bc

Ranjang Panas Lain Suamiku

book_age18+
35
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
HE
heir/heiress
tragedy
bxg
enimies to lovers
actor
brutal
like
intro-logo
Blurb

Suamiku berkhianat dengan lawan mainnya dan itu membuatku sakit hati.

Kupikir sampai di situ saja tapi ternyata Mas Bian dan Sheila semakin menggila di belakangku.

Aku memutuskan untuk pergi, tapi sebelumnya aku harus membalas sakit hati dan perbuatan mereka.

Aku yakin kalau kabar terus selingkuhannya terbongkar ke publik, Mas Bian dan wanita itu tidak akan memiliki wajah di panggung hiburan lagi.

Tunggu sampai saatnya tiba, Mas. Kamu pasti akan menyesal sudah mengkhianati aku!

chap-preview
Free preview
Wanita yang Kau Sebut
Waktu hampir menginjak dini hari, namun entah kenapa mataku tidak juga mau terpejam. Pikiranku terus mengarah pada Mas Bian yang tak kunjung pulang. Pukul sepuluh tadi malam, dia mengabarkan akan segera tiba di rumah. Tapi, hingga empat jam kemudian, pria itu belum juga menampilkan batang hidungnya. Sebagai seorang istri yang memiliki suami dengan tingkat kepadatan aktivitas tak mengenal waktu, aku memang dituntut untuk mengerti. Tapi jika perkataan tidak sesuai dengan kenyataan, tentu saja aku menjadi gelisah dan kepikiran. 'Sebenarnya kamu di mana, Mas?' Namaku Marina. Aku dan Mas Bian menikah 5 tahun yang lalu. Kami sudah dikaruniai seorang jagoan kecil bernama Richie. Hidup kami pun terbilang bahagia dengan ekonomi yang perlahan naik. Suamiku tidak bekerja di kantoran atau pun memiliki usaha. Dia adalah seorang aktor yang namanya tengah dielu-elukan oleh kaum wanita dan kaum ibu-ibu di negeri ini. Setelah belasan kali membintangi drama TV, akhirnya Mas Bian mendapat kesempatan saat diangkat menjadi pemeran utama dalam sinetron striping yang ternyata belakangan booming dan banyak peminatnya. Meski ternyata dibalik semua itu, aku harus rela membagi waktunya yang sedikit untuk kami dengan pekerjaannya yang tak mengenal waktu itu. Rasa kantuk tak juga datang, aku memutuskan untuk menunggunya di sofa ruang tamu. Tak mau ketiduran di kamar, takutnya jika itu pria itu pulang, aku tidak mendengarnya karena sudah terlelap tidur. Membuang rasa penasaran, 'ku putuskan untuk menghubungi Sony. Dia adalah asisten yang mengatur jadwal dan semua kebutuhan Mas Bian. "Kami sedang dalam perjalanan pulang. Bentar lagi nyampe ini. Mbak tenang saja, Pak Bian aman bersamaku," paparnya saat kutanya masih di mana mereka. "Ya udah, hati-hati di jalan, ya, Son." "Siap, Mbak." Lega rasanya telah mendengar pesan dari asisten kepercayaan suamiku itu. Dan benar saja, tak lama kemudian deru suara mobil terdengar di halaman. Gegas aku keluar setelah membenarkan pakaian dan merapikan jilbab. Namun mulutku menganga melihat pria itu yang langsung dibopong oleh dua orang. Sopir dan asistennya membawa Mas Bian yang terus mengoceh dan membaringkannya di atas tempat tidur. "Mas Bian kok bisa mabuk sih, Son? Memangnya ada pesta apa, dan kenapa bisa sampai seperti itu?" Aku memberondong pria yang tengah menyeka keringat di pelipisnya dengan ujung tangan. Sony tampak gelagapan dan tidak berani menatap mataku. "Maaf Mbak, sebaiknya Mbak tanya langsung kepada Pak Bian nanti. Daripada saya salah memberikan informasi." Sony langsung pergi sementara sopir kembali ke kamar di bagian belakang untuk istirahat. Kupandangi pria yang terlelap di atas tempat tidur itu. Mas Bian masih mengoceh. Dan yang membuatku heran sekaligus terkejut adalah nama wanita lain yang dia gumamkan. "Kamu benar-benar seksi, Sheila. Aku benar-benar terpesona dengan kecantikanmu." "Kapan kita bisa bersama lagi, Sayang ... Aku penasaran dengan gayamu ...." "Sheila ... Sheila ....!" Nama itu terus keluar dari bibirnya. Mas Bian terus menggumamkan nama wanita yang tak lain adalah pemeran utama wanita dalam sinetron yang dibintanginya. Suaranya melirih. Mas Bian kemudian terlelap dengan seluruh badan bau alkohol. Rasanya jijik dan marah melihat suamiku memikirkan wanita lain. Tapi bukankah pria yang tengah mabuk tidak pernah berbohong? Apa yang keluar dari mulutnya adalah kebenaran yang diucapkannya dalam keadaan tidak sadar. Aku menggeleng tak percaya, menahan perih dalam hati yang rasanya seperti disayat-sayat sembilu. Kutinggalkan pria itu dan kuputuskan untuk pergi meninggalkannya. Masuk ke dalam kamar Richie dan terlelap di samping putraku yang berusia hampir 4 tahun. *** Pagi menjelang. Suara beberapa burung berkicau dari halaman samping rumah. Burung koleksi milik Mas Bian yang belakangan tidak pernah dirawat atau pun diperhatikan oleh tuannya. Tiba-tiba sebuah tangan yang hangat melingkar di perut. Bau alkohol masih tercium dari bibir suamiku. Tanpa merasa bersalah padaku, dengan polosnya dia tersenyum dan mendaratkan bibirnya di kening. "Pagi, Sayang. Mas 'gak tau kalau kamu tidur di kamar Richie. Saat Mas mencari kamu, ternyata tempat tidur di samping Mas masih rapi." "Bersihkan diri dan mandi dulu. Nanti kita bicara," ujarku dingin. Berharap dia mengerti dengan perasaanku yang tidak nyaman. Tampak alis priaku memicing. "Oh, oke. Maaf, habisnya aku nggak bisa bangun tidur kalau nggak ada kamu di sampingku." 'Jika benar begitu, lalu kenapa nama wanita lain yang kau sebut semalam?' Ingin rasanya kata-kata itu 'ku teriakan di depan wajahnya, namun sebisa mungkin aku menahannya dan tidak boleh emosi. Masih terlalu dini untuk membombardir dirinya dengan berbagai tuduhan. Apalagi bertanya sampai sejauh mana perasaannya terhadap wanita itu, hingga bergumam dan mengaguminya dalam keadaan mabuk berat. "Miss you, Babe." Masih dalam posisi memeluk, pria itu bersuara tanpa merasa berdosa sedikitpun. Jujur saja, ingin rasanya kupukul kepalanya agar dia tahu apa yang diucapkannya semalam benar-benar menyakiti hati dan perasaanku. Tapi aku harus bersabar. Mungkin saja suamiku sedang khilaf. Siapa tahu itu hanya perasaan sesaat dan akan memudar seiring berjalannya waktu. "Eh, jagoan Ayah juga udah bangun. Sini, kita mandi bareng, yuk." Pikiran dan khayalanku teralihkan saat Richie tiba-tiba terbangun. "Ayo, tapi bentar lagi. Aku masih ngantuk," jawab Richie dengan gaya khas anak-anak bangun tidur. Anak itu mengucek-ucek matanya membuang sisa-sisa kantuk. "Ya udah kalau gitu, ayah becandain ini." Richie tertawa terbahak-bahak saat priaku mulai menggelitik dan menggendongnya ke kamar mandi, lalu suara gemericik air dan canda tawa terdengar setelahnya. Pasangan ayah dan anak itu benar-benar mampu membuat amarahku sedikit mereda. *** Richie sudah tampan dengan pakaian TK yang dikenakannya. Mbak Ani mengantar anak itu ke tempatnya belajar. Mas Bian sibuk dengan ponsel sejak duduk di meja makan. 'Ku perhatikan pria itu tengah berbalas chat entah dengan siapa. Ehm! Aku berdehem pelan, membuat perhatian pria itu mengarah padaku. "Maaf, Marin. Mas mengabaikan kamu, ya?" ucapnya sambil menjawil hidung. Senyumnya melebar dengan barisan giginya yang putih, membuat siapapun pasti akan terpesona dengan suamiku. Ah, Sheila, semoga kau tidak terbuai dengan pesona Mas Bian yang sudah memiliki anak istri ini. Wanita cantik berpenampilan seksi itu pantas mendapatkan pria lajang sesuai kriterianya. "Mas, kenapa semalam kamu mabuk?" "Eumh, itu …." Mas Bian hendak membuka mulut, namun suara dering ponsel membuatnya berdiri dan menjauh, "eh, bentar, ya, ada telepon ini." Dia lantas kembali mendekat setelah lima menit bicara dengan seseorang di ujung telepon. "Aku ada kerjaan semalam, lupa ngabarin kamu. Dan berita baiknya, kayaknya aku bakal masuk nominasi award. Katanya sih aku masuk ke deretan aktor paling keren tahun ini, deh. Kamu senang 'kan kalau suamimu ini makin sukses di dunia pertelevisian Indonesia?!" "Oh ya, kalau begitu selamat," jawabku malas. "Lho kok kamu kayak nggak senang gitu suaminya gak bakal dapat award. Coba senyum dikit." Mas Bian berusaha menggodaku dengan mendaratkan jari-jarinya di bagian ketiak. Jika biasanya aku akan tertawa lepas melihat tingkahnya yang kadang-kadang kekanakan, tapi tidak kali ini. Rasanya peristiwa semalam masih membuatku kesal dan kepikiran. "Apaan sih. Udah deh, jangan kayak anak kecil. Nggak lucu tahu." Kupasang wajah merengut agar dia tahu kalau saat ini aku benar-benar dongkol. Dia bahkan belum menjelaskan alasannya semalam mabuk-mabukan dan pulang terlambat. "Ya udah, jangan marah terus ah, nanti makin tua lho. Nggak cantik lagi," kekehnya sampai menarik tanganku dan menciumnya dengan lembut. Apa kau melakukan hal yang sama juga kepada Sheila dan memperlakukannya lebih dari ini, Mas? Ah, kenapa batinku jadi melayang memikirkan hal yang nggak-nggak pada wanita itu. Ya Tuhan, semoga saja kau menjaga hati dan pandangan suamiku hingga rasa cinta dan kelembutannya hanya untukku dan Richie saja. Tak rela rasanya jika hatinya harus terbagi dengan wanita yang entah kenapa memiliki ketakutan sendiri untukku saat ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.6M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
490.7K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
545.4K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
631.4K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
483.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook