Chapter 2

1004 Words
El melakukan kegiatan rutinnya setiap pagi dengan busur panah kesayangannya yang telah menemaninya sejak ia duduk di bangku kelas 5. Berkat latihannya setiap pagi ia sekarang begitu mahir menggunakan busur panah. El menarik busurnya perlahan dengan konsentrasi tinggi agar ia dapat mengenai target tepat seperti biasanya. Swunggg Clap Tepat megenai lingkaran warna merah di tengah target yang berbentuk bundar. "Kau hebat yang mulia pangeran" EL menurunkan busurnya lalu menoleh ke sumber suara. Di sana sedang tiduran seekor kucing putih yang mengaku bernama garl. "Jangan memanggilku yang mulia pangeran karna aku bukan pangeran" Ucap El dan mengambil anak panah lagi yang sudah ia siapkan di sampingnya. "Kau cukup berbakat untuk membebaskan ayahmu" kata kucing itu lagi. "Jangan sok tahu tentang ayahku" jawab el sambil melepaskan anak panahnya menuju sasaran lagi. "Aku tidak bercanda pangeran. Umurku lebih tua dari yang kau pikirkan dan aku lebih tahu tentang bagaimana keadaan ayahmu sekarang" Tanpa mengalihkan pandangannya dari sasaran el menjawab "emangnya usiamu berapa? 10 tahun, 20 tahun atau 50 tahun" "1000 tahun" jawab garl. El menoleh ke arah garl. "Aku tidak percaya" El melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah dan garl mengikutinya dari belakang. "Sebentar lagi kau akan mengetahuinya" ucap garl yang entah maksudnya apa. "Aku tidak bisa dengan mudah mempercayai seekor kucing yang bicara" Garl menghalangi jalan El. "Pergilah dari hadapanku" seru El. "Aku bukan kucing seperti yang kau lihat sekarang ini. Tubuh kucing ini hanya ku dapatkan jika aku berada di bumi" "Jadi tubuh aslimu apa? Keledai" ejek El melangkahi garl. Garl menggeram "aku bisa membuktikan kalau aku lebih tau ketimbang dirimu" seru Garl. "El kau bicara dengan siapa?" seru akesia. "Dengan kucing yang ibu anggap lucu" jawab el jujur yang malah di tertawai ibunya. "Kau itu ada-ada saja el" kekeh akesia mengira El sedang bercanda. El menghela nafas kasar lalu berjalan menuju kamarnya. "Kenapa kau mengikutiku" sentak El saat Garl ikut masuk ke dalam kamarnya. Garl tidak menjawab, kucing itu justru membuat dirinya mengelilingi kamar el dan dalam sekejap kamar itu berubah menjadi tempat berwarna putih terang. El masih belum percaya dengan apa yang ia lihat di depannya lalu belum sempat ia menyadarkan keterkejutan nya garl kembali membuatnya terkejut sampai membuat EL bergerak mundur. Garl mengeluarkan asap hitam dari tubuhnya sebelum kucing imut tadi berubah menjadi seekor naga yang sangat besar nan mengerikan. "Aku masih belum bisa percaya" gumam el, sedetik kemudian keadaan kamar el berubah seperti sedia kala. "Jadi apa kau masih belum bisa percaya padaku yang mulia" ejek Garl yang sudah kembali ke wujud kucing. El tersentak dari pikirannya lalu mengangguk. "Sedikit aneh tapi kurasa aku mulai mempercayainya" nada yang keluar dari mulut EL masih terdengar ragu-ragu meski begitu Garl tersenyum mendengarnya. ____ El berjalan menuju arah di mana ia sedang berusaha untuk mencari arti dari mimpi yang selalu hadir saat ia tidur. Sekarang el berada di perpustakaan kampus nya sambil membuka buku tebal yang baru saja ia ambil dengan judul THRONE. Dari sekian banyak buku yang ada di sana kenapa El mengambil buku yang berjudul throne? Mungkin buku itu begitu menarik perhatiannya sampai lebih satu jam El hmenghabiskan waktunya hanya membaca buku itu. El terus menolak balikkan halaman per halaman sampai ada suatu gambar yang menarik untuk ia lihat. "Terlihat tidak begitu asing, apa aku pernah melihatnya?" batin el saat melihat foto berwarna abu-abu gelap itu. El tidak akan selesai membaca buku setebal itu di sini sampai El memutuskan untuk meminjam buku throne dan melanjutkan membacanya di rumah. Dalam perjalanannya keluar dari perpustakaan samar-samar ia mendengar seseorang berbicara. Seperti yang El dengar, orang itu membicarakan sesuatu yang hampir mirip dengan yang ia cari, namun saat ia menghampiri suara itu yang ia dapat hanya sebuah kaca besar yang tergantung di dinding tempat yang paling jarang di datang mahasiswa karna tempatnya paling ujung. El mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari asal suara tadi namun nihil, hanya kaca besar di depannya ini lah yang ia dapatkan, memperlihatkan pantulan dirinya. El berpikir jika suara tadi hanya ilusinya saja yang sangat ingin tahu tentang arti mimpinya. El kembali melangkahkan kakinya namun suara tadi muncul lagi dengan topik yang berbeda. "Sepertinya pangeran akan segera membebaskan kita" ucap suara itu. "Kau benar" jawab temannya. El yang merasa ada yang aneh di sini langsung membalikkan badannya melihat cermin yang tergantung tadi. Dua orang laki-laki sedang berada di dalam kaca menatap El dengan hormat. "Kalian siapa?" Kedua laki-laki yang berada di dalam kaca itu mengangkat wajahnya menatap El. "Kami abdi kerajaan phiones yang terkurung di dalam kaca selama hampir 100 tahun" jawab pria berbaju pengawal kerajaan. "Selama itu kah?" "Kau benar pangeran ka_" "Tunggu dulu" potong EL. "Apa alasanmu memanggilku pangeran?" Kedua laki-laki tadi saling pandang. "Itu karna kau putra dari yang mulia raja" jawab mereka berdua kemudian secara bersamaan. "Kalian salah orang, aku bukan pangeran" jawab el. "Kau adalah pangeran, buktinya kau bisa melihat kami bahkan berbicara dengan kami sedangkan orang-orang yang pernah datang kemari tidak ada yang bisa melihat kami ada di sini" "Jadi pangeran, bebaskan kami dari sini dan kami berjanji untuk mengabdi padamu sampai titik darah penghabisan" ucap salah satu dari pria yang didalam cermin. El menaikkan sebelah alisnya. "Aku tidak tau cara mengeluarkan kalian dari dalam sana dan meskipun aku bisa aku tidak percaya kau akan menepati janjimu" jawab el. "Lebih baik aku pergi" "Tunggu yang mulia pangeran. Bagaimana keadaan permaisuri akesia" El menghentikan langkahnya dan berbalik. "Bagaimana mana kau tau ibuku bernama akesia?" "Ini cukup mudah Wajahmu mirip dengan permaisuri akesia, ibumu" "Ramalan juga pernah menceritakan tentang kehadiranmu di bumi" "Karena itulah kami sekarang terjebak di kaca ini untuk menjadi abdimu" "Pangeran cuman anda yang bisa melepaskan kami dari tempat ini. Jika anda tidak mempercayai kami maka silahkan pecahkan kaca ini setelah itu kami akan hilang selamanya" Elizer terdiam. Di lihat dari segi manapun kedua orang di cermin ini sepertinya tidak berbohong. Tapi Elizer tidak boleh kena tipu daya. "Pangeran jangan tinggalkan kami!" Seru kedua orang yang ada didalam cermin itu. Elizer kembali berbalik "Apa keuntunganku jika melepaskan kalian?" ucapnya. Kedua orang di cermin itu tersenyum. "Hanya anda yang akan menentukannya pangeran" ______ To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD