Chapter 1

1097 Words
     5  tahun kemudian.     "El! Kau dimana" seru akesia mencari putranya.    "Iya bu, El ada di atas" jawab el berteriak.    Akesia berlari keluar dari rumah melihat ke atas atap dan benar saja Elizer putranya ada di sana mencoba mengambil sesuatu yang tersangkut di atap rumahnya.     "El, apa yang kau lakukan. Ayo turun ibu tidak mau kau jatuh"     "Bentar bu, ini mau aaaaa..." pegangan Elizer dari pinggiran atap terlepas membuatnya lepas kendali dan terjatuh.       Cahaya yang begitu silau keluar dari kalung liontin yang di gunakan El.       Akesia terlonjak melihat putranya terpeleset dan hampir saja jatuh jika saja liontin itu tidak bersama El.      El meraba tubuhnya yang mendarat dengan sempurna tanpa luka ataupun cidera, akesia datang dan langsung memeluk erat tubuh el.     "Ibu sudah bilang jangan bermain di atap, disana berbahaya"    "Ibu, itu tadi apa? Benda ini bersinar" El menyentuh liontin yang terpasang di lehernya.    "Sudah tidak usah bahas itu, lebih baik kita makan siang, ibu sudah masak masakan kesukaanmu"     "Tapi bu, mainan El masih di sana" El menunjuk tempat dimana dirinya tadi mencoba mengambil layangan.      "Biar ibu suruh orang lain saja mengambilkan, kamu itu masih kecil jangan bermain di tempat yang tinggi. Berbahaya"     "Maaf bu" sesalnya.     Akesia tersenyum melihat El "ibu tidak marah asal kamu patuhi perintah ibu" Elizer mengangguk. Akesia menggandeng el masuk ke dalam rumah. _______      "El bagun hari ini kan pertama sekolah kamu tidak boleh telat" El langsung bagun dari tidurnya.      "Aku lupa bu, ya udah el mandi dulu. Cup" El berlari ke kamar mandi setelah mengecup pipi ibunya.      El bersama dengan ibunya berjalan melewati taman di sana tidak terlalu ramai pengunjung namun pandangan El menuju pada seorang gadis yang duduk meringkuk di samping ayunan dengan tubuh bergetar.     El melepaskan tangannya dari genggaman ibunya dan berlari menuju anak gadis yang di lihatnya.     Gadis itu menangis sesegukan membuat el merasa iba. El melepaskan tas punggungnya mengeluarkan boneka kelinci kesayangan nya dan memberikan kepada gadis itu.     "Jangan menangis, ibu bilang kalau menangis hidungnya jadi merah kaya badut, kamu mau jadi kaya badut?" ucap El sambil berjongkok. gadis itu menggeleng. "ini aku kasih mainan tapi kamu jangan nangis lagi" ucap El dengan polosnya sambil mengulurkan boneka kelinci kecil pada gadis di depannya.      Gadis itu berhenti menangis menerima boneka pemberian El. "Makacih" katanya cadel sambil melap air matanya.     "El, ayo nanti kamu telat" panggil akesia.     "Iya bu" el memakai kembali tasnya dan berlari ke arah ibunya.    "Itu tadi siapa El"       "El tidak tau bu, tapi dia tadi nangis jadi boneka kelinci yang ibu belikan aku kasih dia. Ibu gak marah sama El kan"     "Ibu tidak marah justru ibu bangga sama kamu, ya udah El belajar yang pintar ya nanti ibu jemput pulangnya"   "Oke bu" El memberikan gerakan hormat kepada ibunya dan memberikan senyum manis sebelum ia masuk ke sekolah nya. === 20 tahun kemudian.. Elizer bergerak gelisah dalam tidurnya keringat dingin mengucur membasahi wajahnya sampai ia tiba-tiba terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal.     "Astaga mimpi itu lagi" gumam el sambil mengacak rambutnya melirik jam di atas nakas yang menunjukkan puku 3 dini hari.      Aarggh... El menggeram kesal jika begini ia tidak bisa tidur lagi. El beranjak dari tempat tidur dan menyambar sweater untuk melapisi tubuhnya dari terpaan cuaca dingin.      El berjalan ke arah balkon kamarnya dan menengadahkan wajahnya menatap langit yang masih terlihat gelap.     El menghela nafasnya mengingat mimpi yang selalu datang setiap kali di rinya tidur.     Mimpi yang selalu seperti teka-teki yang sangat sulit di artikan. Dimana dalam mimpi itu seseorang berbaju hitam dengan jubah kebesaran khas seorang raja datang padanya di belakang orang itu hanya kegelapan, semuanya gelap hanya di tempatnya berdiri lah yang sedikit memancarkan cahaya, itupun bukan cahaya terang melainkan cahaya yang sedikit berbeda dari yang lain.      Orang barjubah itu mengulurkan pedang mengajak el untuk berperang namun mimpi itu selalu terputus di sana hingga kini El bingung apa arti dari mimpinya.      El melihat liontin yang terpasang di lehernya. Di usianya yang menginjak angka 25 tahun ia merasa selalu mendapatkan ke janggalan dari hari-harinya, dimana saat mobil yang melaju kencang ke arahnya tiba-tiba berhenti dan sedikit terangkat naik seperti magic.     Di saat dirinya sibuk memikirkan keanehan dalam hidupnya cahaya terang seperti bintang jatuh dari langit membuat el lagi-lagi merasa ada yang aneh. Cahaya itu bukan seperti bintang jatuh tapi terlihat...     Mata el membulat lalu ia bergegas keluar dari rumahnya meyakinkan kalau yang ada di pikirannya itu tidaklah nyata.     Tapi dugaannya salah. Cahaya itu memang bukan cahaya bintang jatuh melainkan sesosok hewan berbentuk kucing namun kucing yang mengerikan tepat mendarat di halaman rumahnya.       Kucing itu terlihat sedang mengibas ngibaskan ekornya yang panjang. El melangkahkan kakinya mendekati kucing aneh yang jatuh dari langit.      "Salam hormatku pada pangeran" ucap kucing itu. El sedikit berjingkrak kaget baru kali ini ia mendengar seekor kucing bisa bicara dan apa yang barusan kucing itu katakan  'pangeran'? .      "Kau bisa bicara" tanya el memastikan.     "Tentu saja. Dan hanya yang mulia pangeran lah yang bisa mendengar suaraku" El tidak percaya dengan yang kucing itu katakan.     "Perkenalkan aku Garl utusan ayahmu"     El mengibaskan tangannya ke udara masih tidak percaya.     "Jangan mengada-ngada. Dasar kucing aneh" El berlalu dari hadapan kucing menyeramkan itu. --- El turun menuju dapur untuk mengambil segelas air di lemari pendingin. Tatapannya melirik ibunya 'akesia' sedang mengelus bulu kucing berwarna putih dengan bulu yang tebal.     "Ibu, itu kucing siapa" tanya el mendekati akesia dengan gelas di tangan kirinya.      "Ibu tidak tau el. Tadi waktu ibu membuka pintu kucing ini tiba-tiba masuk dan karena kucing ini begitu lucu ibu ingin merawatnya jika tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya"    "Asal ibu senang el juga senang" jawab el berjalan ke arah tangga.     "Terimakasih pangeran" El menghentikan langkahnya mendengar suara kucing menyeramkan tadi malam.    Tunggu dulu, El melihat kucing yang saat ini sedang bermain di kaki ibunya, tidak mungkin kan kucing mengerikan itu dia? karna sekarang kucing itu terlihat lucu ketimbang ia lihat untuk pertama kalinya tadi.    Kucing itu berhenti sejenak "apa kau kaget pangeran". El menggelengkan kepalanya 'astaga itu memang dia'     "Ibu mendengar seseorang berbicara?" tanya El mencoba memastikan ucapan kucing bernama Garl tadi malam yang mengatakan hanya dia yang bisa mendengar suaranya. akesia menggeleng "tidak" jawabnya "kecuali kamu". Kucing itu benar     "Bu, ibu harus membuang kucing ini" seru el menunjuk Garl.     "Loh bukannya tadi kamu setuju?" tanya ibunya heran.     "Kucing itu bisa bicara bu"   "Jangan mengada-ngada EL" sahut akesia tertawa kecil.     "Kucing seimut ini mana tega ibu membuangnya dan mana ada kucing yang bisa bicara" lanjut akesia masih tidak percaya.    Kucing bernama Garl tadi seperti mengejek El dengan menjulurkan lidahnya.     "Terserah ibu saja" geram El berjalan ke arah kamarnya. Akesia menggelengkan kepalanya ia memaklumi jika dari dulu putranya itu memang tidak menyukai hewan peliharaan. ______ To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD