Bab 8 : HANCUR

1033 Words
"Kenapa begitu?" Tanya Bunda Kori ketika Venya berbicara untuk keluar dari panti asuhan ini dan menjalani hidup untuk dirinya sendiri, "kamu ga betah lagi ada di sini?" Tanya bunda Kori lagi ketika Venya hanya diam, "apa yang buat kamu ga betah, nak?" Tambahan pertanyaan untuk Venya dari bunda Kori. Venya diam kemudian menggenggam jari jemari tangan bunda Kori yang terlipat di atas pahanya. Kemudian dia tersenyum, "ini baru rencana kok bun. Aku bilang dari awal atau hari ini biar suatu saat aku ga berat untuk bilang lagi." Ucap Venya menjawab pertanyaan bunda Kori yang pertama, "selanjutnya, ga ada yang buat aku ga betah di sini bun." Lanjutnya untuk pertanyaan kedua dan terakhir untuk bunda Venya. Bundanya berbalik menggenggam jemari Venya, "kamu yakin?" Tanya Bunda sekali lagi. Lagi, Venya tersenyum, "aku memikirkan ini ga hanya satu malam bund. Tapi hampir sebulan." Kata Venya kemudian menatap bunda yang sedang menatapnya khawatir. "Mungkin bisa satu tahun atau dua tahun lagi bund. Ga buru - buru kok aku." Kata Venya mencoba menenangkan pikiran dan perasaan bunda Kori. Keduanya diam setelah Venya menjawab pertanyaan terakhir milik bunda Kori. Sebenarnya, bukan hanya untuk menghidupi dirinya sendiri, namun, Venya memang membutuhkan waktunya sendiri dan tidak terganggu oleh apapun untuk pekerjaannya. Dia ingin melakukan apapun sendiri tanpa harus izin, tanpa harus memberitahu orang lain, tanpa harus tergantung pada satu dan lainnl hal seperti yang sudah terjadi di panti ini. Semua kebutuhan Venya memang Venya yang membelinya. Namun, masakan yang sehari - hari ia makan adalah makanan yang dimasak oleh orang lain. Dirinya hanya memberikan uang dan selanjutnya tidak tahu apa - apa. Bukankah itu ketergantungan kepada orang lain? Venya tidak ingin hidup seperti itu untuk ke depannya. Venya ingin mencobanya sendiri. Menghasilkan uang, belanja dan memasak untuk dirinya sendiri. Walaupun awalnya mungkin tidak akan mudah dan tidak akan semudah juga tidak akan sesederhana itu, tetap saja, Venya ingin mencobanya. Jika memasak hal sulit untuknya, mungkin dia akan membeli makanan jadi dan juga nasinya. Pada intinya, Venya ingin merasakan kesendirian. Dia tidak ingin di ganggu atau bahkan bergantung kepada orang lain. Jika dia tidak mampu, mungkin dia akan kembali lagi ke sini. Ke panti asuhan yang sudah membesarkan dirinya. Setidaknya, hal itu bisa membuatnya dewasa dan semakin menghargai hidup ini walaupun sebagian dari hati Venya sakit setiap kali orang tidak menghargai keadaannya. Sebagai contoh, pada tahun - tahun sebelumnya, atau bisa dikatakan ketika Venya berumur dua belas tahun, dia sudah berhenti berharap untuk mendapatkan ibu dan ayah yang akan mengadopsinya. Kenapa? Karena dirinya sudahh besar dan kebanyakan orang tua lebih memilih mengadopsi anak kecil daripada anak di atas usia dua belas tahun. Sepuluh tahun umur orang di dalam panti juga tidak menutup kemungkinan untuk bisa diadopsi walaupun sangat jarang namun, kasusnya pasti ada. Di titik itu, Venya merasa tidak dihargai. Dia juga sama berhak untuk menunjukkan dirinya bahwa dirinya tentu saja bisa diadopsi untuk dijadikan anak. Dia berjanji akan menjadi anak yang baik dan berbakti kepada orang tuanya nanti. Namun, tetap saja, dirinya sama sekali tidak di lirik oleh orang - orang yang senantiasa pergi dan kembali untuk mengadopsi anak kecil di bawah usia 10 tahun. Yang membuat Venya sangat merasa tidak dihargai adalah dirinya pernah sekali mendapatkan perhatian dari orang tua yang akan mengadopsi anak di panti asuhan ini dan kemudian meyakinkan Venya bahwa dirinya akan di adopsi oleh keluarga itu. "Kamu pintar, kamu juga rajin jika dilihat dari tanganmu yang tidak selembut anak - anak di usia sepertimu." Kata calon orang tau perempuan, "kami akan mengadopsimu." Ucapnya. Pada hari itu, jam itu, menit itu dan juga detik itu, Venya benar - benar berharap bahwa itu bukanlah mimpi. "Kami sudah punya anak laki - laki jauh dari usianya, dan kami memerlukan satu anak perempuan yang sudah bisa dikatakan dewasa karena kami tidak pernah merasakan punya anak perempuan." Ucap sang calon ibu Venya ketika di tanya alasan kenapa mengadopsi Venya yang umurnya bahkan sudah di atas rata - rata, "kami memerlukannya karena kami tidak pernah mengurus anak peempuan. Membelikan baju atau bahkan aksesoris perempuan untuk sekolah akan jauh lebih menyenangkan." Lanjutnya. Bunda Kori menatap Venya khawatir kala itu. Entah kenapa namun, setelah di selidiki lebih lanjut, bunda Kori merasa khawatir jika Venya nantinya akan dijadikan pegawai di rumah itu. Seperti kejadian pada seseorang sebelum Venya ada di sini. Yang mana orang itu bunuh diri karena terlalu malu untuk pulang dan terlalu tidak tahan dengan keadaannya. Maka dari itu, bunda Kori menjadi was - was untuk Venya. Khawatir akan kejadian itu yang bisa saja terulang lagi. Jadi, bunda Kori bertanya terlebih dahulu. "Tapi, ada anak usia sepuluh tahun perempuan selain Venya, bu." Kata bunda Kori, "kenapa harus di atas usia 10 tahun?" Tanya bundanya lagi untuk memastikan tidak ada yang salah. Ibu yang ditanya tersenyum kemudian menatap Venya, "karena saya yakin jika dia bisa diandalkan nantinya. Saya akan sekolahkan tinggi setinggi - tingginya dan tentu saja membiayai setiap kepentingannya. Saya hanya tidak mau menunggu lebih lama lagi untuk melihatnya menjadi seorang mahasiswa." Kata calon ibu Venya. "Apalagi saya berniat menjadikannya seorang dokter." Tambahnya. Hal itu semakin membuat Venya semangat untuk di adopsi. "Saya akan menyiapkan berkasnya, mungkin besok anda bisa kembali lagi ke sini sekalian menjemput Venya." Kata bunda Kori kepada calon orang tua Venya. Calon orang tua itu mengangguk kemudian beranjak dari kursinya, lalu berangkat memeluk Venya, "sampai jumpa besok, nak." Katanya di telingan Venya. Hangat. Rasanya Venya akan punya kehidupan yang lebih bahagia dari sini. Di mulai dari sini. Dan tidak akan terlupakan oleh Venya hari yang sangat menakjubkan ini. Selanjutnya, keesokan harinya Venya sudah siap dengan baju terbagusnya. Dengan tas punggungnya untuk menunggu dirinya dijemput. Dia tidak sabar. Memiliki orang tua tentu saja adalah impian setiap orang di sini. Di panti asuhan. Mereka akan sangat senang ketika ads orang tua yang cocok untik mereka. Lalu, setelah jam menunjukkan pukul empat sore, senyum Venya meluntur. Janji temunya adalah jam sembilan pagi. Sekarang sudah jam empat dan calon orang tua Venya tidak kunjunh datang. Selanjutnya, yang terjadi adalah berita buruk bahwa Venya tidak jadi di adopsi. Entah apa alasannya, Venya tidak ingin tahu. Bunda Kori merasa bersalah membelikannya banyak makanan kesukaan Venya pada saat itu. Venya tidak memakannya sama sekali. Tidak ada yang tahu perasssn Venya benar - benar hancur, hari itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD