Bab 2

1054 Words
Fellycia dipersilahkan masuk, empat orang pria di dalam sana langsung menatapnya."Selamat malam, saya Fellycia." “Ah, ya, Fellycia...dari Madame Rose?"tanya Nathan memastikan. Fellycia mengangguk dan tersenyum dengan sopan."Iya benar. Panggil saja saya Felly." "Baik, Felly, silahkan duduk. Kita akan segera berangkat,"kata Evans. “Terima kasih." Fellycia duduk di kursi yang disediakan, ia deg-degan sekaligus tidak menyangka akan naik jet pribadi ini. “Beneran dia orangnya?"tanya Adam tak percaya, Felly lebih terlihat seperti wanita baik-baik. "Iya, dia orangnya. Cantik dan manis bukan?"sahut Nathan. "Tapi, dia nggak kelihatan 'b***h'nya. Jangan sampai nanti dia nggak bisa apa-apa." Adam masih belum yakin dengan Fellycia, justru ia merasa mereka sedang ditipu oleh Madam Rose karena mengirimkan sembarang wanita. “Udahlah, mau pakai baju apa pun yang penting dia itu wanita, punya Miss.V. Ayo duduk dan kita berangkat!" Kevin menengahi perdebatan mereka, baginya tidak ada yang salah dengan Fellycia, cantik,manis, seksi, dan terlihat menggairahkan meski tidak memakai pakaian yang seksi. Ia sudah tidak sabar untuk segera tiba dan menikmati waktu santai ditemani wanita itu. Fellycia melirik ke arah pria-pria di sekitarnya, ada tatapan tajam, tatapan menyeringai, bahkan ada yang terkesan datar saja seolah-olah tidak ada wanita di sini. Fellycia berusaha tersenyum ramah, ia masih belum bisa berbuat apa pun selain diam, ini di pesawat, sedikit takut untuk bergerak ke sana ke mari. "Mau minum?"Nathan menawarkan wine pada Felly. "Thanks." Wanita itu menerima segelas wine dan meminumnya sedikit. “Kamu terlihat gugup, Felly...." "Ah, ini pertama kalinya aku naik pesawat,"ucapnya jujur. "Oke...itu juga yang membuat kamu tidak nyaman ya. Kamu pusing?" “Tidak , hanya sedikit gemetaran saja." Fellycia tertawa. “Baiklah, kamu istirahat saja supaya tenang, kami tidak akan mengganggumu sampai kita tiba." Nathan pun membiarkan Fellycia istirahat. Lagi pula ini sudah malam, mereka juga butuh tidur karena lelah seharian bekerja. Fellycia terbangun saat ada yang menyentuh lengannya pelan. Wanita itu menguap, pramugari di sebelahnya tersenyum. “Ibu, kita sudah sampai." “Terima kasih." Fellycia melihat sekeliling, pintu pesawat sudah dibuka. Beberapa kursi pun sudah kosong, tersisa Evans yang memang masih sibuk memasukkan barang ke dalam tasnya. Felly bangkit dan segera turun, diikuti oleh Evans di belakangnya. Ia disambut oleh petugas di sana. Tampak empat pria itu bicara dengan orang-orang berseragam, kemudian menatap Fellycia bersamaan. Fellycia mengangkat bahunya, tak mengerti mengapa mereka menatapnya seperti itu. Kemudian mereka kembali sibuk bicara, Felly menikmati minuman yang diberikan pramu saji sebagai sambutan. “Felly, ayo!"panggil Nathan. Felly meletakkan gelas, kemudian mengikuti laki-laki itu. Mereka memasuki vila, masing-masing duduk di sofa. Felly ikut duduk. "Ini udah malam, aku langsung tidur aja,"kata Adam yang sudah menguap dari tadi. Kevin terkekeh melihat kelakuan Adam."Jauh-jauh ke sini mau tidur? Payah!" "Iya, besok saja bersenang-senang ya. Lagi pula tadi aku habis dari luar kota,"katanya cuek sambil masuk ke salah satu kamar. "Fell,kamu ikut saya ya!"kata Evans. Felly menatap pria itu,"ah iya, baik!" Kevin dan Nathan bertukar pandang, lalu mereka tertawa karena Evans mengambil kesempatan duluan. “Kalian mau juga?"tanya Evans begitu melihat Kevin dan Nathan menatapnya sambil tertawa."Oh ...nggak, masih banyak waktu. Lagi pula kita mau minum-minum dulu malam ini,"sahut Nathan. “Silahkan menikmati malammu,bro!" Evans masuk ke kamar, memberi kode pada Felly agar mengikutinya."Kamu istirahat aja ya di sini." “Oke." Felly membuka pakaiannya, menyisakan celana dalam saja. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Evans membuka kausnya, melirik tubuh seksi Felly. Cara wanita itu naik ke atas tempat tidur membuatnya mengeras. Ia masuk ke dalam toilet untuk sikat gigi dan cuci muka. Felly berbaring, termenung, belum ada tanda-tanda tubuhnya akan dijamah oleh laki-laki yang ia belum tahu namanya. Pintu toilet terbuka, Evans tersenyum pada Felly yang menatapnya. “Aku belum tahu namamu..." “Panggil saja Evans." Evans naik ke tempat tidur, berbaring di sebelah Felly. "Baik, Evans..." Felly menatap tangan kekar Evans menyentuh belahan dadanya, kemudian pria itu membuka kaitan bra-nya."Berapa usiamu?" “Hmmm...dua puluhan." “Misterius." Evans menyeringai sebab Felly tidak memberi tahu angka pastinya. Pria itu mengecup bibir Felly, melumatnya lembut. Felly memejamkan mata, membalas ciuman Evans, mengusap punggung dan leher laki-laki itu. Ciuman Evans berpindah ke leher, d**a, perut, kemudian berpindah ke paha Felly. Tangan Evans mengusap milik Felly dari luar celana dalamnya. Cara Evans terlalu lembut, menurut Felly,ia suka cara yang sedikit kasar namun tidak menyakiti.  Tapi, biar pun begitu, ini sudah mampu membangkitkan gairahnya. Felly mengalungkan tangannya di leher Evans, menatap mata laki-laki itu. Evans sempat berhenti beberapa detik, kemudian kembali mencium lekukan leher Felly, dan memberikan gigitan kecil di sana. Kaki gadis itu naik ke b****g Evans, kemudian pelan-pelan ia menurunkan handuk yang melingkar di pinggang laki-laki itu.MDengan cepat Felly meraih milik Evans yang tercetak di celana dalamnya. Menggenggam dan mengusapnya sampai benar-benar mengeras. Evans menggesekkan miliknya dengan milik Felly dalam keadaan mereka masih memakai celana dalam. Kemudian ia membuka laci nakas dengan cepat, mengambil pengaman dan memakainya. Setelah itu ia menurunkan celana dalam Felly, membuka paha wanita itu lebar-lebar dan menghujamkannya. Mata Felly terbelalak, ia sudah merasakan miliknya disentuh begitu dalam, namun, ia tahu milik Evans belum sepenuhnya masuk. Mungkin, pria itu memiliki ukuran yang besar dan panjang, entahlah, Felly tidak sempat melihatnya dengan jelas. Evans terus menghunjamkan miliknya, pria itu terdengar mengerang beberapa kali. Fellycia memeluk tubuh Evans, ia hanya mendesah pekan di telinga laki-laki itu. Tiba-tiba ia merasakan pelukan Evans yang begitu erat, bahkan ia hampir kesulitan bernapas saat pelepasan itu tiba. Embusan napas tak teratur di rasakan Felly di dekat telinga. Evans masih di atas tubuhnya, perlahan, pria itu bergerak dan melepas pengamannya. Felly memejamkan mata, ranjang ini sangat empuk, membuatnya nyaman dan ingin tidur saja. Ia bisa merasakan Evans bergerak ke sana ke mari, entah apa yang dilakukan pria itu. Tapi, kemudian ia merasakan pria itu sedang memeluknya. Felly membuka mata, Evans sudah tidur. **   Pagi-pagi sekali, entah pukul berapa ini, Fellycia merasa pintu kamar terbuka. Ada satu orang yang masuk dan berbaring di sebelahnya. Dengan mata yang berat, ia berusaha melihat siapa laki-laki yang datang, mungkinkah itu Evans yang baru saja dari luar "Hai, Honey!" Suara itu berbeda sekali dengan suara Evans, tentunya bukan laki-laki itu karena Evans masih ada di sisi kanannya. “Jangan bingung, sayang, ini aku...Adam." Pria itu membuka celananya. Fellycia berusaha duduk, tapi Adam mencegahnya. Ia menggenggam tangan Fellycia dan mengarahkan pada miliknya. Wanita itu terbelalak, ini masih begitu pagi dan ia sangat mengantuk. Tapi, ini adalah pekerjaannya, ia harus tetap profesional. Pagi-pagi seperti ini memang saatnya milik laki-laki bangun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD