Sakit Lahir Batin

1227 Words

"Kau … mengetahui semuanya?" tanyanya sambil terkejut, tapi itu hanya sebentar. Detik berikutnya dia hanya menghembuskan nafas dan berbalik memunggungiku. "Sampai kapan kau akan menyimpan bangkai itu, Mas? Dan sampai kapan kau akan bermain di belakangku? Apa kau tidak ingat dosa? Apa kau tidak menghargai aku dan pernikahan kita? Bahkan apa kau tidak memikirkan Richie dan karirmu sendiri, hah?" kesalku meluapkan emosi. "Karena nafsumu pada wanita itu, kau melanggar norma-norma agama dan tidak bisa berpikir jernih, hingga yang ada dalam otakmu hanyalah cara menggagahi wanita itu saja," lanjutku sambil berdecak. Aku tak bisa menahan lebih lama lagi kekesalanku terhadap Mas Bian. Jadi, suka atau tidak, kami harus saling mengungkapkan isi hati. "Cukup Marin, jangan menghakimiku. Kau jela

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD