Bab 7 : SULIT

1028 Words
"Sori, gue salah kirim." Venya mengerutkan keningnya ketika membaca balasan dari Gemma. Setidaknya, biasanya dia tidak pernah salah kirim seperti itu. Dia tidak akan mungkin mengirimkan pesan seperti itu kepadanya. Venya jadi bertanya - tanya, untuk siapa sebenarnya pesan yang seharusnya ia tidak tahu itu. Apalagi, isi pesan yang ada di sana membuat Venya semakin penasaran untuk siapa dan apa maksud dari pesan tersebut. Terheran - heran namun Venya tidak punya keberanian untuk menanyakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Entah itu karena Venya yang memang pada dasarnya tidak pernah mencampuri urusan orang lain termasuk Gemma, juga Venya yang lebih sering menyembunyikan pertanyaan - pertanyaan yang bahkan belum terselesaikan di dalam dirinya sendiri. Venya lebih suka menjawab pertanyaan - pertanyaannya yang ada di dalam pikirannya dengan pikiran sendiri juga. Tidak pernah tersampaikan atau di terima oleh orang - orang di sekitarnya. Venya juga tidak pernah menyakan kenapa dan mengapa Gemma lebih memilihnya daripada teman - teman di tempat kuliahnya yang sudah jelas lebih dewasa dan juga lebih berpengalaman dalam berpacaran. Gemma lebih memilih dirinya dengan alasan yang bahkan tidak ingin diketahui oleh Venya. Gemma sebenarnya bisa memberikan alasan yang bagus jika di tanya oleh Venya. Namun, Venya benar - benar tidak ingin menanyakannya dan lebih memilih untuk diam tanpa bertanya. Gemma juga memilih dirinya mungkin untuk alasannya yang bahkan tidak Venya tanyakan. Bahkan, untuk Venya, Gemma adalah pacar pertamanya. Tidak ada yang istimewa ketika Gemma menyatakan cintanya pada Venya. Hanya sebatas menyatakan cinta dan tidak ada basa - basi untuk menjadikannya pacar. Venya saat itu hanya bisa diam sambil berfikir. Kemudian setelah lama diam, Gemma dengan mudahnya mengatakan, 'mulai hari ini, lo adalah pacar gue.' Katanya waktu itu. Venya sendiri tidak bisa menebaknya. Itu sama sekali tidak terencana. Tidak terasa bahwa dirinya dan Gemma sudah menjalaninya dengan baik tanpa ada gangguan apapun. Mereka sama - sama dengan dunianya yang mungkin jika dilihat dari luar dan dari jauh akan sangat berbeda jauh dan jompang. Gemma dengan banyak pergaulan di luaran sana sedangkan Venya yang lebih memilih dan selektif memilih orang untuk menjadi temannya. Selain itu, pergaulan Gemma yang bahkan tidak sepenuhnya Venya tahu adalah Gemma adalah orang yang aktif di club malam. Mungkin, dulu Venya memang tidak tahu. Tapi sekarang Venya tahu karena sering kali Venya memergoki bau asap rokok dan juga alkohol di mulut Gemma. Padahal, Gemma tidak mengatakan bahwa dirinya merokok atau bahkan mabuk. Setidaknya, Gemma sekarang sudah mengatakan bahwa dirinya memang sering ke club dan juga sering merokok. Sebelumnya, Venya kaget. Venya tidak menyangka bahwa Gemma yang dikenalnya sebagai pacar idaman setiap orang adalah orang yang seperti itu, dia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana Gemma bisa melakukannya di belakang Venya dan sering kali tidak bisa melihat kondisi saat itu. Namun, sekarang, Venya mulai memahaminya. Gemma merupakan orang dari golongan atas. Tidak terlalu atas seperti orang yang punya perusahaan atau bahkan punya beberapa saingan untuk bisnis di dunia orang tuanya. Hanya saja, Gemma adalah orang yang tercukupi sejak kecil. Dia tidak kekurangan apapun termasuk kasih sayang. Namun, setelah orang tuanya bercerai beberapa tahun yang lalu, teman 'nakal' - nya mengajarkan Gemma melakukan hal - hal yang negatif. Termasuk nongkrong di klub malam. Sebenarnya jika kesannya adalah 'nongkrong' itu tidaklah negatif, namun jika kata tanda kutif tadi ditambahkan kalimat belakangnya adalah klub malam, kata itu berbuah menjadi negatif tentu saja. Ketika Venya tahu bahwa Gemma merupakan orang yang seperti itu, Venya mencoba memahaminya dan mencoba menjelaskan sendiri di otaknya apa yang Gemma lakukan ini adalah sisi negatif seperti Venya yang sering kali kerap mencoba melukai dirinya jika sedang tidak konsentrasi dalam hidupnya. Hanya saja dua keadaan ini berbeda. Lantas, setelah Venya mengetahui semuanya, Gemma berjanji akan mengurangi sisi - sisi negatif yang bahkan tidak di sukai Venya itu. Beberapa bulan kebelakang memang benar adanya. Gemma tidak bau rokok atau bahkan alkohol ketika bertemu dengan Venya. Gemma merupakan anak laki - laki yang baik di mata Venya. Kesan itulah yang membuat Venya mempercayai lagi Gemma yang sudah mencoba memperbaiki dirinya sendiri setelah mengakui kesalahan - kesalahan yang ada. Untuk saat ini, Venya mencoba menerimanya kembali walaupun ada sedikit was - was di hatinya ketika Gemma mulai menghilang. Menghilang dalam artian dimana Gemma tidak bisa dihubungi dan juga tidak menghubunginya atau berpura - pura sibuk dengan urusan lain selain urusan dengan Venya. Dunianya kini kembali kemana pesan yang baru saja ia baca dari Gemma. Jarinya mengetikkan beberapa kalimat di layar ponsel layar sentuhnya. Selanjutnya dia tercengang begitu pesan itu sudah terkirim ke Gemma dan sudah ditandai dengan centang dua biru. Matanya terus menerus menatap layar di ponselnya. Dia berharap Gemma segera membalas pesan terakhir yang Venya kirim, karena jika lama di balas, kemungkinan Gemma juga menganggap pesannya tadi yang dikirim oleh Venya itu aneh dan tidak wajar. Namun, jika dibalas dengan cepat, kemungkinan Gemma tidak menganggapnya aneh. "Di rumah." Dengan segera, Venya menarik nafasnya pelan. Berarti pesan yang dikirimnya tidak aneh. Sekali lagi, Venya menatap layar ponselnya dengan pesan yang dikirim ke Gemma. Memang tidak aneh namun, rasanya baru sekarang Venya menanyakan hal seperti itu. Isi pesannya adalah, "lo sekarang lagi dimana, Gem?" Tidak aneh. Namun, sangat aneh untuk Venya karena Venya yang bahkan tidak enak hanya menanyakan hal itu. Tidak biasa. Dan tidak pernah Venya menanyakan hal itu. Tidak pernah ditanyakan kepada Gemma. Dia tidak pernah bertanya hal itu. "Kenapa?" Sekali lagi, pertanyaan dari Gemma membuatnya merasa aneh. Gemma juga tidak pernah bertanya hal seperti itu. Jika menurut orang - orang lain yang berpacaran dengan orang yang di sayanginya itu wajar, menurut Venya tidak. Mereka saling berbalas pesan adalah ketika mereka akan saling bertemu, saling memberi kabar dan juga saling bertukar pendapat. Venya mengigit bibirnya kecil, "jawab apaan nih gue?" kata Venya bermonolog. Beberapa kalimat sudah diketikkan di tab balas di layar ponselnya namun kembali beberapa kali Venya menghapusnya dan mengetikkan ulang kalimat - kalimat yang bahkan tidak ia mengerti juga. Lalu yang berhasil ia kirimkan adalah kalimat simpel yang tidak mengandung arti apa - apa untuknya. "Tanya aja." Selesai. Baru kali ini Venya merasa bahwa dirinya sangat bodoh dalam merangkai kalimat yang bahkan hanya dikirimkan kepada orang lain yang bisa dikatakan sebagai pacarnya itu. Pacaran dengan orang pertama kali itu adalah hal yang menyulitkan. Bagi Venya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD