Untuk lima menit setelah Bu Ola pergi meninggalkan Bian dan Kelvin berdua di dalam UKS, Bian dan Kelvin pun saling menatap dengan pandangan nyalah. Inilah hal yang akan terjadi bila kedua anak itu memiliki pemikiran yang bertolak blakang dan saat Bian tak menuruti kemauan Kelvin. Perdebatan akan terjadi, serta sisi buruk Kelvin yang amat pemaksa dan kasar pun akan keluar.
"Pokonya lo harus pulang, titik gak pake koma! gua mau telpon bunda sekarang!" Ucap Kelvin sembari mengambil smartpone dari saku celana dan menekan nomer satu dipanggilan cepat smartpone. Namun sebelum tersambung dengan telpon Sang Bunda, Bian sudah merampas smartpone yang kakaknya pegang dan langsung menyembunyikan smartpone itu pada saku bajunya.
Dengan tampang kesal Bian pun berdecak sebal atas tingkah kakaknya. Karena sungguh, Dia sangat membenci sifat kakaknya yang over kawatir seperti ini.
"Kak, gua itu cuman mimisan. Ngapain, sih pake telpon-telpon, bunda segala? Jangan besar-besarin masalah napa." protes Bian, namun tak di indahkan Kelvin. Cowo itu langsung berdiri dan menunjuk bahu Bian dengan kasar.
"Cuman mimisan lo bilang?! Cuman mimisan?? Liat tuh muka lo pucet banget kaya mayat! Tuh, baju lo penuh darah, lo masih bilang lo gak papa! Apanya, sih yang gak papa?! Hah! Kemarin lo juga kaya gini, lo bilang gak papa, tapi apa? akhirnya lo ambruk juga, kan!" Masih teringat jelas dibenak Kelvin bagaimana adiknya collapse satu minggu yang lalu dan membuat Kelvin panik setengah mati. Karena benar saja keadaan Bian saat itu benar-benar buruk, karena dia sampai harus di bawa ke rumah sakit dan tak sadarkan diri selama 5 jam. Bagaimana saat ini Kelvin tak takut.
Bian berdecak sebal, anak itu tau bagaimana keras kepalanya Kelvin. Karena saat Kelvin sudah berkehendak dan menginginkan sesuatu memang akan sulit membujuknya. sebenarnya pada saat seperti ini biasanya Bian akan mengalah. Dia lebih suka mengalah dari pada bertengkar dengan kakaknya namun untuk kali ini, Bian tak ingin melakukan hal tersebut. Karena sesuatu ini sudah menyangkut bundanya. Karena dia tak ingin membuat bundanya menangis lagi seperti tadi pagi saat wanita itu mengetahui bahwa dirinya sakit. Maka, kejadian mimisan kali ini bundanya gak boleh tau. Kalau samapi tau bisa-bias Bian di bawa ke rumah sakit lagi.
"Tapi sekarang gua gak pingsan, jadi jangan lebay!" Saut Bian yang ikut emosi. "Lagian tau apa lo? gak usah ikut campur. Badan-badan gua. Gua bilang gak papa ya gua gak papa! dan lo..."
BBRAK!!
Kalimat Bian terhenti seketika saat Kelvin tiba-tiba menendang kursi di depan Bian hingga terbalik dan menimbulkan suara keras.
Untuk sepersekian detik Bian membatu dengan pandangan yang menatap nanar kursi di hadapanya, jantungnya serasa berhenti berdetak saat menyaksikan kejadian itu. Karena ini adalah pertama kalinya Bian melihat Kevin semarah ini hingga menendang kursi. Kemudian dengan perasaan takut dan bersalah Bian pun menoleh ke arah sang kakak yang menunjukan wajah kaku yang sangat Bian benci.
"Ya.. Gua emang gak tau apa-apa. Gua emang lebay." Ucap Kelvin dingin lalu pergi meninggalkan Bian yang masih mematung menujuh pintu.
Brak!
Pintu itu tertutup dan sisakan Bian sendiri di dalam ruang itu dengan perasaan campur aduk.
Dia telah membuat kakaknya marah, dan ini adalah hal yang gawat. Karena saat Kelvin sudah marah anak itu akan sulit untuk memaafkan.
"Ah.. s**t!" Bian mengacak rambutnya asal lalu merebahkan tubuhnya di ranjang. Bian tak bermaksud membuat kakaknya marah, dia hanya meminta pengertian kakaknya. Karena Bian sangat tidak suka melihat Kak Kelvin dan bunda terus menghawatirkannya. Tapi sial, semua malah jadi seperti ini.
Mata tajam itu perlahan-lahan terpenjam. Kepalanya jadi terasa pening, mungkin karena terlalu banyak mengeluarkan darah dia jadi terserang anemia. Tubuhnya benar-benar lemas saat ini.
Namun sebelum mata Bian benar-benar terpenjam dia pun kembali membukanya lagi saat mendengar suara pintu terbuka. Awalnya Bian pikir itu adalah Kelvin, dia pun langsung bangkit dari posisi tidurnya bersiap minta maaf. Namun sayang, perkiraanya salah. Karena yang datang adalah orang yang sangat tidak ingin Bian temui dalam keadaan Bian yang sedang lemah seperti saat ini.
Jadi Bian pun kembali membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya berpura-pura tidur. Sungguh, pada saat seperti ini Bian sangat ingin pingsan duluan sebelum dia di buat pingsan oleh orang yang saat ini berjalan ke arahnya.
Di dunia ini ada tiga tempat yang sangat Bian benci meski Bian tak pernah ucapkan. Yang pertama, kamarnya di malam hari, yang ke dua, rumah sakit, dan yang ke tiga sekolah. Dan Kalau ditanya hal apa yang paling Bian benci seumur dia bersekolah bersama Kelvin jawabanya cuman satu, yaitu bertemu dengan rival-rival kakaknya.
Ya.. Kelvin itu bukanlah anak teladan, dia hobi tawuran, berkelahi, dan bikin masalalah terlebih lagi dia juga memiliki sifat keras kepala dan tak dapat di bantah, dia juga benci kalah. Meski sebenarnya Kelvin memiliki hati baik namun karena sifat buruknya itu dan mungkin karena kepopuleranya atau kelebihan anak itu yang begitu menonjol membuat banyak orang iri. Jadi dia selalu memiliki musuh di sekolah. Musuh yang diam-diam selalu mem-bully Bian tanpa sepengetahuan Kelvin.
Karena sebuah cara terbaik untuk menghancurkan musuh adalah mengambil sesuatu atau menghancurkan sesuatu yang paling berharga bagi musuh kita. Jadi Karena mereka tidak bisa mengenai Kelvin maka adiknya pun jadi sasaran. Terlebih lagi semua orang tau bahwa Bian adalah adik kesayangan Kelvin. Jadi Bian adalah target yang pas untuk jadi pengganti sementara, pelampiasan emosi. Ya karena Bian adalah titik lemah Kelvin. Sedangkan Bian, dia bukan tipe orang yang lebih suka meminta perlindungan dari bayang-bayang orang lain. Dia tak suka orang lain terluka karena dirinya. Maka dari itu Bian pun bungkam atas bully yang dia dapatkan. Meski hal itu berat tapi dia tak akan meminta bantuan dari kakaknya. Karena Bian sangat tau betul sifat buruk kakaknya saat anak itu sudah murka.
Seorang siswa yang baru masuk ke dalam UKS itu duduk di samping Bian, melirik Bian sesaat dengan tampang datarnya lalu mengabil sebatang roko dari saku celana. Karena tadi pintu UKS sudah Devan kunci dan tak ada siswa yang berjaga di UKS hari ini jadi temapt itu aman. Terlebih lagi di depan dua kaki tangan Devan sudah berjaga, jadi tak ada yang perlu di cemaskan.
********
Mobil honda crz putih itu melaju cepat menerobos jalan Ibu Kota. Setelah tadi dengan susah paya akhirny Ozil berhasil menerobos kabur dari sekolah, dan kini Ozil pun tak tau mau dia bawa kemana mobil yang sedang dia kendarai ini berserta pemiliknya yang hanya diam sambil menatap kosong ke luar jendela. Suasana hati Kelvin sedang buruk saan ini, sangat buruk.
Ozil kembali mengingat kejadian tadi saat memergoki Kelvin bertengkar dengan Bian di UKS hingga menendang kursi. Itu adalah fenomena yang baru kali pertama Ozil lihat. Karena biasanya kalau marah pada adiknya Kelvin paling cuman marah mulut, gak pernah samapi memukul atau merusak benda-benda di sekitarnya. Tapi untuk tadi Kelvin melakukan hal itu, dan hal itu tentunya sangat membebani pikiran Ozil. Makanya saat melihat Kelvin bukan kembali ke kelas tapi malah pergi ke parkiran Ozil buru-buru mengikutinya dan menawarkan diri menjadi supir. Karena kalau tidak begini Kelvin pasti akan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan.
Untuk sejenak Ozil menoleh ke arah Kelvin yang masih menatap ke luar jendela.
"Jadi kita mau ke mana, Bos?" tanya Ozil memecah keheningan.
Satu detik, dua detik, kelvin tak juga membuka mulut. Hingga senyuman tipis pun terhias di bibirnya.
"Gua akan ikut tawuran besok."
*******
"Assalamualaikum.. Bian pulang.." Bian menutup pintu rumahnya dan sepi yang dia dapat. Sekarang baru jam 15.00 kalau suasana rumah sesepi ini berarti bundanya belum pulang dari caffe dan Kak Kelvin juga belum pulang.
Bian berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu. Mengingat kejadian tadi saat dia bertengkar dengan Kak Kelvin membuat Bian merasa bersalah. Terlebih lagi Kak Kelvin tidak kembali ke UKS untuk menjemputnya dan malah membolos dari pelajaran setelah itu. Maka hal itu adalah tanda bahwa Kelvin benar-benar marah hingga tega membiarkan Bian pulang sendiri. Ah, menyebalkan. Kalau saja tadi Bian tidak bertengkar dengan Kelvin pasti saat ini dia tidak akan berada di rumah seorang diri. Karena Bian sangat membenci suasaan sepi seperti ini.
Untuk sejenak, Bian hanya terpaku menatap pintu kamarnya. Ada perasaan ragu dan takut saat dia ingin masuk ke dalam kamarnya. Padahal itu adalah kamarnya sendiri. Kamar yang selalu dia tempati untuk melepas lelah setelah beraktifitas sepanjang hari, Tapi tetap saja perasanaan itu selalu muncul saat Bian membayangkan bahwa dirinya akan berada di dalam kamar itu seorang diri.
Perasaan takut dan sakit yang tak pernah bisa hilang meski Bian telah meminum banyak obat penenang sekali pun. Perasa sakit yang diberikan ayahnya untuk waktu yang lama dan membuat Bian trauma hingga saat ini. sesuatu yang di hadiahkan oleh sang ayah untuk Bian anak kesayanganya. Meski ayahnya sudah tak tinggal di rumah ini lagi, meski kejadian itu sudah lama berlalu, namun perasaan yang dulu Bian rasakan masih membekas hingga saat ini. Apalagi semalam mimpi buruk itu kembali muncul dan mengingatkan Bian akan kejadian kelam itu.
Untuk sejenak Bian memejamkan matanya, menghirup nafas panjang lalu menghembuskanya perlahan guna menghilangkan rasa sesak yang mengisi rongga dadanya. Setelah anak itu sudah merasa siap dia pun meraih kenop pintu berniat untuk membukanya, namun sebelum tanganya itu benar-benar melakukan gaya untuk membuka pintu kayu itu, pintu kayu itu sudah terbuka dengan sendirinya dan sebuah pelukan erat pun Bian dapatkan.
Bunda..
Wanita itu menangis di pelukan bian.
*****