bingung!” “Khawatir sebagai temen?” “Iya! Memangnya sebagai apa lagi? Eh, tunggu,” Daniella tampak berpikir sejenak. “sebenarnya aku sama Jason itu dibilang temen juga bukan, dibilang musuh juga bukan?” “Kok nanya ke aku sih, Daniella. Yang aku tau Jason itu suka sama kamu. Udah gitu doang titik!” Daniella memengang kepalanya dan mengusapnya pelan beberapa kali, “Tapi entah kenapa aku yakin kemarin memang ada sesuatu. Nada bicara dan sikapnya dia beda banget. Kayaknya ada sesuatu.” “Ya, kamu tanya dong kenapa? Kamu nerka-nerka gitu aja, sampai tahun depan juga gak bakal dapet jawabannya. Terkaan kamu juga bisa salah.” Daniella cemberut. “Kenapa kamu? Gengsi?” Christine berdecak kesal, "bertanya doang kok pakai gengsi segala sih!" "Tapi..." “Tapi apa? Lagian walau pun kalian itu kayak Tom & Jerry, kayak frienemy gitu jatuhnya, tetep aja judulnya ada kata friend-nya. Nanya doang gratis tau. Kalau Jason enggak mau jawab ya enggak apa, itu hak dia. Yang penting kamu udah nunjukkin kalau kamu khawatir. Jason malah seneng kali tuh.” “Nanti malah terlalu senang dia.” “Sesekali. Kamu kan bukan kasih harapan palsu ke anak orang kok, Daniella.” “Menurut kamu gitu, Christine?” Christine mengangguk. Danielle mendesah, “Besok-besok kalau ketemu aku coba tanyain deh.” “Ya sudah, aku pulang dulu ya. Ditungguin Mama di rumah.” “Oke, Christine. Thanks ya catatannya!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD