Bagian 2 - Sosok

1311 Words
    Suasana kelas science 1 terlihat lebih tenang dari biasanya. Semua siswa sudah berada ditempatnya masing-masing karena hari ini kebijakan sekolah baru tentang pemindahan kelas diberlakukan. Wali kelas mereka—Mrs. Bella— hadir hari ini untuk mengatur kelasnya.     "Pagi semuanya. Semoga hari ini masih dalam keadaan sehat ya."     "Pagi Miss!"     "Baiklah, seperti yang kalian semua ketahui sebelumnya bahwa hari ini kita akan melakukan pembagian kelas ulang. Jadi setelah ini akan ada perubahan anggota kelas dikarenakan science 6 akan segera dihapuskan. Untuk anggota baru silahkan masuk dan memperkenalkan diri masing-masing."     Clorine hanya tidak perduli dengan murid baru atau pindahan yang akan masuk kedalam kelasnya. Fikirannya sejak tadi hanya berputar kepada mimpi-mimpi anehnya yang semakin hari terasa semakin nyata. Terlebih soal bayangan hitam yang selalu mengikutinya. Clorine yakin sekali bahwa dia tidak pernah salah melihat selama ini. Dia benar-benar diikuti mahluk halus. Lebih parahnya mimpi-mimpi yang selalu dilaluinya membuat Clorine berfikir mungkin saja dia tengah dintai oleh malaikat kematian.     Bulu kuduk Clorine mendadak merinding.     "Ini kursi kosong kan?"     "Ya." Jawab Clorine santai sambal mencoret-coret bukunya. "Tunggu!" mata gadis berambut pirang itu tiba-tiba terbelalak lebar. "Kau? Siapa? Ini kursi Audrel, kau tidak seharusnya berada di sini."     Respon pemuda dihadapannya yang hanya menatapnya memuat Clorine mengeram kesal.     "Minggir dari sini."     Pemuda itu diam saja membuat Clorine mencengkram kerah bajunya dengan wajah dinginnya.     "Kau tuli?"     "Clorine. Tolong jaga sopan santun mu. Saya yang menyuruhnya duduk disana. Jadi jangan sekali-kali membuat keributan lagi di kelas." ucap Mrs. Bella membuat Clorine mengeram dan melepaskan tangannya dari kerah pemuda itu.     "Maafkan saya, Miss. Saya tidak sengaja. Tadi hanya gerakan refleks pertahanan diri." Kata Clorine asal, membuat wali kelasnya mengeleng tidak percaya ketika mendengar jawaban tak masuk akalnya. Lagipula dia baru saja bertingkah seperti korban kejahatan padahal sosok disebelahnya hanya diam tanpa melakukan apapun.     "Mrs!" Clorine mengangkat membuat Mrs. Bella kembali menolehkan kepala kepadanya.     "Ada apa, Clorine? Ada yang ingin kau tanyakan?"     "Aku tidak setuju untuk duduk bersama dengannya." Clorine menunjuk pemuda yang berada disebelahnya. "Audrel sudah terbiasa duduk sebangku dengan ku, Mrs. Bella. Dia pasti sedih sekali jika harus duduk terpisah dengan ku kali ini." Clorine tersenyum, berusaha semampunya untuk mempertahankan posisi Audrel disebelahnya.     "Tidak bisa, nona McCanne. Sekarang dia adalah teman sebangku baru mu. Mulai hari ini dan seterusnya akan seperti itu. Tidak ada bantahan lagi."     "Tapi kasihan Audrell."     Nafas Mrs. Bella terhembus berat mendengarkan satu siswanya yang selalu keras kepala ini.     "Kamu tidak perlu memikirkan Audrel, Clorine. Dia akan baik-baik saja bersama Arnold Gayster. Atau kamu bisa mengantikannya disudut sana?"     Clorine cemberut, menggeleng dengan cepat ketika membayangkan dia harus semeja dengan Arnold Geyster—saingannya di kelas ini. Clorine berjanji dia tidak akan menyapa lelaki itu sekalipun. Apalagi sampai sebangku berama cowok sok keren itu, tidak akan.     "Bagus. Kalau begitu kamu hanya perlu duduk diam tanpa protes. Saya dengar dari guru lain kalau kamu sering kali membuat masalah di kelas bersama Audrel. Jadi mulai sekarang saya akan memisahkan kalian berdua agar kegiatan belajar kalian menjadi efektif. Mengerti?"     Tidak ada bantahan, hal itu membuat wali kelas merasa senang.     "Baiklah, kalau begitu urusan saya disini sudah selesai. Selamat pagi anak-anak."     "Selamat pagi Miss!" teriak anak-anak yang akhirnya bisa bebas melakukan apapun karena selanjutnya hanya ada free class dan biasanya anak-anak akan melakukan olahraga diluar gedung sekolah.     Ketika suara bel istirahat berbunyi. Clorine dan Audrel yang terlambat masuk kelas tadi pagi memilih menuju kekantin untuk membeli makanan. Mereka biasanya duduk di meja kantin di sudut dekat kolam, dan seperti biasanya saat berjalan melintasi rombongan pria-pria bodoh disekolah ini Audrel akan selalu digodai oleh mereka. Maklum, gadis itu adalah salah satu cewek populer disekolah. Terlebih Audrel termasuk anggota cheerleaders sekolah yang selalu menjadi fantasi bodoh mahluk-mahluk itu. Clorine sering kali memikirkan hal ini, jika saja bukan karena dia yang sudah berteman dengan Audrel sejak kecil, gadis itu mungkin tidak akan pernah mau menghabiskan banyak waktunya bersama-sama dengan Clorine.     "Hey, girls." seorang pemuda melompat kekursi panjang yang Clorine dan Audrel tempati, membuat Clorine yang tidak fokus hamper menyemburkan jus jeruk yang sedang diminumnya.     "Pujaan hati Clorine datang." ujar Audrel yang membuat Clorine mendelikkan mata kesal kepadanya.     Pemuda dengan senyuman berlesung pipi itu Keanu, lebih tepatnya Keanu Maurel. Dia adalah satu-satunya pria di sini yang memilih menaruh hati pada Clorine. Tipe-tipe pemuda yang menjadi idola kebanyakan anak perempuan. Jujur saja, sebenarnya Clorine tak pernah berfikir lebih soal Keanu. Dia hanya merasa bahwa Keanu lebih pantas menjadi temannya saja, tidak lebih. Mungkin beberapa orang bisa mengatakan kalau Clorine adalah gadis yang tidak tahu diuntung. Karena seorang Keanu Murel yang pernah menyatakan cintanya kepadanya di lapangan sekolah, hanya berujung ditolak dengan alasan dia tidak suka. Semudah itu.     Tapi walaupun Keanu tidak pernah merasa itu masalah, dia menerima dengan lapang d**a dan justru mengejar Clorine lebih gencar. Benar-benar pria yang pantang menyerah.     "Ada apa?"     Pertanyaan dari Clorine membuat Keanu menggeleng dengan senyuman kecil.     "Tidak ada. Hanya ingin duduk disini karena meja yang lain penuh. Apa tidak boleh?"     "Tentu saja seluruh kursi disini bebas ditempat siapapun. Kita semua membayar untuk tempat ini kan?" Clorine memaksakan senyumnya membuat Keanu mengangguk penuh semangat dengan cengiran lebarnya.     "Apa kau tidak lelah menunggu Clorine menaruh rasa padamu, Key? Lebih baik kau melihat orang lain yang sudah lama menyukai mu, dari pada terjebak dalam cinta satu pihak seperti itu." Audrel besuara membuat Clorine menaikkan kedua alis. Menunggu jawaban Keanu yang sebenarnya sangat membuatnya penasaran selama ini. Sampai kapan dia akan mengikuti Clorine seperti ini kan.     "Bagiku semuanya akab baik-baik saja selama Clorine tidak jauh dari pandangan ku. Aku akan membuatnya balik menyukai ku, Dre. Tenang saja."     Audrel yang baru mendapat pesanannya megaduk-aduk bubur yang ada didepan matanya setelah mendengar kalimat Keanu. Clorine hanya bisa tersenyum kecil memperhatikan. Sudah berteman sekian tahun lamanya mana mungkin dia tidak menyadari bahwa sahabatnya sendiri ternyata menyukai lelaki yang berada dihadapan mereka saat ini.     "Tunggu. Kenapa ada ramai-ramai disana?" Keanu bersuara membuat Clorine dan Audrel menoleh kearah yang dimaksud. Ketiganya sibuk menyipitkan mata mencoba mencari tahu.     "Oh itu. Itu Revano." jawab Audrel sambil menyuap makannya.     "Revan? Revano siapa?" tanya Keanu yang terlihat penasaran.     "Anak baru dikelas."     "Oh. jadi namanya Revano?" ujar Clorine dengan anggukan pelan. Dia baru menyadari bahwa teman sebangkunya yang membuatnya kesal itu ternyata bernama Revano.     "Serius? Kau duduk sebangku dengannya, Clo!" Audrel melotot dengan raut tidak santai membuat Clorine menyipitkan mata tidak suka.     "Dia membuat kau menjadi jauh dari jangkauan ku, nona Audrel!"     "Benar-benar kekanak-kanakan!"     "Yaish! Berhentilah kalian berdua berbicara. Habiskanlah makanan kalian terlebih dahulu." Keanu mengintrupsi. Clorine dan Audrel saling mendengus kesal. "Lihat, makanannya kemana-mana." Keanu berkata sambil menyodorkan tisunya ke bibir Audrell. Clorine menaikkan alisnya penuh ketertarikan.     "Ya, maaf. Aku hanya tidak percaya dengan mahluk aneh itu."     Clorine mendengus kesal ketika disebut-sebut Audrel sebagai mahluk aneh. Rasa-rasanya Audrel tidak paham bahwa dia sama anehnya dengan sahabat yang dia bicarakan barusan.     Clorine hanya bisa melipat tangannya di meja kantin, menaruh kepala diatasnya dan menatap kearah mereka berdua. Gadis itu hanya bisa tersenyum kecil melihat interaksi keduanya.     Sebuah kilatan hitam yang aneh kembali melewati samping kanan Clorine, membuat gadis itu berdiri dan menoleh dengan cepat. Clorine mencengkram mejanya dengan erat. Bayangannya semakin hari terlihat semakin jelas.     "Ada apa, Clo? Kenapa kau tiba-tiba berdiri? Ada yang aneh? Kau selalu terlihat begitu belakangan ini." Audrel bertanya membuat Clorine menggelengkan kepalanya dengan cepat. Rasanya keringat dingin sudah membasahi pakaiannya sekarang.     "Tidak ada papa, aku Cuma—" melihat hantu. "Ingin ke toilet. Hehe. Hanya sakit perut. Iya. Kalian berdua tunggu disini sebentar ya? Aku akan kembali secepatnya."     Clorine berjalan dengan cepat, melewati koridor dengen mengusap tengkuknya tanpa menghiraukan panggilan Audrel. Masih sama saja. Rasanya sangat aneh hingga Clorine memutuskan untuk mencuci muka dan menatap pantulan dirinya dari kaca.     Gadis itu menghela nafas panjang. Jika difikir-fikir, ini semua pasti berhubungan dengan masa lalunya. Pasti semua kekuatan dan kejadian-kejadian aneh yang setiap hari muncul—bahkan menjadi lebih sering belakangan ini—berasal dari kedua orang tua kandungnya. Karena bayangan itu muncul semakin jelas, sejelas mimpi-mimpi yang tidak dikenalinya masuk setiap malamnya ketika dia tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD